Mubadalah.id – Dalam beberapa catatan hadis, Nabi Muhammad Saw pernah berpesan bahwa sesungguhnya para pekerja rumah tangga (PRT) adalah manusia sebagaimana manusia yang lain.
PRT memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik, diberikan upah, dan dicukupi kebutuhannya. Sebuah hadis Nabi menyatakan:
“Siapa saja yang mempekerjakan orang, maka jika si pekerja tidak punya istri, maka dia hendaknya mencarikan istri baginya, jika dia tidak mempunyai pembantu, majikan hendaknya menyediakan pembantu, jika dia tidak mempunyai rumah majikan hendaknya menyediakan rumah.” (HR.Abu Daud).
Dalam sabdanya yang lain Nabi saw. mengatakan:
”Para PRT adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka di bawah kekuasaanmu. Maka berilah mereka makan dari apa yang kamu makan, berilah pakaian seperti apa yang kamu pakai dan janganlah membebani pekerjaan yang tidak mampu mereka kerjakan.”
Ibnu Mundzir, seorang ulama dan ahli hadis terkemuka mengatakan bahwa para ulama sepakat atas kewajiban memberi makan dan pakaian layak kepada pekerja rumah tangga seperti makanan dan pakaian majikannya. Yang lebih utama lagi adalah mengajak mereka makan bersama.
Hak PRT
Hak PRT dan kewajiban majikan yang lain adalah bahwa tidak boleh memperlakukan mereka dengan cara-cara kekerasan. Nabi bersabda:
“Jangan kamu pukul hamba-hamba Allah yang perempuan. Siti Aisyah, istrinya yang tercinta, memberikan kesaksian dengan mengatakan, Nabi saw tidak pernah memukul istri maupun pembantunya sama sekali. Dan, manakala makanan yang dimasaknya tidak cukup sedap, Nabi tidak pernah memarahinya.”
Jika majikan melakukan kesalahan baik disengaja atau tidak, maka etika Islam mewajibkannya untuk meminta maaf.
Meski tak pernah melukai pembantunya, Nabi adalah orang yang paling banyak meminta maaf kepadanya.
Ketika beliau ditanya berapa kali seorang majikan mesti meminta maaf kepada pembantunya, beliau menjawab tujuh puluh kali dalam sehari. Nabi juga selalu mengucapkan terima kasih atas pelayanan mereka.
Hak-hak ekonomi PRT juga wajib majikan penuhi. Dalam salah satu sabdanya Nabi memperingatkan kepada para majikan agar memenuhi hak-hak pekerja sebagaimana yang sudah tertulis di dalam kontrak.
Kelalaian majikan memberikan upah merupakan sebuah pengkhianatan. Tindakan majikan tidak hanya melanggar aturan negara yang patut mendapatkan hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Tetapi juga nendapat ancaman dari Tuhan dengan hukuman di akhirat. []