• Login
  • Register
Selasa, 10 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Rabi’ah Al-Adawiyah Al-Bashhriyyah (1)

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
27/04/2020
in Hikmah
0
138
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perempuan Ikon Cinta Tuhan

Rabi’ah al-‘Adawiyah adalah seorang perempuan ulama. Banyak orang menyebutnya Waliyullah, perempuan kekasih Allah. Namanya sering disebutkan sebagai Rabi’ah al-Qaisiyyah dari Basrah, Irak. Lahir tahun 180 H. Nama ini begitu populer dan melegenda. Ia diingat orang, terutama dalam dunia sufisme falsafi, sebagai perempuan Ikon cinta Tuhan (al-Hubb al-Ilahi).

Hampir semua sufi besar menyebut nama Rabi’ah al- ‘Adawiyah ini, dalam karya sastra prosa maupun puisi, syair mistis mereka. Perempuan ini mungkin menjadi tokoh perempuan yang sejarah hidupnya paling banyak ditulis orang. Puisi-puisinya didendangkan di mana-mana sepanjang zaman.

Para sastrawan terkenal dan para sufi besar menjadikan Rabi’ah sebagai idola. Beberapa tokoh yang menulis tentang Rabi’ah antara lain Abu Amr al-Jahizh, seorang sastrawan besar, dalam “Al-Bayan wa al-Tabyin” , Abu Thalib al-Makki, sufi besar, dalam “Qut al-Qulub” sebuah buku yang menginspirasi Imam Abu Hamid al-Ghazali.

Kemudian Abu al-Qasim al-Qusyairi, sufi besar, dalam “al-Risalah al-Qusyairiyah”, yang masyhur itu. Abd al-Rahman al-Sullami, sufi masyhur, dalam “Dzikr al-Niswah al-Mut’abbidat al-Shufiyyat”, Ibn al-Jauzi, muhaddits besar, Farid al-Din al-Atthar, filsuf penyair dalam “Tadzkirah al-Awliya”, dan lain-lain. Belakangan filsuf Arab asal Mesir yang terkenal; Abd al-Rahman Badawi menulis buku berjudul : “Rabi’ah al-‘Adawiyah Syahidah al-‘Isyq al-Ilahy” (Rabi’ah Adawiyah sang Perempuan Mabuk Rindu Tuhan).

Baca Juga:

Bersukacita dalam Membangun Perdamaian Dunia: Menilik Penggembalaan Apostolik Paus Leo XIV Bagi Dunia

Tauhid dan Implikasinya bagi Kemanusiaan

Mengenal Devotee: Ketika Disabilitas Dijadikan Fetish

Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

Kisah hidup Rabi’ah bukan hanya didokumentasikan dalam narasi prosais, dan novel, tetapi juga difilmkan seorang sutradara Mesir. Rabi’ah dalam film ini diperankan dengan sangat mengesankan oleh Ummi Kultsum, penyanyi bersuara emas yang legendaries dan disebut sebagai “Kaukab al-Syarq” (bintang dari Timur). Dua puisi Rabi’ah “Araftul Hawa” dan “Uhibbuka Hubbain”, dinyanyikannya dengan nada-nada melankoli yang mendayu-dayu dan sangat indah. Saat mendengar nyanyian ini saya selalu tenggelam dalam arus pilu dan gairah ekstatis.

Rabi’ah bermakna perempuan yang ke empat. Nama ini diberikan ayahnya, karena ia adalah anak perempuannya yang ke empat. Farid al-Din al-‘Atthar, sufi dan sastrawan besar, penulis buku yang sangat terkenal “Manthiq al-Thair” (Percakapan Burung), menulis kisahnya panjang lebar.

Katanya : “Rabi’ah lahir dari keluarga yang sangat miskin yang taat mengabdi kepada Tuhan. Kemiskinan keluarga itu sedemikian rupa, hingga manakala Rabi’ah lahir pada malam hari, rumahnya gelap gulita, tanpa lampu. Minyak lampu itu sudah habis. Untuk membeli minyak tanah bagi lampu juga tak punya uang.

Bahkan konon ia tak juga punya kain/popok untuk membungkus jabang bayi yang masih merah itu. Ismail, ayah Rabi’ah, kemudian terpaksa harus mengetuk pintu demi pintu rumah tetangganya seraya berharap memeroleh bantuan sedikit minyak tanah. Tetapi ia pulang dengan tangan kosong. Ia tak memeroleh apa yang sangat dibutuhkan bagi bayinya itu. Meski demikian ia tak mengeluh. Ia hanya bisa pasrah atas keberadaannya, sambil terus berdo’a kepada Tuhan siang dan malam.

Manakala Rabi’ah menjadi balita dan sudah bisa makan dengan tangannya sendiri, ia sering merenung seorang diri. Pikiran dan hatinya seperti menyimpan gelisah. Suatu hari dalam kesempatan makan bersama dengan ayah-ibu dan ketiga kakaknya, Rabi’ah diam saja. Tangannya tak mau mengambil makanan di hadapannya. Ketika sang ayah bertanya : ” mengapa kamu tak mau makan, anakku”?. Rabi’ah balik bertanya : “apakah makanan ini diperoleh dari cara yang halal?.

Sang ayah, ibu dan kakak-kakaknya terperangah, kaget bukan kepalang. Pertanyaan itu menakjubkan, justeru diucapkan oleh seorang perempuan amat belia. Begitu sang ayah menjawab : “betul anakku, ini ayah dapatkan dari dan dengan cara yang halal”, ia kemudian mau makan. Ia senang dan bersyukur kepada Allah. Bismillahirrahmanirrahim. (bersambung)

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Kitab Hadis

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

9 Juni 2025
Prinsip Keadilan

Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

9 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji yang

    Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menolak Lupa, Tragedi Sejarah Kekerasan terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bersukacita dalam Membangun Perdamaian Dunia: Menilik Penggembalaan Apostolik Paus Leo XIV Bagi Dunia
  • Tauhid dan Implikasinya bagi Kemanusiaan
  • Mengenal Devotee: Ketika Disabilitas Dijadikan Fetish
  • Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID