Mubadalah.id – Pada 1955, Imam Besar Al-Azhar, Abdurrahman Taj, berkunjung ke Indonesia dan atas ajakan Muhammad Natsir, untuk melihat keberadaan Madrasah Putri.
Abdurrahman Taj mengungkapkan kekagumannya pada Madrasah Putri. Sementara, saat itu, Al-Azhar belum memiliki bagian khusus perempuan.
Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal Juni 1957, Rahmah berangkat ke Timur Tengah. Usai menunaikan ibadah haji, ia mengunjungi Mesir guna memenuhi undangan Imam Besar Al-Azhar.
Kemudian, dalam satu sidang senat luar biasa, Rahmah el-Yunusiyah mendapat gelar kehormatan “syekhah” dari Universitas Al-Azhar. Hal ini menandai pertama kalinya Al-Azhar memberikan gelar kehormatan syekh kepada perempuan.
Hamka, salah seorang ulama Indonesia, mencatat bahwa Madrasah Putri yang Rahmah el-Yunusiah pimpin dapat memengaruhi pimpinan Al-Azhar untuk membuka Kulliyatul Lil Banat, bagian Universitas Al-Azhar yang khusus untuk putri pada 1962.
Sebelum kepulangannya ke Indonesia, Rahmah konon sempat mengunjungi Suriah, Lebanon, Yordania, dan Irak.
Wafat
Rahmah meninggal saat usianya sudah 71 tahun, dalam keadaan berwudhu hendak shalat Maghrib, pada 26 Februari 1969. Jenazahnya lantas dimakamkan di pekuburan keluarga yang terletak di samping rumahnya.
Sehari sebelum wafat, ja sempat menemui gubernur Sumatra Barat saat itu, Harun Jain, mengharapkan pemerintah memerhatikan sekolahnya.
Dalam pertemuannya dengan Harun Zain, ia mengatakan, “Pak Gubernur, napas ini sudah hampir habis, rasanya sudah sampai di leher. Tolonglah, Pak Gubernur, dilihat-lihat dan diperhatikan Sekolah Diniyah Putri.”
Setelah Rahmah wafat, kepemimpinan Diniyah Putri dilanjutkan oleh Isnaniah Saleh sampai 1990. Saat ini, Diniyah Putri dipimpin oleh Fauziah Fauzan sejak September 2006 dan telah memiliki banyak jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga perguruan tinggi.
Dalam buku Islam dan Adat Minangkabau, Hamka menyinggung kiprah Rahmah di dunia pendidikan dan pembaruan Islam di Minangkabau. Dalam sejarah Universitas Al-Azhar, baru Rahmah seoranglah perempuan yang mereka beri gelar syekhah.
Sementara itu, dalam sejumlah esainya, Azyumardi Azra menyebut perkembangan Islam modern dan pergerakan muslimah di Indonesia tidak bisa terlepas dari nama Rahmah sebagai perintis.
Karena peran dan kiprahnya, terutama di bidang pendidikan, pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana secara anumerta kepada Rahmah el-Yunusiah, tepatnya pada 13 Agustus 2013. []