• Login
  • Register
Senin, 30 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Relasi Kesalingan Untuk Ketahanan Keluarga 

Winarno Winarno
18/08/2019
in Personal
0
112
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika seorang pria dan perempuan ingin membangun mahligai rumah tangga. Maka pasangan itu akan melakukan prosesi sakral pernikahan dengan ijab dan qobul terlebih dahulu. Proses ini sebagai pijakan awal membangun keluarga yang sakinah, mawadah dan warrahmah (Samara). Untuk ketahanan keluarga, relasi kesalingan harus dipahami.

Sayangnya, hal itu tidak dibarengi dengan pengetahuan relasi kesalingan yang adil, seimbang, dan setara dalam berumahtangga. Sehingga salah satu pihak mendapatkan perlakuan tak adil, karena tugas domestik dan mengurus anak sepenuhnya diserahkan kepada istri.

Apalagi istri memiliki peran reproduksi. Dari mulai hamil, melahirkan hingga menyusui anak-anaknya. Terutama proses melahirkan, perempuan harus mempunyai tenaga ekstra, baik fisik dan juga mental untuk mengeluarkan jabang bayi, bahkan istri harus mempertaruhkan nyawanya.

Di samping itu, meskipun kita ketahui bahwa partisipasi perempuan di ranah publik, dari mulai pendidikan, karier dan pengembangan life skill semakin meningkat. Namun perempuan masih terbebani dengan pekerjaan domestik dan anak, sehingga double burden masih terjadi di masyarakat.

Sudah bekerja di luar, tapi ketika di rumah perempuan harus dibebani dengan urusan domestik. Kalau menurut Bang Rhoma seh “Terlalu”. Katanya sayang istri, ko tidak mau berbagi peran di rumah seh. Padahal perempuan itu juga telah berbagi peran soal keuangan loh.

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Saya kira pekerjaan domestik bukanlah kodrat perempuan. Namun hal itu menjadi tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan. Tinggal disepakati bersama dan pekerjaan rumah dibagi, seperti menyuci pakaian, perabotan, nyapu, ngepel, nyetrika hingga mengurus anak.

Sebab istri bukanlah pelayan yang dapat disuruh seenaknya suami. Istri bukan robot, tapi manusia yang diciptakan Allah Swt, yang derajatnya sama seperti laki-laki. Keduanya merupakan manusia yang mulia dan bermartabat.

Mengapa begitu penting memiliki pengetahuan relasi kesalingan yang adil gender dalam mewujudkan keluarga samara sesuai inti surat Al-Quran Ar-Rum ayat 21?

Pasalnya, apabila keluarga tidak dibangun berdasarkan relasi kesalingan. Maka hal itu dapat mengancam kandasnya bahtera rumah tangga (perceraian). Sebab tak ada kerjasama dan tanggung jawab dari kedua belah pihak, sehingga tujuan pernikahan tuk meraih kebahagiaan bersama tidak tercapai.

Mengutip data Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) tahun 2010-2014 yang diperoleh dari Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI menyebutkan penyebab tingginya angka perceraian ternyata didominasi kurangnya pengetahuan relasi kesalingan.

Masih menurut data Badilag MA bahwa perceraian diakibatkan 5 faktor, yaitu tidak ada keharmonisan, tidak ada tanggung jawab, faktor ekonomi, gangguan pihak ketiga dan cemburu. 5 faktor penyebab perceraian itu bisa kita cegah dengan fondasi relasi kesalingan.

Jika suami ingin dilayani, maka istri pun berhak dilayani suami dan jika suami meminta sesuatu, maka istri pun punya hak minta sesuatu. Dan jika ingin menambah keuangan keluarga, maka beri-lah kebebasan pada istri untuk bekerja dan berkarya.

Terakhir, jika cintanya tak ingin dikhianati, maka jangan mengkhianati cinta yang sudah dibangun lama. Jangan-lah menuruti nafsu, karena itu hanya sesaat, yang bertahan lama adalah saling mencintai, menyayangi dan melengkapi satu sama lain.

Untuk mencapai satu pulau (kebahagiaan) ke pulau (kebahagiaan) lain, maka bahtera harus didayung bersama. Kalau ada ombak besar sekalipun tentu bisa dilalui bersama. Kalau dayung sendiri, maka hal itu dapat mengancam terbaliknya bahtera (ketahanan keluarga).

Saya kira sangat penting membangun keluarga samara dengan relasi kesalingan yang adil gender. Dibangun berdasarkan kerjasama dan kemitraaan dari keduanya untuk mewujudkan keluarga yang bahagia.

Membangun ketahanan keluarga memang tidak mudah. Jika tidak dibekali dengan pengetahuan relasi kesalingan dua belah pihak. Kesalingan bukan hanya masalah pendidikan, karier atau pengembangan diri, tetapi pekerjaan domestik dan mengurus juga harus dilandasi kesalingan. Saling bekerja urusan domestik dan mengurus anak.

Bagi generasi milenial yang ingin membangun keluarga melalui ikatan pernikahan. Maka sudah semestinya membekali dirinya masing-masing dengan pengetahuan relasi kesalingan. Kesalingan mencintai, menyayangi, bekerja domestik, mengurus anak. Dari situlah akan tercipta keluarga yang harmonis dan bahagia. Wallahu A’lam Bishawab.[]

Winarno

Winarno

Winarno, Alumni Pondok An-Nasucha, dan ISIF Cirebon Fakultas Usuluddin

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID