Selasa, 30 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Gen Z

    Gen Z, Kebijakan Negara, dan Perjuangan Menjaga Bumi

    Media Sosial

    Mengapa Radikalisme Mudah Menyebar di Media Sosial?

    Monogami

    Perselingkuhan, Kuasa, dan Mengapa Monogami Pernah Diperjuangkan

    Tunanetra

    Aksesibilitas Braille: Hak Dasar Tunanetra yang Masih Diabaikan

    Poligami

    Sesat Logika Insanul Fahmi tentang Poligami

    fashion show penyandang disabilitas

    Harmoni Inklusif: Membuka Ruang Fashion Show bagi Penyandang Disabilitas

    Hari Ibu

    Tentang Hari Ibu, dan Pergulatan Batin Jalani Hari-hari Sebagai Ibu Bekerja

    Putri Ariani

    Dukungan Ibu Antar Putri Ariani Penyanyi Disabilitas Netra, ke Panggung Internasional

    Haul Gus Dur

    Membaca Nilai Asasi Agama dari Peringatan Haul Gus Dur dan Natal

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Gen Z

    Gen Z, Kebijakan Negara, dan Perjuangan Menjaga Bumi

    Media Sosial

    Mengapa Radikalisme Mudah Menyebar di Media Sosial?

    Monogami

    Perselingkuhan, Kuasa, dan Mengapa Monogami Pernah Diperjuangkan

    Tunanetra

    Aksesibilitas Braille: Hak Dasar Tunanetra yang Masih Diabaikan

    Poligami

    Sesat Logika Insanul Fahmi tentang Poligami

    fashion show penyandang disabilitas

    Harmoni Inklusif: Membuka Ruang Fashion Show bagi Penyandang Disabilitas

    Hari Ibu

    Tentang Hari Ibu, dan Pergulatan Batin Jalani Hari-hari Sebagai Ibu Bekerja

    Putri Ariani

    Dukungan Ibu Antar Putri Ariani Penyanyi Disabilitas Netra, ke Panggung Internasional

    Haul Gus Dur

    Membaca Nilai Asasi Agama dari Peringatan Haul Gus Dur dan Natal

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Representasi Batin Perempuan Jawa dalam Novel Wigati

Keberanian Ning Khilma Anis dalam mengungkap tradisi pesantren dan pergolakan batin perempuan Jawa dengan narasi yang jauh dari diksi peyorasi patut untuk diapresiasi. Kita butuh Ning Khilma Anis lainnya, yang mampu mengungkapkan pergolatan batin perempuan dengan memposisikan pembaca sebagai aktor.

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
27 Juni 2021
in Buku, Sastra
0
Perempuan

Perempuan

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dunia tulis menulis dengan genre fiksi dikejutkan dengan kehadiran novel berlatar belakang pesantren yang dinarasikan dengan bahasa dan cerita yang mengaduk emosional pembaca. Ia adalah Khilma Anis, perempuan berdarah Jawa yang juga seorang ning (sebutan untuk anak perempuan yang lahir dari lingungan pesantren). Latar belakang tersebut mampu menghantarkan pada keberhasilannya dalam merepresentasikan pergulatan hati seorang perempuan jawa yang sekaligus santri, dan tinggal di lingkungan yang syarat akan nilai patriarkis.

Wigati adalah judul sekaligus tokoh utama dalam novel tersebut. Pribadinya yang wingit, kejawen, dan misterius digambarkan oleh tokoh Manik, teman baik Wigati di pesantren Daris. Perjalanan untuk mempertemukan keris kyai Rajamala milik ayah biologis Wigati dan keris Nyai Cundik Arum milik Wigati secara tidak sengaja menyeret Manik ke pusaran problematika keluarga Wigati.

Dalam perjalanan panjang tersebut, Manik juga dipertemukan dengan tokoh Hidayat Jati, santri dari pemilik keris kyai Rajamala sekaligus pembawa pelet kendhit dari kayu Timaha pada warangka keris. Kebersamaan yang serba tidak sengaja tersebut justru memunculkan benih asmara antar keduanya. Derap jantung yang memacu adrenalin Manik setiap bertemu  dengan Hidayat Jati disambut dengan resonansi yang sama. Cinta mereka merekah dan bersemi dalam ritme yang indah.

Hingga berakhir pada sebuah janji, bahwa jika misi mereka untuk mempertemukan keris kyai Rajamala dan keris Nyai Cundik Arum berhasil, mereka akan bertemu lagi untuk mengikat deru asmara yang bergejolak dalam hubungan yang halal. Panggilan “sayang” untuk pertama kali dari Hidayat Jati diakhir perjumpannya dengan Manik berhasil menghipnotis pembaca, seolah larut dalam kisah asmara dua santri.

Pergulatan batin perempuan Jawa dalam novel

Pertama, representasi perempuan sebagai konco wingking laki-laki. Pemilik keris Rajamala adalah ayah biologis Wigati, anak dari seorang kyai besar yang sangat dihormati. Menikahi ibu Wigati secara sirri¸dan meninggalkannya saat hamil. Nenek Wigati sebenarnya tidak setuju dengan perkawinan sirri tersebut karena akan merugikan pihak perempuan. Namun sebagai perempuan Jawa yang taat pada suami, nenek Wigati tidak berani menentang keputusan kakek Wigati untuk menikahkan keduanya.

Kesadaran nenek Wigati akan kerugian dan dampak perkawinan sirri bagi perempuan tetap kalah dengan legacy patriarki. Dimana pengambil keputusan utama adalah pihak laki-laki. Akibatnya, derita kepanjangan tak dapat dibendung, dan naasnya perempuanlah yang paling dirugikan dalam sebuah perkawinan sirri.

Kedua, representasi budaya nerimo ing pandum bagi perempuan Jawa. Manik adalah sosok teman setia bagi Wigati. Manik kerap menggunakan previlage-nya sebagai santri yang sedang dalam proses didekati oleh kang Mahrus, kepala Madrasah Diniyah di pesantren yang mereka tempati.

Sebagai seorang santri yang ditaksir seorang ustadz yang konon kepintarannya mengalahkan para gus dan kyai muda, Manik tidak cukup memiliki kekuatan untuk menolak, meskipun jiwanya memberontak. Previlage tersebut Manik gunakan untuk melindungi Wigati saat ia mendapat hukuman karena sering keluar pesantren untuk menyelesaikan permasalahan keluarganya.

Pada akhirnya justru Wigatilah orang yang menyakiti hati Manik. Rencana Manik dan Hidayat Jati untuk menghalalkan kisah asramanya kandas. Manik justru ditinggalkan seorang diri, disebuah tempat yang sangat asing, keberadaannya fisiknya ada namun tak ada yang memperdulikannya. Ia menyadari bahwa Wigati tetaplah ksatria dalam perjalanan panjang ini. Ia hanyalah punokawan (pendamping) yang kehadirannya kerap tak dianggap meskipun perannya besar.

Hal ini disebabkan oleh dominasi kuasa seorang kyai yang otoritatif atas diri Hidayat Jati sebagai seorang santri. Hidayat Jati justru dijodohkan dengan Wigati, tepat setelah pertemuan keris kyai Rajamala dan keris Nyai Cundik Arum, beberapa saat sebelum pemilik keris kyai Rajamala yang juga ayah biologis Wigati meninggal

Sebuah fenomena yang mungkin saja banyak terjadi di lingkungan pesantren di Jawa atau bahkan di lingkungan kita secara umum. Dengan dalih to’atan li uulil amri atau ketaatan pada ulama, seringkali mengesampingkan preferensi dirinya, pun termasuk untuk urusan perkawinan. Ingin memberontak namun tak ada akses hingga berakhir pada sebuah penerimaan yang minim negosiasi.

Ketiga, representasi emansipasi perempuan di lingkungan pondok salafi. Dengan dalih modernism, Kang Mahrus memperjungkan kesetaraan di lingkungan pesantren. Meskipun harus berdebat dengan para gus dan ustadz yang bermadhab salafi garis keras, namun pada akhirnya Bu Nyai diberi akses dan panggung untuk mengajar di pesantren. Bu Nyai tak lagi diposisikan sebagai pendamping Kyai saja.

Pada lingkungan pesantren salafi yang terkenal dengan fikih literalisnya, memasukkan unsur-unsur modernitas sebagaimana digambarkan Ning Khilma Anis dalam novelnya memang membutuhkan upaya yang sangat besar. Perdebatan yang kadang berakhir dengan takfiri, adalah sebuah fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita. Tak hanya antara salafi dengna modernitas, perbedaan golongan, preferensi politikpun akan menjadi penyebab munculnya konflik.

Novel Wigati lebih dari hanya sekedar cerita fiksi, selain menceritakan pergulatan batin yang luar biasa dalam diri Manik sebagai perempuan Jawa, karya ini lebih dekat dengan ensiklopedi. Pembaca seolah dibawa untuk memainkan imajinasi dan larut dalam alur cerita didalamnya. Pembaca menjadi pengembara dan dipaksa untuk ikut serta dalam memperkirakan pilihan-pilihan yang sekiranya akan diambil oleh para tokoh.

Problem dan konflik dalam novel Wigati adalah hal yang banyak dirasakan oleh sebagian perempuan Jawa. Dimana pemberontakan dalam hati dan fikiran atas kungkungan budaya patriarkis ini sebenarnya ada, namun tak banyak jalan yang bisa dilakukan kecuali hanya menerima dan dengan besar hati akhirnya menganggap inferiority perempuan atas laki-laki adalah sebuah kodrat. Menerima untuk dinomorduakan, dan menerima untuk tersakiti diatas kebahagiaan orang lain.

Keberanian Ning Khilma Anis dalam mengungkap tradisi pesantren dan pergolakan batin perempuan Jawa dengan narasi yang jauh dari diksi peyorasi patut untuk diapresiasi. Kita butuh Ning Khilma Anis lainnya, yang mampu mengungkapkan pergolatan batin perempuan dengan memposisikan pembaca sebagai aktor.

Pun saya sebenarnya juga penasaran bagaimana Ning Khilma Anis mampu membuat suatu narasi yang penuh perlawanan namun elegan, dan narasi asmara penuh cinta dan kasih sayang yang menggebu namun jauh dari diksi-diksi nafsu hewani?

Jika novel ini memang dibuat versi filmnya, mungkin saya adalah salah satu pembaca yang memilih untuk tidak menonton. Karena tak kuasa membayangkan hancurnya perasaan Manik ketika ia menaiki becak seorang diri, tanpa tujuan, setelah dicampakkan Hidayat Jati dan tak dihiraukan Wigati. Betapa sakitnya sampai ke ulu hati. []

 

 

Tags: Budaya JawaKhilma AnisLiterasi PesantrenNovel WigatiPerempuan PesantrenSastra PesantrenTradisi Nusantara
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Tradisi dan Modernitas
Publik

Mengurai Kembali Kesalingan Tradisi dan Modernitas

15 Desember 2025
Nyi HIndun
Figur

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Perjodohan
Personal

Perjodohan dalam Novel: Memotret Kisah, Menyemai Ibrah

13 November 2024
Perempuan Pesantren
Publik

Perempuan Pesantren: Penjaga Tradisi dan Pembawa Pembaruan

31 Juli 2024
Perempuan Pesantren
Publik

Kelahiran Otoritas Perempuan Pesantren sebagai Penyelenggara Kesejahteraan

11 Mei 2024
Politik Perempuan
Buku

Menilik Kembali Nalar Politik Perempuan Pesantren

4 Mei 2024

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hari Ibu

    Tentang Hari Ibu, dan Pergulatan Batin Jalani Hari-hari Sebagai Ibu Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catatan Ekologis Akhir Tahun: Menutup Luka Alam yang Belum Pulih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Nilai Asasi Agama dari Peringatan Haul Gus Dur dan Natal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aksesibilitas Braille: Hak Dasar Tunanetra yang Masih Diabaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dukungan Ibu Antar Putri Ariani Penyanyi Disabilitas Netra, ke Panggung Internasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gen Z, Kebijakan Negara, dan Perjuangan Menjaga Bumi
  • Mengapa Radikalisme Mudah Menyebar di Media Sosial?
  • Perselingkuhan, Kuasa, dan Mengapa Monogami Pernah Diperjuangkan
  • Aksesibilitas Braille: Hak Dasar Tunanetra yang Masih Diabaikan
  • Sesat Logika Insanul Fahmi tentang Poligami

Komentar Terbaru

  • dul pada Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan
  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID