Senin, 3 November 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Terobosan KUPI untuk Menempatkan Difabel sebagai Subjek Penuh dalam Hukum Islam

    Fiqh al-Murunah yang

    Dr. Faqihuddin Abdul Kodir: Fiqh al-Murūnah, Paradigma Baru Keislaman Inklusif bagi Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Aksesibilitas Fasilitas Umum

    Aksesibilitas Fasilitas Umum Bukan Hanya Proyek Seremonial!

    Perempuan KUPI yang

    KUPI Menolak Tafsir yang Menafikan Martabat Perempuan

    Mandat KUPI

    Membaca Mandat KUPI dalam Kerangka Rahmatan lil ‘Alamin

    Kemandirian Disabilitas

    Kemandirian Disabilitas Lewat Pertanian Inklusif

    Feminisme Sufistik

    Feminisme Sufistik: Menemukan Ruang Tengah antara Emansipasi dan Spiritualitas

    Perempuan Kurang Akal

    Perempuan Kurang Akal, atau Tafsir Kita yang Kurang Kontekstual?

    Menghapus Kata Cacat

    Menghapus Kata Cacat dari Pikiran; Bahasa, Martabat dan Cara Pandang terhadap Disabilitas

    Kurang Akal

    Saatnya Mengakhiri Mitos Perempuan Kurang Akal

    Fahmina

    Refleksi Perjalanan Bersama Fahmina; Ketika Mubadalah Menjadi Pelabuhan Jiwaku

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Terobosan KUPI untuk Menempatkan Difabel sebagai Subjek Penuh dalam Hukum Islam

    Fiqh al-Murunah yang

    Dr. Faqihuddin Abdul Kodir: Fiqh al-Murūnah, Paradigma Baru Keislaman Inklusif bagi Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Aksesibilitas Fasilitas Umum

    Aksesibilitas Fasilitas Umum Bukan Hanya Proyek Seremonial!

    Perempuan KUPI yang

    KUPI Menolak Tafsir yang Menafikan Martabat Perempuan

    Mandat KUPI

    Membaca Mandat KUPI dalam Kerangka Rahmatan lil ‘Alamin

    Kemandirian Disabilitas

    Kemandirian Disabilitas Lewat Pertanian Inklusif

    Feminisme Sufistik

    Feminisme Sufistik: Menemukan Ruang Tengah antara Emansipasi dan Spiritualitas

    Perempuan Kurang Akal

    Perempuan Kurang Akal, atau Tafsir Kita yang Kurang Kontekstual?

    Menghapus Kata Cacat

    Menghapus Kata Cacat dari Pikiran; Bahasa, Martabat dan Cara Pandang terhadap Disabilitas

    Kurang Akal

    Saatnya Mengakhiri Mitos Perempuan Kurang Akal

    Fahmina

    Refleksi Perjalanan Bersama Fahmina; Ketika Mubadalah Menjadi Pelabuhan Jiwaku

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Respons Alquran Terkait Perselingkuhan dalam Rumah Tangga

TentPerselingkuhan dalam rumah tangga merupakan pengkhianatan yang keji, bukan saja telah mengkhianati kehidupan keluarga, tapi juga perjanjian dengan Tuhan

Moh Soleh Shofier Moh Soleh Shofier
8 Januari 2024
in Keluarga, Rekomendasi
0
Respons Alquran Perselingkuhan

Respons Alquran Perselingkuhan

2.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sehubungan dengan beredarnya berita perselingkuhan yang terjadi dalam rumah tangga rupanya senyap-senyap  menjadi perbincangan tersendiri di forum itu (forum santri yang konsen dengan khazanah Islam) berikut respons Alquran. Mulai dari warga biasa hingga seorang ASN. Bahkan Detik.com memiliki tag khusus perselingkuhan baik warga biasa maupun ASN.

Tentu saja perselingkuhan dalam rumah tangga merupakan pengkhianatan yang keji, bukan saja telah mengkhianati kehidupan keluarga (al-Khiyanah al-Zaujiyah) tapi telah mengkhianati perjanjian dengan Tuhan (Mitsaqan Ghalidlan).

Namun sebelum menjelaskan respons Alquran terkait perselingkuhan dari kaca mata Mubadalah saya ingin mengulas sedikit riwayatnya. Dalam perjalanan sejarah, tercatat beberapa kasus di mana perselingkuhan terjadi di kalangan sahabat. Antara lain adalah Uaimir dan Hilal bin Umayyah.

Disclaimer: Perselingkuhan yang saya maksud dalam kisah ini adalah perselingkuhan yang sampai melakukan hubungan intim.

Nabi Tak Berkenan Menanggapi Pertanyaan Umair

Dalam kisah Umair sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkannya, ia menjumpai pasangannya (istrinya) berselingkuh dengan seseorang. Kemudian Umair menemui temannya, Asim bin Adiy. Lalu Umair bertanya kepada Asim dengan sedikit mengaburkan kisahnya seolah-olah orang lain yang mengalaminya.

“Apa yang harus dilakukan seorang suami bila menjumpai pasangannya berselingkuh dengan orang lain? Apakah harus membunuh selingkuhannya lalu kalian akan membunuh (sebagai qishas) suaminya karena membunuh selingkuhan istrinya, atau harus bagaimana?”. Tanya Umair kepada Asim. Lalu Umair menyuruh Asim untuk bertanya ke Rasulullah terkait persoalan tersebut.

Sayangnya, bukanlah jawaban yang Asim dapatkan dari Rasulullah. Justru Rasulullah enggan menanggapi pertanyaan tersebut bahkan tidak senang (jika enggan mengatakan marah). Maka Asim bergegas menuju Umair untuk menyampaikan sikap Rasulullah yang membuat sahabat Umair sedikit kecewa dan berkata, “Demi Tuhan, saya tidak akan berhenti sampai saya bertanya langsung ke Rasulullah”.

Sahabat Hilal Bin Umayyah Ketika Melaporkan Istrinya

Sedangkan kisah lainnya, Hilal bin Umayyah juga bertanya kepada Nabi perihal istrinya yang selingkuh dengan Syarik bin Sahma’. Bahkan dengan yakin Hilal bin Umayyah mengatakan bahwa istrinya berselingkuh dengan Syarik. Tentu saja, sebagaimana sebelumnya, Nabi tidak serta menerimanya. Nabi tetap bersikap prosedural, yaitu Hilal bin Umayyah wajib mendatangkan saksi (4 orang laki-laki), atau punggungnya akan dicambuk 80 kali.

Sebab pernyataan Hilal sudah masuk dalam ranah hukum tuduhan yang kemudian dikenal dengan tuduhan zina (qadf). Sebagaimana hukum yang sudah berlaku, bahwa orang yang berani menuduh zina kepada orang lain maka ancamannya tidak main-main. Yaitu dicambuk sebanyak 80 kali sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Nur ayat 4-5. Hukum inilah yang dipegang Nabi ketika menyikapi persoalan yang menimpa Hilal bin Umayyah dengan istrinya.

Kaget bukan kepalang, Hilal mendengar tanggapan Nabi yang mengancam akan mencambuk punggungnya bila tidak mampu mendatangkan 4 saksi. Maka Hilal pun bersikeras karena ia sangat yakin bahwa istrinya telah berbuat serong dengan Syarik bin Sahma’.

Perdebatan Hilal bin Umayyah bersama Nabi Muhammad

Hilal pun membela diri, “Bagaimana Nabi ini, masak bila kita melihat pasangan kita melakukan serong dan sampai berhubungan intim lalu kita masih dibebankan untuk mencari empat saksi? Sebelum dapat empat saksi, adegannya sudah selesai?”

فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذَا رَأَى أَحَدُنَا عَلَى امْرَأَتِهِ رَجُلًا يَنْطَلِقُ يَلْتَمِسُ الْبَيِّنَةَ

Begitu pula dengan Nabi. Beliau tetap saja bersikukuh dengan sikap proseduralnya yaitu wajib mendatangkan empat saksi atau akan dapat cambukan 80 kali. Kecuali kedatangan Alquran yang merespons perselingkuhan dalam rumah tangga tersebut. Oleh sebab itu, nabi tetap saja berkata sebagaimana sebelumnya.

فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: الْبَيِّنَةَ أَوْ حَدٌّ فِي ظَهْرِكَ

Saking jengkelnya Hilal – karena Nabi seolah mengabaikan fakta yang sesungguhnya dan tetap berpegang teguh dengan hukum formal yang berlaku. Maka Hilal “sedikit mengancam balik” dengan mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutus Mu sebagai Nabi yang benar, sungguh saya telah jujur sejujur-jujurnya. Dan Allah pasti akan menurunkan hukum baru yang merevisi hukum formal itu (had qadf) untuk membelaku dan membebaskanku dari hukuman cambuk”.

فَقَالَ هِلَالٌ: وَاَلَّذِي بَعَثَك بِالْحَقِّ نَبِيًّا إنِّي لَصَادِقٌ وَلَيُنَزِّلَنَّ اللَّهُ مَا يُبَرِّئُ ظَهْرِي مِنْ الْجَلْدِ

Respons Alquran terkait perselingkuhan dalam rumah tangga

Setelah berkata demikian Hilal pulang. Tidak lama dari itu, kemudian Jibril mendatangi Nabi guna menyampaikan hukum baru yang mentakhsis hukum sebelumnya sebagai solusi dalam persoalan selingkuh dalam keluarga dan tuduh menuduh (zina) di antara pasutri. Yaitu juga terdapat dalam surah Al-Nur.

ﵟوَٱلَّذِينَ يَرۡمُونَ أَزۡوَٰجَهُمۡ وَلَمۡ يَكُن لَّهُمۡ شُهَدَآءُ إِلَّآ أَنفُسُهُمۡ فَشَهَٰدَةُ أَحَدِهِمۡ أَرۡبَعُ شَهَٰدَٰتِۭ بِٱللَّهِ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٦ وَٱلۡخَٰمِسَةُ أَنَّ لَعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡهِ إِن كَانَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٧ وَيَدۡرَؤُاْ عَنۡهَا ٱلۡعَذَابَ أَن تَشۡهَدَ أَرۡبَعَ شَهَٰدَٰتِۭ بِٱللَّهِ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٨ وَٱلۡخَٰمِسَةَ أَنَّ غَضَبَ ٱللَّهِ عَلَيۡهَآ إِن كَانَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٩ﵞ [النور: 6-9]

Ayat itu adalah respons Alquran terkait perselingkuhan dalam rumah tangga. Di mana bila salah seorang telah berani menuduh pasangannya selingkuh (sampai melakukan zina), maka ia tidak terikat dengan hukum yang berlaku sebelumnya.

Yaitu wajib mendatangkan 4 saksi, jika tidak maka akan mendapatkan cambuk-an sebanyak 80 kali. Dengan demikian maka pemberlakuan hukum untuk melakukan sumpah sebagai ganti dari 4 saksi yang kemudian populer dengan nama sumpah li’an.

Tidak berhenti di situ, Alquran juga memberikan solusi kepada pihak yang tertuduh dan terbukti kesalahannya (melakukan zina) agar terlepas dari hukum cambuk atau rajam dengan cara melakukan sumpah balik (sumpah li’an). Dengan turunnya ayat itu maka bebaslah hukuman-hukuman yang bisa saja menimpa kepada salah satunya, sebagai hukum tuduhan zina atau hukuman berzina.

Kisah itu Bukan Justifikasi bahwa Perempuan Makhluk Penggoda

Dari kisah di atas, ada beberapa hal yang perlu menjadi renungan bagi kita.

Pertama, kendatipun dalam riwayat di atas pelaku yang berselingkuh adalah pasangan yang perempuan. Tetapi tidak bisa menjadi justifikasi bahwa perempuan merupakan makhluk penggoda yang kemudian dikait-kaitkan dengan ayat tentang hukuman bagi orang yang berzina di mana Tuhan menyebutkan perempuan terlebih dulu sebagaimana tidak sedikit tafsir-tafsir memaparkannya.

Sebab, perselingkuhan dalam rumah tangga bisa saja terjadi kepada kedua belah pihak. Dan tentu perselingkuhan dalam keluarga merupakan kejahatan yang harus di sanksi karena telah mengkhianati hukum berpasangan (al-Khiyanah al-Zaujiyah) dan Tuhan (Mitsaqan Ghalidlan).

Hikmah Sikap Nabi yang Tak Menerima Laporan sahabatnya

Kedua, Sikap Nabi Muhammad yang tidak serta merta menerima pengaduan dari sahabatnya karena alasan-alasan tertentu.

Antara lain ingin menegaskan larangan keras tentang tuduh-menuduh, lebih-lebih yang terkait dengan zina. Andaipun sangat yakin bahwa seseorang telah melakukan kesalahan atau dosa (zina) maka sebaiknya menutupinya selama tidak merugikan kemaslahatan umum.

Sebagaimana menjadi keyakinan banyak ulama bahwa alangkah baiknya menutupi dosa atau aib (zina) seseorang selama bukan kejahatan sosial. Barangkali akan bertobat dan Tuhan akan menerima tobatnya. Bahkan masyhur ada riwayat yang mengatakan, sebagaimana Gus Baha mengampanyekannya bahwa “Setiap dosa akan terampuni kecuali yang terang-terangan”.

Jangan Gampang Menerima Laporan Tanpa Bukti

Selain itu, sebab bila Nabi sekali saja menerima delik aduan para sahabatnya dan melaksanakan hukuman sesuai prosedur yaitu menindak orang yang tertuduh. Maka putusan itu akan menjadi hukum yang berlaku di antara kaum muslim.

Kemungkinan buruknya, akan jadi legalitas oleh para suami-suami yang tidak baik untuk melaporkan dan menuduh istrinya berzina. Dan Nabi tidak menginginkan tersebut terjadi sehingga Nabi bersikukuh untuk tidak menerima laporan sahabatnya kendati Nabi juga meyakini kebenaran Hilal bin Umayyah.

Tidak hanya itu, Nabi juga tidak ingin menghukum kaumnya lantaran melakukan dosa selama dosa itu bisa terselesaikan secara baik-baik atau bertobat. Oleh sebab itu, setelah menyelesaikan persoalan tersebut Nabi bersabda;

 فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: (لَوْلَا مَا مَضَى مِنْ كِتَابِ اللَّهِ، لَكَانَ لِي وَلَهَا شَأْنٌ)

“Andaikan tidak ada putusan dari Alquran niscaya akan ada masalah antara saya dan perempuan itu (merajam-nya)”.

Demikianlah respons Alquran terkait perselingkuhan dalam rumah tangga. Untuk kelanjutan penjelasan ayatnya akan saya kemukakan di lain waktu melalui perspektif Mubadalah. []

 

 

 

Tags: islamistriKisah NabiMerebut Tafsirperkawinanperselingkuhanperspektif mubadalahRespons Alquransejarahsuami
Moh Soleh Shofier

Moh Soleh Shofier

Dari Sampang Madura

Terkait Posts

Feminisme Sufistik
Publik

Feminisme Sufistik: Menemukan Ruang Tengah antara Emansipasi dan Spiritualitas

2 November 2025
Raisa dan Hamish Daud
Publik

Berkaca pada Cermin Retak; Kisah Raisa dan Hamish Daud

1 November 2025
Sumpah Pemuda
Publik

Sumpah Pemuda dan Makna Kesalingterhubungan

31 Oktober 2025
Tren Sepuluh Ribu di Tangan Istri yang Tepat
Keluarga

Menilik Kembali Konsep Muasyarah bil Ma’ruf: Refleksi Tren Sepuluh Ribu di Tangan Istri yang Tepat

29 Oktober 2025
Sunat Perempuan
Keluarga

Sunat Perempuan dan Kekeliruan Memahami Ajaran Islam

28 Oktober 2025
Santri Mubadalah
Rekomendasi

Akademisi Bertanya, Santri Mubadalah Menjawab

27 Oktober 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mandat KUPI

    Membaca Mandat KUPI dalam Kerangka Rahmatan lil ‘Alamin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemandirian Disabilitas Lewat Pertanian Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Feminisme Sufistik: Menemukan Ruang Tengah antara Emansipasi dan Spiritualitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Menolak Tafsir yang Menafikan Martabat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berkaca pada Cermin Retak; Kisah Raisa dan Hamish Daud

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Aksesibilitas Fasilitas Umum Bukan Hanya Proyek Seremonial!
  • KUPI Menolak Tafsir yang Menafikan Martabat Perempuan
  • Membaca Mandat KUPI dalam Kerangka Rahmatan lil ‘Alamin
  • Kemandirian Disabilitas Lewat Pertanian Inklusif
  • Feminisme Sufistik: Menemukan Ruang Tengah antara Emansipasi dan Spiritualitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID