Mubadalah.id – Insecure merupakan sebuah perasaan ragu, tidak percaya diri, dan cemas dalam diri seseorang. Setiap individu seringkali mengalami perasaan insecure. Dengan beragamnya standar kehidupan di media sosial menjadikan faktor dari perasaan insecure.
Salah satu indikasi dari munculnya perasaan insecure adalah berasal dari pikiran negatif seseorang terkait bentuk tubuh yang tidak ideal. Mirisnya, seorang individu bahkan tidak segan-segan melakukan perbandingan fisik dengan orang lain. Baik itu terhadap teman, saudara, ataupun seseorang yang ada di sekitarnya.
Hal demikian selaras dengan salah satu teori sosial yakni teori social comparison. Teori tersebut menyebutkan bahwa setiap individu cenderung melakukan upaya perbandingan antara keadaan dirinya dengan diri orang lain.
Apabila pemikiran bahwa penampilan fisik ideal adalah sebagaimana standar yang tersebar di media sosial, maka tentu bukan hal yang tepat dan justru keliru. Pemikiran itu akan mengakibatkan setiap orang akan membandingkan dirinya secara terus-menerus kepada standar yang tidak realistis.
Maka tidak heran ketika seorang individu dengan berat badan yang normal memiliki asumsi negatif terhadap dirinya. Karena telah terpengaruh dengan bentuk tubuh ideal yang tersebar melalui media.
Apabila berlarut, akan memunculkan perasaan kecewa terhadap diri sendiri. Selain itu, juga akan mengakibatkan adanya rasa tidak nyaman dengan bentuk fisik masing-masing. Maka setiap pikiran negatif terhadap diri sendiri menjadi hal yang perlu dihilangkan.
Perlunya menyadari pula bahwa setiap manusia sudah tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Masing-masing individu juga harus mengembangkan setiap minat, bakat dan potensi individu. Memiliki suatu kelebihan pasti menjadi suatu kebanggaan.
Namun, sebaliknya, di sisi lain terdapat individu yang tidak dapat menerima kekurangan dan kecewa terhadap diri sendiri. Maka dengan segala kelebihan dan kekurangan, sebagai manusia haruslah memiliki rasa syukur atas pemberian Allah.
Interpretasi QS At-Tin Ayat 4 Dalam Pandangan Mufassir
QS At-Tin Ayat 4 merupakan konteks penggambaran sebuah anugerah Allah kepada manusia. Penciptaan terkait bentuk tubuh manusia terdapat sebagaimana dalam firmanNya berikut:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya.”
Lafadz ahsan dalam kamus bahasa Arab memiliki arti; yang lebih baik, lebih utama, lebih indah, dan dalam kondisi terbaik. Sedangkan lafadz taqwim memiliki arti bentuk fisik yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Dalam memaknai ayat ini, para mufassir al-Qur’an memiliki argumen yang senada, bahwa penciptaan manusia adalah dalam bentuk yang terbaik. Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya menyebutkan bahwa makna dari QS at-Tin ayat 4 adalah Allah menciptakan manusia dalam bentuk fisik dan wujud yang terbaik.
Wahbah Az-Zuhaili menginterpretasikan QS at-Tin ayat 4 dengan menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam rupa dan bentuk sebaik-baiknya. Dibentuk dengan perawakan yang seimbang, susunan anggota tubuh yang sesuai dan bagus. Serta memeiliki perbedaan dengan makhluk lainnya karena manusia memiliki akal dan pikiran.
Quraish Shihab, tokoh mufassir Indonesia turut menafsirkan lafadz ahsani taqwim. Menurutnya, penciptaan manusia dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya. Kemudian menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an, dalam QS at-Tin ayat 4 tampak bagaimana perhatian Allah dalam menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik. Hal tersebut menunjukkan perhatian yang lebih dari Allah kepada manusia.
Al-Maraghi dalam tafsirnya berpendapat tentang interpretasi QS at-Tin ayat 4 sebagai berikut;
“Sesungguhnya Allah telah ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik. Allah ciptakan dia dengan ukuran tinggi yang memadai. Memakan makanannya dengan tangannya, tidak seperti makhluk lain yang mengambil dan memakan makanannya dengan mulutnya. Lebih dari itu Allah istimewakan manusia dengan akalnya, agar bisa berpikir dan menimba berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, manusia memiliki kekuatan dan pengaruh yang dengan keduanya bisa menjangkau segala sesuatu.”
Analisa Kesempurnaan Manusia Dalam QS At-Tin Ayat 4
Berdasarkan paparan pendapat dari berbagai mufassir terdapat kesimpulan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling bagus dan terbaik. Pemahaman terkait lafadz ahsani taqwim adalah bentuk fisik terbaik sesuai dengan kemaslahatan kehidupannya, bukan sesuai dengan pandangan orang lain. Karena suatu hal yang ideal dalam pandangan orang lain, belum tentu sesuai dan mengandung kemaslahatan dalam diri sendiri.
Hanya Allah yang mengetahui hikmah penciptaan makhlukNya. Apabila seseorang memiliki ciptaan dan bentuk fisik demikian, karena kelak terdapat kebutuhan yang relevan dengan kondisi itu. Memiliki pemahaman bahwa penciptaan manusia sesuai dengan kemaslahatan hidup menjadi hal yang penting direalisasikan. Karena akan selalu ada hikmah dari penciptaan manusia.
Pada dasarnya, manusia harus senantiasa bersyukur dengan kondisi fisik atas anugerah Allah. Selain ungkapan rasa syukur dari hati dan ucapan, juga perlu dengan tindakan. Salah satunya adalah dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.
Namun, sedikit sekali manusia yang menyadari akan pentingnya bersyukur kepada Allah. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini merupakan kehendak Allah. Begitupula dengan penciptaan bentuk fisik manusia. Hendaknya, manusia memahami hikmah atas takdir Allah dengan menggunakan kacamata keimanan.
Kandungan dalam ayat al-Qur’an memuat jawaban dan solusi atas beragamnya probematika dalam kehidupan. Dengan pemahaman cermat terhadap QS at-Tin ayat 4, hendaknya masing-masing individu memiliki kesadaran agar tidak mudah menyalahkan kondisi fisik atau tubuhnya dan menghilangkan perasaan insecure.
Ajaran al-Qur’an adalah bertujuan membersihkan hati agar tidak terkontaminasi dengan anggapan buruk pada diri sendiri salah satunya sifat insecure. Selain itu, perlu memperbaiki pola pikir atau sebuah persepsi buruk terhadap tubuhnya sendiri.
Adapun pentingnya menghilangkan perasaan insecure dan pikiran negatif karena akan mempengaruhi pikiran, kesehatan, merasa terbebani dan kekecewaan yang berkepanjangan. Nilai-nilai Islam mengajarkan untuk mensyukuri bentuk tubuh dan fisik sesuai pori diri yang merupakan ciptaan terbaik dari Allah. []