• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Siapakah Nenek Tane Mela di Makam Keramat Gorontalo?

Bisa dibilang bahwa Nenek Tane Mela datang di Gorontalo pada masa Islam belum menjadi agama masyarakat Gorontalo

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
25/05/2022
in Figur, Hikmah
0
Nenek Tane Mela

Nenek Tane Mela

851
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada banyak makam keramat yang diyakini sebagai makam ulama atau aulia di Gorontalo. Menariknya, beberapa dipercaya merupakan makam perempuan wali. Satu di antaranya adalah makam keramat Nenek Tane Mela di Desa Payunga, Kecamatan Batudaa, Kab.upaten Gorontalo.

Saya merasa penasaran dengan sosok perempuan ini, siapakah Nenek Tane Mela yang dikeramatkan oleh masyarakat Gorontalo, khususnya Batudaa?

Rasa ingin tahu itu mendorong saya mendatangi makam Nenek Tane Mela, sambil menelusuri cerita tentangnya dari sumber lisan setempat. Namun, sudah tidak banyak masyarakat setempat yang mengetahui cerita hidupnya. Beberapa orang meyakini kalau sebenarnya itu makam seorang laki-laki, bukan perempuan.

Tapi, banyak yang meyakini bahwa itu makam seorang perempuan wali yang dikenal dengan sebutan Nenek Tane Mela. Dapat dibilang sosok perempuan wali ini masih misterius. Kehidupannya masih agak buram dalam panggung sejarah Nusantara.

Makam keramat Nenek Tane Mela berada dalam masjid yang ada di Desa Payunga. Jika dilihat dari penjelasan yang ada di makam itu, maka diketahui bahwa nama tokoh perempuan wali ini adalah Nenek Al-Asy’ariah Tane Mela. Dia lahir di Makkah pada tahun 1300 M, dan meninggal di Gorontalo (tepatnya di Batudaa saat ini) pada tahun 1432 M. Jadi, usia Nenek Tane Mela terbilang amat panjang, yaitu sampai 132 tahun.

Menurut Rudin Hagoga, Imam Masjid Nenek Tane Mela (sebagaimana dilansir dari Kabar Gorontalo September 2014), bahwa ia merupakan seorang manusia setengah dari badannya hingga ujung kaki berwarna merah, sehingga dijuluki si badan merah atau Tane Mela. Sedangkan, penuturan dari Asoi Talango bahwa dinamakan Nenek Tane Mela karena wajahnya sebelah putih dan sebelah merah. Jadi, sebenarnya itu bukan nama asli, melainkan julukan berdasarkan ciri fisik yang kemungkinan merupakan tanda lahir.

Baca Juga:

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Berdasarkan sumber lisan, wawancara dengan Asoi Talango (29/03/2022), diketahui kalau awalnya belum ada masjid di area makam tersebut. Kemudian, dilakukan pembangunan masjid untuk menghormati makam Nenek Tane Mela. Posisi makam berada di bagian belakang masjid yang terpisah dengan tempat untuk salat.

Di depan masjid terdapat pohon mangga. Sebagaimana dijelaskan Rudin Hagoga kalau, “Kami pernah mendapat mimpi bahwa ia melarang untuk menebang pohon mangga itu, sehingga kami pun tidak berani mencobanya.” Hal ini cukup menggambarkan bahwa masyarakat setempat memang mengkeramatkan sosok Nenek Tane Mela.

Narasumber Asoi Talango juga menjelaskan bahwa Nenek Tane Mela lahir di Makkah. Ketika berusia 12 tahun, dia datang ke Gorontalo. Dia kemudian menetap dan menikah di Gorontalo. Suami dan anak-anaknya tidak diketahui. Menurut narasumber bahwa Ju Panggola adalah cucu Nenek Tane Mela dari jalur ibu. Hal ini juga sebagaimana dikabarkan oleh tim media Kabar Gorontalo (September 2014).

Ju Panggola diketahui sebagai figur penyebar Islam di Gorontalo. Makamnya juga termasuk salah satu makam keramat. Sebagaimana dijelaskan oleh Dian Adi Perdana, dkk., dalam “Strategies and Cultural Da’wah of Ju Panggola at Gorontalo,” bahwa Ju Panggola merupakan seorang ulama atau wali yang menyebarkan Islam di Gorontalo.

Nama Ju Panggola berarti orang sepuh atau orang yang dituakan. Dinamakan demikian sebab orang tua itu sangat dihormati. Ju Panggola juga memiliki julukan sebagai Raja Ilato (Raja Kilat). Dia adalah putra dari Raja Amai–merupakan Raja Gorontalo pertama yang beragama Islam–dengan nama asli dari Ju Panggola adalah Matodulakiki.

Namun, sebagaimana dijelaskan Muh. Rusli dalam “Persepsi Masyarakat tentang Makam Raja dan Wali Gorontalo,” bahwa belum begitu dapat dipastikan apa benar Raja Ilato Ju Panggola adalah sosok yang sama dengan Raja Ilato putra Raja Amai bergelar Matodulakiki yang memerintah Kerajaan Gorontalo pada 1550-1585.

Jika mengacu pada penanggalan di makam Nenek Tane Mela di mana perempuan wali ini merupakan tokoh abad ke-14 M, sedangkan Ju Panggola adalah tokoh abad ke-16 M, maka terpaut masa sekitar dua abad di antara kedua tokoh ini. Sehingga, kalau mengatakan bahwa Ju Panggola adalah cucu (keturunan) Nenek Tane Mela, maka lebih masuk akal sebagai buyut atau bahkan canggah. Tentu, hal ini juga masih membutuhkan penelusuran yang lebih lanjut.

Selain itu, melihat sosok ini juga perlu menyoroti periode kehidupan Nenek Tane Mela sebagaimana yang tertulis di makamnya adalah 1300-1432 M atau dari abad 14 hingga permulaan abad 15 M. Sedangkan, umum diketahui bahwa Gorontalo mulai menerima Islam pada abad 16 M. Sebagaimana dijelaskan Basri Amin dalam “Islam, Budaya, dan Lokalitas Gorontalo,” kalau peletakan dasar Islamisasi Gorontalo terjadi di masa Raja Amai (1523-1550) setelah raja menikah dengan Owutango yang merupakan putri Raja Palasa.

Bisa dibilang bahwa Nenek Tane Mela datang di Gorontalo pada masa Islam belum menjadi agama masyarakat Gorontalo. Sebagaimana juga diketahui bahwa Nenek Mela merupakan seorang pendatang (Muslimah) Arab yang kemudian menetap di Gorontalo. Saya belum menemukan sumber yang menceritakan tujuan Nenek Tane datang ke Gorontalo.

Meski kiprah atau riwayat hidupnya masih terbilang buram, namun eksistensi makam Nenek Mela yang dikeramatkan nampak jelas hingga saat ini. Banyak orang yang sering datang berziarah ke makamnya. []

Tags: GorontaloHikmahKeramatMakamNusantaraPerempuan WaliTradisiZiarah
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version