Mubadalah.id – Setelah body shaming terbitlah beauty shaming. Kiranya seperti itu jokes yang dapat mewakili perasaan orang-orang sekarang. Beauty shaming dapat terjadi kepada siapa saja, namun perempuan menduduki level tertinggi dalam kasus ini.
Entah kenapa mulut kita begitu mudah berkomentar terhadap penampilan seseorang. Tidak tanggung-tanggung, komentar tersebut terlontarkan di tempat umum. Bahkan menyinggung perasaan orang yang dimaksud. Sebenarnya komentar itu tidak sepenuhnya salah. Hanya saja harus kita sesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jangan asal jeplak (dibaca ngomong) tanpa menghiraukan perasaan orang tersebut.
Garam itu baik, tapi kalau kita masukkan ke kopi, rasanya tentu tidak akan enak. Gula juga baik tapi kalau berlebihan maka akan mengakibatkan dampak yang cukup serius, diabetes misalnya. Komentar itu baik, tapi kalau situasi kondisinya tidak tepat maka menjadi tidak baik.
Begitupula jika terlalu sering berkomentar, maka bisa saja merusak hubungan pertemanan bahkan membuat orang yang kita komentari menjadi tidak percaya diri. Orang yang tidak percaya diri seringkali menarik diri dari publik dan kesulitan dalam berkembang serta mengeksplor diri secara maksimal.
Membangun percaya diri itu tidak mudah, maka jangan pernah mengabaikan hal sekecil apapun yang bisa melunturkan percaya diri seseorang.
Semua perempuan itu cantik dengan versinya masing-masing. Siapapun tidak berhak mengatur standar kecantikan orang lain sesuai dengan keinginan sendiri. Lagipula, ada istilah innerbeauty yang lebih tepat kita gunakan untuk mengaktulisasikan makna cantik yang sesungguhnya.
Cantik itu kata kerja, bukan hanya sekadar kata sifat. Artinya, siapapun bisa cantik dengan mengoptimalkan perangainya ke arah yang positif. Cantik itu tidak melulu soal rupa, melainkan lebih dari itu. Bisa melalui tingkah laku, cara berfikir, cara berkomunikasi, dan kebaikan-kebaikan lainnya yang bersifat manusiawi. Jika hanya rupa, saya kira banyak bayi koala yang tak kalah cantik bahkan lucu dan menggemaskan.
Seringkali warna kulit menjadi standar kecantikan. Kalau gak putih berarti gak cantik. Padahal banyak perempuan di luar negeri sana yang ingin merubah warna kulitnya menjadi eksotis atau kecoklatan. Ada yang lebih miris, yaitu banyaknya komentar buruk yang berseliweran di media sosial seperti “Cantik karena makeup doang!”.
Apakah kalian tahu dampaknya? Tidak sedikit para penyintas beauty shaming yang kehilangan rasa percaya dirinya, merasa tidak berharga, dan berusaha sekuat tenaga bahkan mengeluarkan banyak materi hanya untuk merubah penampilan agar dinilai cantik berdasarkan standar orang lain yang tidak paham akan makna kecantikan sesungguhnya.
Dalam salah satu stasiun televisi, Ayu Soetomo seorang psikolog pernah menjelaskan tentang upaya stop beauty shaming.
Pertama, mengubah mindset untuk menerima diri sendiri secara utuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Setiap manusia Tuhan ciptakan sepaket dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Apakah dengan kita menolak atau memberontak maka akan merubah segalanya? Tentu tidak. Tugas kita adalah menerima dengan sadar bahwa ini sebuah pemberian yang harus kita syukuri keberadaannya.
Kita tidak bisa menghilangkan kekurangan tersebut. Namun, kabar baiknya kita dapat menutupinya dengan mengoptimalkan kelebihan yang ada. Oleh karena itu, fokuslah terhadap kelebihan yang dimiliki untuk kita arahkan pada kebaikan lainnya.
Kedua, menyesuaikan penampilan dengan kondisi tubuh yang dimiliki.
Dunia fashion saat ini berusaha menampilkan value terhadap setiap desain sesuai dengan kebutuhan konsumen. Maka, tugas kita adalah mengenali diri sendiri baik dari luar maupun dalam. Pilihlah penampilan yang membuat kita nyaman.
Karena dengan rasa nyaman, rasa percaya diri akan bertambah. Jangan mudah terpengaruh terhadap gaya fashion yang masih trending. Jika tidak sesuai dengan style kalian, maka jangan memaksa untuk tetap kita gunakan. Karena itu bisa mengurangi value dari diri kalian.
Ketiga, jagalah lisan untuk tidak menyakiti.
Jadilah pribadi yang positif dan membangun. Bukan malah sebaliknya, merusak rasa percaya diri orang lain. Kita tidak pernah tahu sekuat apa hati seseorang terhadap segala komentar. Pilihlah waktu yang tepat dan gunakan kata-kata yang bijak dalam memberikan masukan terhadap orang lain.
Jika di keramaian, hindari berkomentar atas penampilan orang lain. Alih-alih memberi masukan justru dapat mempermalukan orang tersebut. Ingat, cantik tidak hanya rupa. Tutur kata juga menjadi nilai terhadap kecantikan seseorang.
Setiap perempuan itu cantik dengan segala hal yang melekat pada dirinya. Jangan risau terhadap komentar orang lain. Jangan pula mudah berkomentar atas penampilan orang lain. Selain memperbaiki penampilan luar, cobalah tengok innerbeauty kalian. Segala sesuatu yang terpancar dari dalam tentu akan lebih meneduhkan. Perangaimu adalah cerminan dari bersih tidaknya hatimu. []