Minggu, 24 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Ramah Disabilitas

    Jika Sekolah Masih Tak Ramah Disabilitas, Apa Pendidikan Kita Sudah Merdeka?

    Kesalingan Spiritual

    Tirakat; Kesalingan Spiritual yang Menghidupkan Keluarga

    Sekolah inklusif

    Relokasi Demi Sekolah Rakyat: Kenapa Bukan Sekolah Inklusi?

    Lomba Agustusan

    Lomba Agustusan Fahmina dan Refleksi Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan Jiwa

    Dari Lembah Nestapa Menuju Puncak Kemerdekaan Jiwa

    Voice for Inclusive

    Voice for Inclusive PKKMB UB: Sebuah Kabar Baik dari Dunia Pendidikan

    Uang Panai

    Uang Panai: Stigma Perempuan Bugis, dan Solusi Mubadalah

    Pernikahan Terasa Hambar

    Masih Bersama, Tapi Mengapa Pernikahan Terasa Hambar?

    Menikah

    Menikah atau Menjaga Diri? Menerobos Narasi Lama Demi Masa Depan Remaja

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Fire in The Rain

    Merayakan Talenta Individu melalui MV “Fire in The Rain”

    Memilih Pasangan

    Tips Memilih Pasangan Hidup

    Pernikahan yang

    Makna Pernikahan

    Pernikahan yang

    Mewujudkan Pernikahan Ideal dengan Kesiapan Lahir dan Batin

    Pernikahan yang

    Hikmah Pernikahan: Menjaga Nafsu, Memelihara Keturunan

    Pasangan

    Mengapa Pasangan Muda Perlu Pahami Kesehatan Reproduksi Sebelum Menikah?

    Nasihat Anak

    Bertahap dalam Memberi Nasihat Kepada Anak

    Sikap Moderat

    Pentingnya Memiliki Sikap Moderat dalam Mengasuh Anak

    Sifat Fleksibel

    Mengapa Orangtua Perlu Sifat Fleksibel dalam Pola Asuh Anak?

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Ramah Disabilitas

    Jika Sekolah Masih Tak Ramah Disabilitas, Apa Pendidikan Kita Sudah Merdeka?

    Kesalingan Spiritual

    Tirakat; Kesalingan Spiritual yang Menghidupkan Keluarga

    Sekolah inklusif

    Relokasi Demi Sekolah Rakyat: Kenapa Bukan Sekolah Inklusi?

    Lomba Agustusan

    Lomba Agustusan Fahmina dan Refleksi Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan Jiwa

    Dari Lembah Nestapa Menuju Puncak Kemerdekaan Jiwa

    Voice for Inclusive

    Voice for Inclusive PKKMB UB: Sebuah Kabar Baik dari Dunia Pendidikan

    Uang Panai

    Uang Panai: Stigma Perempuan Bugis, dan Solusi Mubadalah

    Pernikahan Terasa Hambar

    Masih Bersama, Tapi Mengapa Pernikahan Terasa Hambar?

    Menikah

    Menikah atau Menjaga Diri? Menerobos Narasi Lama Demi Masa Depan Remaja

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Fire in The Rain

    Merayakan Talenta Individu melalui MV “Fire in The Rain”

    Memilih Pasangan

    Tips Memilih Pasangan Hidup

    Pernikahan yang

    Makna Pernikahan

    Pernikahan yang

    Mewujudkan Pernikahan Ideal dengan Kesiapan Lahir dan Batin

    Pernikahan yang

    Hikmah Pernikahan: Menjaga Nafsu, Memelihara Keturunan

    Pasangan

    Mengapa Pasangan Muda Perlu Pahami Kesehatan Reproduksi Sebelum Menikah?

    Nasihat Anak

    Bertahap dalam Memberi Nasihat Kepada Anak

    Sikap Moderat

    Pentingnya Memiliki Sikap Moderat dalam Mengasuh Anak

    Sifat Fleksibel

    Mengapa Orangtua Perlu Sifat Fleksibel dalam Pola Asuh Anak?

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Rekomendasi

Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

Kunci kebahagiaan adalah takwa. Dan takwa itu menjadi tujuan utama ibadah yang kita lakukan selama satu bulan penuh, yaitu ibadah puasa Ramadan.

Umnia Labibah Umnia Labibah
30 Maret 2025
in Rekomendasi, Rujukan
0
Idul Fitri

Idul Fitri

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Khutbah I

‎اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى: الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah.

Di pagi hari yang penuh berkah, alunan takbir memenuhi rongga bumi, membumbung tinggi ke angkasa bersama cahaya matahari pagi. Hari ini, alam semesta ikut bertasbih, mengiringi umat Islam yang berbahagia di hari kemenangannya, setelah satu bulan penuh berpuasa karena Allah, imanan wahtisaban. Kini tibalah saatnya kita merayakan kemenangan dan keberkahan, semoga:

 جَعَلَنَا اللَّهُ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ

“Semoga kita menjadi orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan sejati, yaitu masuk dalam golongan orang-orang muttaqin.”

Di pagi ini, jiwa-jiwa yang haus akan rahmat Allah dipenuhi keceriaan yang mendalam, dalam lautan ampunan yang diguyurkan Allah, Tuhan semesta alam. Tepat sekali jika dalam kesempatan yang indah ini, kita menguatkan rasa syukur kita kepada Allah Swt. Syukur, bahagia, dan bungah karena alhamdulillah berkat pertolongan dari Allah Swt kita dapat melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh. Sehingga hari ini sampai pada perayaan Idul Fitri. Sebuah pertanda bahwa kita telah berhasil menundukkan hawa nafsu untuk menjadikan diri sebagai jiwa-jiwa yang suci.

Idul Fitri adalah hari istimewa yang patut dirayakan. Sebab, ibadah puasa adalah ibadah yang istimewa, yang disyariatkan Allah kepada umat manusia. Bahkan Nabi Muhammad Saw sendiri dalam berbagai hadis menyebutkan keistimewaan hari raya ini—tidak boleh ada umat Islam yang kekurangan dan kelaparan. Sehingga semua bisa merasakan kebahagiaan di hari itu. Allah berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

“Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (QS. Yunus ayat 58)

Menghidupkan Syi’ar Islam

Bergembira di hari lebaran ini bukan hanya melepas lelah setelah beribadah. Tetapi juga berpahala karena menghidupkan syi’ar agama Islam, sebagaimana Ibnu Hajar Asqalani mengatakan:

إِظْهَار السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّينِ

“Mengekspresikan kegembiraan di hari-hari Ied adalah salah satu syi’ar di dalam agama.” (Fathul Baari 2/443).

Dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 32 disebutkan pula:

 وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj ayat 32)

Maka, merayakan Idul Fitri adalah bagian dari mengagungkan syi’ar Allah. Sebab, Idul Fitri bukan sekadar tentang pakaian dan berbagai aneka hidangan. Idul Fitri adalah momentum untuk menguatkan tekad baja, menjadi hamba Allah yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183, yaitu menjadi hamba yang bertakwa.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah ayat 183)

اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah Shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Allah sangat memuliakan manusia dan menghendaki manusia berserah diri kepada-Nya dalam Islam serta menjadi orang yang bertakwa. Sehingga, Allah mensyariatkan berpuasa di bulan Ramadan. Allah menghendaki umat Nabi Muhammad menjadi manusia pilihan, memiliki derajat terbaik di sisi-Nya.

Dari makhluk biasa saja menjadi istimewa di hadapan Allah, menaikkan harganya, ditinggikan derajatnya, yaitu derajat orang bertakwa. Dan takwa inilah yang akan menjadi kunci kebahagiaan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam kitab Kifayatul Atqiya, disebutkan:

“Taqwal ilaahu madaaru kulli sa’adatin # wattiba’u ahwa ra’su syarri khoba ila”.

Ada satu kunci utama meraih kebahagiaan, yaitu takwa. Dan barangsiapa mengikuti hawa nafsu, itulah pokok keburukan.

Dalam maqolah di atas, disebutkan bahwa kunci kebahagiaan adalah takwa. Dan lawan dari takwa adalah hawa nafsu. Jadi, dapat kita pelajari bahwa lawan takwa itu bukan orang musyrik, bukan orang munafik, bukan Muslim. Tetapi ada pada diri sendiri.

Sering kali kita tidak jeli, menggantungkan kualitas Islam, iman, dan takwa kita pada orang lain atau sesuatu di luar diri kita. Padahal musuh utamanya ada pada diri sendiri.

Disebutkan tadi bahwa kunci kebahagiaan adalah takwa. Dan takwa itu menjadi tujuan utama ibadah yang kita lakukan selama satu bulan penuh, yaitu ibadah puasa Ramadan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa saat kita menjalankan perintah Allah, berpuasa di bulan Ramadan. Maka sejatinya kita sedang meniti jalan untuk meraih kunci kebahagiaan.

Kunci kebahagiaan manusia adalah takwa, yang jika telah kita genggam erat. Maka kita akan sampai pada tujuan hidup kita: fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah.

اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah Shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Lalu, mengapa kunci kebahagiaan berupa takwa harus kita raih dengan berpuasa satu bulan penuh? Puasa hakikatnya adalah ibadah yang bermakna mengosongkan—mengosongkan perut, mengosongkan nafsu. Serta mengosongkan sifat-sifat buruk seperti kedengkian, amarah, hasut, kikir, tidak peduli terhadap sesama, mengambil hak orang lain, menyakiti orang lain, dan lain sebagainya.

Mengosongkan perut dengan menahan haus dan lapar ternyata memiliki alasan. Karena makanan itu menjadi jalan darah, dan darah menjadi sempit dengan berkurangnya makanan. Dan jalan darah ini juga merupakan tempatnya hawa nafsu.

Puasa juga merupakan ibadah yang bermakna imsak, atau menahan diri—yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu. Dengan berlatih menahan diri (imsak), kita akan menjadi pribadi yang mampu mengendalikan diri. Sehingga seluruh potensi kehidupan yang Allah berikan kepada manusia dapat mereka berdayakan untuk kebaikan, bukan sebaliknya untuk merusak atau menyakiti orang lain. Inilah esensi takwa yang menjadi tujuan dari ibadah puasa.

Sehingga, jika kita teliti, ada relasi yang sangat erat antara kebahagiaan, takwa, dan puasa. Disebutkan bahwa jalan kebahagiaan adalah takwa, caranya dengan puasa, maka orang yang berhasil disebut: minal ‘aidin wal faizin, orang yang kembali fitrah dan berbahagia.

اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah Shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Dalam kitab karya Imam Al-Ghazali, Kimya’us Sa’adah, disebutkan bahwa kebahagiaan adalah proses yang harus diperjuangkan dan merupakan hasil mujahadah. Kebahagiaan diibaratkan seperti mengubah logam biasa menjadi logam mulia atau emas. Dibutuhkan proses ditempa, dibakar, ditempa lagi hingga batu menjadi logam mulia—emas yang berharga. Jika kita nalar, batu tidak akan bisa menjadi emas. Tentu tidak, karena bukan logam.

Demikian perumpamaan manusia. Manusia bisa menjadi mulia di sisi Allah jika sifat-sifat kebinatangan yang ada pada dirinya ditempa. Sehingga yang muncul adalah sifat-sifat ilahiyah. Sifat ilahiyah inilah yang akan mengantarkan manusia menjadi muttaqiin, sebuah predikat yang diberi tempat terbaik di sisi Allah.

Al-Ghazali menunjukkan dalam kitab ini bahwa dalam diri manusia terkumpul berbagai karakter, yaitu karakter hewan, karakter binatang buas. Hingga karakter malaikat.

Pertama, Karakter hewan (صفات البهائم) adalah sifat kebinatangan yang parameter bahagianya adalah dengan terpenuhinya kebutuhan makan, minum, tidur dan seks.

Kedua, karakter binatang buas (صفات السباع) di mana parameter kebahagianya adalah bisa memukul dan membunuh.

Ketiga, karakter Iblis (صفات الشياطين) yang berbahagia dengan cara melakukan makar, kriminal dan tipu muslihat.

Keempat, adalah karakter maaikat (صفات الملائكة) yang berbahagia karena merasakan indahnya kehadiran Allah dalam hidupnya.

Hubungan takwa dengan potensi kemanusiaan manusia: manusia memiliki unsur hewan dan unsur malaikat. Takwa mendekatkan diri pada unsur malaikat, yang bisa membawa manusia lebih dekat dengan Tuhannya.

Implementasi Takwa

Orang yang bertakwa dalam kesehariannya akan mengimplementasikan kehidupan yang seimbang antara hablum minallah dan hablum minannas.

Pertama, hablum minallah adalah penguatan dimensi vertikal kepada Allah Swt. melalui peningkatan ibadah dan meraih ampunan atas segala dosa.

Kedua, hablum minannas adalah penguatan dimensi horizontal kepada sesama manusia melalui kepekaan sosial. Serta dengan senantiasa menebar kebaikan dan cinta.

Jika dua hal ini mampu kita aplikasikan dalam kehidupan kita. Maka insya Allah kehidupan kita akan di naungi kebahagiaan hingga akhir masa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

 وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

Artinya, “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang Allah sediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran ayat 133).

Orang yang bertakwa dalam ayat selanjutnya:

 الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

Artinya, “(Yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran ayat 134).

Patuh dan Taat kepada Perintah Allah Swt

Pondasi ketakwaan, selain berupaya meraih ampunan Allah dengan patuh dan taat pada perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, juga harus kita perkuat dengan ibadah sosial seperti sedekah, infak, dan zakat.

Allah juga memerintahkan agar kita senantiasa mengendalikan amarah dan suka memaafkan kesalahan, karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Sehingga, dapat kita pahami bahwa takwa bukan hanya tentang memuji Allah, tetapi juga tentang bagaimana membangun relasi sosial yang berkeadaban.

Maka, mari kita jadikan momen Ramadan dan Idul Fitri ini sebagai momentum untuk menguatkan ikatan sosial di antara kita. Memohon maaf kepada ayah dan ibu, atau berziarah ke makamnya bila sudah tiada. Mari kita juga memohon maaf kepada keluarga, kerabat, sesama Muslim, dan sesama manusia.

Harmonisasi horizontal dan kesadaran diri untuk menghargai kemanusiaan setiap insan, dengan perisai pengendalian diri yang terlatih selama berpuasa, akan membawa kita menjadi masyarakat yang ideal—masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerahmatan, sebagaimana tugas manusia di bumi dalam misi rahmatan lil ‘alamin.

Maka, ketakwaan yang ideal menurut Allah Swt dalam syariat puasa adalah jalan untuk mencapai insan kamil. Jika manusia-manusia dalam suatu masyarakat memiliki sifat-sifat kamil yang paripurna. Maka akan terbentuklah negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

 اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah Shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Demikianlah khutbah Idul Fitri kali ini. Semoga kita benar-benar menjadi golongan orang-orang yang bertakwa dan senantiasa menjaga ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Khutbah II

 اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Tags: BerkeadabanHari KemenanganIdul Fitri 1446 HInsan BertakwaKhutbahmasyarakatmenjadiMewujudkanteks
Umnia Labibah

Umnia Labibah

Sekretaris Nawaning JPPPM pusat. Alumni DKUP Fahmina, Div.Advokasi PC Fatayat NU, dan Jaringan KUPI

Terkait Posts

Pernikahan yang
Hikmah

Mewujudkan Pernikahan Ideal dengan Kesiapan Lahir dan Batin

23 Agustus 2025
Ma'had Aly Kebon Jambu
Aktual

Nyai Awanillah Amva: Wisuda Bukan Akhir, Tapi Awal Kiprah Mahasantri di Tengah Masyarakat

20 Juli 2025
Menjadi Pemimpin
Hikmah

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Sound Horeg
Hukum Syariat

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

16 Juli 2025
Pernikahan
Hikmah

Mewujudkan Perjanjian yang Kokoh Dalam Pernikahan

15 Juli 2025
Fikih
Hikmah

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sekolah inklusif

    Relokasi Demi Sekolah Rakyat: Kenapa Bukan Sekolah Inklusi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Pernikahan Ideal dengan Kesiapan Lahir dan Batin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tirakat; Kesalingan Spiritual yang Menghidupkan Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merayakan Talenta Individu melalui MV “Fire in The Rain”
  • Tips Memilih Pasangan Hidup
  • Jika Sekolah Masih Tak Ramah Disabilitas, Apa Pendidikan Kita Sudah Merdeka?
  • Makna Pernikahan
  • Tirakat; Kesalingan Spiritual yang Menghidupkan Keluarga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID