Mubadalah.id – Bagi laki-laki yang belum menikah, mampu menjadi sosok lelaki dengan budi pekerti yang baik sehingga dilirik dan diperhitungkan kelayakannya menjadi suami idaman oleh perempuan salihah merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.
Di samping itu, bagi perempuan yang belum menikah, memiliki suami yang baik merupakan sebuah impian. Terlebih baik dari segi budi pekerti. Aspek budi pekerti yang baik ini memang seringkali menjadi prioritas utama dalam kriteria suami idaman bagi setiap perempuan yang belum menikah. Selain itu setiap perempuan pastinya juga mempunyai kriteria suami idaman masing-masing dalam aspek lainnya.
Maka, berkenaan dengan aspek budi pekerti yang baik, sebagai seorang muslimah, tak ada salahnya dan justru merupakan suatu anjuran apabila ia memiliki kriteria suami idaman yang perilakunya mengikuti teladan Nabi SAW. Di mana sebagai seorang muslim, tentu sangat dianjurkan bila seorang laki-laki mampu kepribadian dan budi pekerti yang mengikuti jejak teladan Nabi, sehingga layak menjadi suami idaman.
Rasulullah SAW memang sangat tepat bila kita jadikan suritauladan terbaik bagi umatnya dalam segala aspek kehidupan. Sebab, selain sebagai ’sayyidul mursalin’ (pemimpin para rasul), Allah SWT juga telah mensifati dan memberi gelar istimewa kepada Rasulullah SAW sebagai ‘uswatun hasanah’ dalam Al-Qur’an sebagaimana dalam ayat berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari akhir dan dia banyak menyebut Nama Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Rasul Menjadi Teladan Terbaik
Dari ayat di atas, dapat kita ambil intisari bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok paling ideal untuk kita jadikan ‘role model’ terbaik. Terutama bagi kita yang mengaku sebagai seorang muslim/ah sejati sekaligus umat istimewa Rasulullah SAW. Yakni bercirikan sebagai orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah Swt.
Selain itu meyakini kedatangan hari akhir. Mengimani bahwa hari kiamat benar adanya dan bersiap diri menjadi pribadi yang baik untuk menghadapinya kelak. Selain itu banyak mengingat atau menyebut asma Allah SWT. Ketiga ciri sebagai seorang muslim/ah sejati tersebut dapat kita amalkan dengan mudah bila kita menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan.
Sebab, segala sesuatu, baik yang berupa perkataan, perbuatan, budi pekerti, pemikiran, maupun lain sebagainya, yang berasal dari Rasulullah SAW pasti merupakan suatu keteladanan yang baik, sehingga sangat patut umatnya teladani.
Berbicara mengenai Rasulullah SAW yang menjadi ‘role model’ terbaik dan paling ideal bagi umatnya dalam segala aspek kehidupan. Maka salah satu hal yang dapat kita teladani dari beliau dalam konteks berumah tangga adalah bagaimana keteladanan beliau menjadi seorang suami.
Rasulullah SAW adalah seorang suami yang di samping tak lupa menunaikan ibadah kepada Allah SWT. Rasul senantiasa membimbing keluarganya dalam hal ini, juga ringan tangan membantu istrinya dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Rasul Ringan Tangan Membantu Istrinya
Keteladanan beliau dalam hal ibadah, dapat kita ketahui melalui aktivitas keseharian. Beliau terbiasa bangun lebih pagi (sebelum waktu subuh tiba), melaksanakan salat malam, dan melaksanakan salat Subuh berjamaah. Melaksanakan salat subuh secara berjamaah ini rutin beliau lakukan sebab memiliki faidah yang luar biasa, sebagaimana sabda beliau:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ. قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Artinya: “Barangsiapa yang melaksanakan salat Subuh secara berjamaah, lalu ia duduk sambil berzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmidzi).
Selanjutnya, keteladanan Nabi dalam hal membantu istrinya, dapat kita ketahui melalui sifat beliau yang ringan tangan dalam membantu tugas pekerjaan rumah tangga istrinya.
Tentang hal ini, kita dapat membayangkan bahwa rumah tangga Rasulullah SAW dan istrinya adalah rumah tangga yang harmonis dan bahagia, sebab ada prinsip kesalingan dalam hal baik di dalamnya. Sayyidah Aisyah ra, istri Rasulullah SAW, menjelaskan aktivitas keseharian Rasulullah SAW dengan cukup detail sebagaimana hadits berikut:
كَانَ بَشَرًا مِنَ الْبَشَرِ يَفْلِي ثَوْبَهُ ، وَيَحْلُبُ شَاتَهُ ، وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ
Artinya: “Beliau manusia sebagaimana manusia yang lain. Beliau membersihkan pakaiannya, memerah susu kambingnya, dan melayani dirinya sendiri.” (HR. Ahmad).
Suami Idaman
Dalam hadis lain, dituturkan aktivitas Rasulullah SAW dalam keseharian sebagai seorang suami yang perlu kita teladani adalah sering membantu istri dan bergegas salat ketika sudah tiba waktunya.
سَأَلْتُ عَائِشَةَ ما كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَصْنَعُ في بَيْتِهِ؟ قالَتْ: كانَ يَكونُ في مِهْنَةِ أهْلِهِ – تَعْنِي خِدْمَةَ أهْلِهِ – فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ خَرَجَ إلى الصَّلَاةِ.
Artinya: “Aku bertanya kepada Aisyah: ‘Apa yang dilakukan oleh Nabi SAW di rumah beliau?’, Aisyah menjawab: ‘Beliau senantiasa membantu pekerjaan rumah istrinya. Apabila tiba waktu salat, maka beliau bangkit untuk melaksanakan salat.’” (HR. Bukhari).
Berdasarkan teladan Nabi SAW sebagai suami di atas, maka semestinya laki-laki muslim harus mampu meneladani sikap Rasulullah SAW yang ketika menjadi seorang suami tak lantas membuat beliau lupa akan kewajiban ibadah kepada Allah SWT.
Justru Rasul selalu membimbing keluarganya dalam hal beribadah. Selain itu, sebagai suami, beliau juga tak segan membantu istrinya dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah tangga. Dengan mengikuti dan meneladani Nabi SAW sebagai seorang suami, seorang muslim tentu akan memiliki budi pekerti yang baik.
Hal ini sebagaimana yang telah Rasulullah SAW ajarkan, sehingga teladan Nabi ini layak menjadi suami idaman bagi seorang muslimah salihah. Ketika menikah nanti, Insya Allah rumah tangga yang harmonis dan bahagia akan dapat terwujud sebab terdapat prinsip kesalingan dalam kebaikan antara suami dan istri. Wallahu a’lam bisshawab. []