Mubadalah.id – Pada 24-26 Februari 2024, Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy melaksanakan Tasyakkur dan Haflah Akhirussanah yang ke-31. Setiap tahunnya, akan ada tema sebagai ikon khas dalam acara haflah. Tahun ini, tema yang diangkat adalah tentang keberlanjutan lingkungan.
Dengan tema tersebut, para panitia menyepakati jargon yang berbunyi “Lestari Bumi Pertiwi.” Tema tersebut kemudian disebarluaskan kepada masyarakat melalui akun media sosial Pondok Kebon Jambu berupa design logo, reels, dan foto.
Isu lingkungan memang sedang marak entah dalam platform media sosial maupun dalam kenyataan. Misalnya dibuktikan dengan sekelompok anak muda yang memiliki konsen pada persoalan sampah yang tergabung dalam Pandawara Grup. Mereka beranggotakan 5 orang pemuda yang peduli terhadap kelestarian pantai-pantai di Indonesia.
Dalam skala ke pesantrenan, sebut saja Pesantren Emas (Ekosistem Madani Atasi Sampah), yang merupakan program peduli sampah di lingkungan pesantren. Program tersebut nyatanya cukup berhasil diterapkan di beberapa pesantren, termasuk di Pondok Pesantren Kebon Jambu. Keberhasilan tersebut terwujud dengan terlaksananya Halaqah Sampah pada 27 januari kemarin.
Acara-acara Pra-Haflah
Terlaksananya Halaqah Sampah kemudian menjadikan Pondok Kebon Jambu sebagai pusat pembelajaran pengelolaan sampah di pesantren. Halaqah tersebut kemudian tertulis sebagai bagian dari Pra Haflah Akhirussanah, yang tema terkait Isu Lingkungannya berlanjut dalam serangkaian Acara Haflah Akhirussanah.
Rangkaian Pra Haflah yang menjadi ciri khas adalah musabaqah atau ajang perlombaan antar santri putra maupun putri. Pada ajang tersebut, tema lingkungan juga jelas terpampang dalam logo serta moto musabaqah yang mengharuskan para santri, entah dalam lomba menulis maupun yang lainnya selain lomba kitab kuning, harus memasukkan tema lingkungan.
Tak hanya ajang perlombaan dalam panggung. Perlombaan lapangan dengan delegasi pertingkatan dalam acara karnaval sebelum haflah pun mengangkat tema lingkungan.
Dengan kreativitasnya, para santri membuat makromatur berbentuk bumi, kebun binatang dengan hewan-hewan yang hampir punah akibat ekosistem lingkungan yang buruk, badak bercula satu sebagai gerakan perlindungan hewan-hewan langka, pabrik plastik sebagai bentuk perlawanan juga kostum-kostum unik yang terbuat dari sampah.
Simbolik Keberlanjutan Lingkungan dalam Opening dan Closing Akhirussanah
Pada acara karnaval dengan tema lingkungan, loyalitas para santri memang sangat terlihat dalam memeriahkan acara pra-haflah. Namun, saat opening dan closing acara pun, kemeriahan tak kalah menariknya. Saat acara opening berlangsung, setelah para santri menampilkan tarian, nyanyian dan teater, Segenap Pengasuh diminta naik ke atas panggung utama untuk membuka acara.
Saat itu, Ibunda Ny. Hj. Masriyah Amva, Ny. Awanillah Amva, KH. Syafi’i Atsmari, K. Robith Hasymi Yasin, dan K. Hasan Rohmat telah berdiri dengan pohon di depannya. Pohon tersebut telah panitia siapkan sebagai bentuk perwujudan dan harapan dari Lestari Bumi Pertiwi. Segenap pengasuh bersama-sama memasukkan tanah sebagai filosofi dari menanam pohon. Kemudian para pengasuh menyiram pohon tersebut sebagai gerakan melakukan penghijauan bersama.
Setelah prosesi opening, pada acara closing rupanya panitia telah menyiapkan hal yang lebih inspiratif untuk menegaskan pelestarian lingkungan. Pohon-pohon yang saat opening hanya berupa dedaunan, telah berbuah dan berbunga saat closing Haflah Akhirussanah.
Ibunda Ny. Hj. Masriyah dan Ny. Hj. Awanillah Amva masih ikut serta dalam acara closing dengan Yayu Anis, Yayu Mila, dan Yayu Saily Rahmah yang menemani sebagai pendamping. Kemudian terlihat dari panggung utama ketika pengasuh dan dewan pengasuh bersama-sama memetik buah dan bunga yang telah tumbuh nan ranum.
Prosesi menyiram dan memetik oleh para Pengasuh menjadi hal baru dalam Haflah Akhirussanah kali ini. Sebab yang biasanya pembukaan dan penutupan selalu berisi ucapan serta harapan, kali ini kedua acara tersebut disertai dengan prosesi simbolis yang menarik.
Kreativitas Mengenai Tema Lingkungan yang Tak ada Habisnya
Serangkaian acara akhirussanah dengan tema keberlanjutan lingkungan jika dikemas dengan kreativitas dan ide akan menjadi hal yang menarik. Karena sebenarnya ada banyak hal yang bisa dibahas dan diangkat terkait tema lingkungan. Dalam Haflah di kebon jambu ini, simbolik yang ada dalam opening dan closing merupakan harapan agar para santri bisa terus menjaga dan melestarikan lingkungannya.
Adanya tema serupa dalam karnaval pun sebagai bentuk perlawanan terhadap pencemaran lingkungan yang berdampak bagi manusia maupun hewan. Terlebih, sampah plastik merupakan problem utama, yang kebetulan, penanganannya sudah teratasi di Kebon Jambu sebelum haflah. Atau setelah terselenggara kegiatan halaqah sampah.
Gerakan tersebut juga terbungkus dalam video pendek yang mengharuskan tamu dan wali santri agar membawa tumbler untuk mengurangi sampah plastik. Pentingnya memilah sampah juga tersebar dalam bentuk reels oleh media Kebon Jambu.
Harapan Atas Tema Keberlanjutan Lingkungan dalam Akhirussanah
Harapan ke depannya, Pondok Kebon Jambu terus melanjutkan pelestarian lingkungan serta dapat mengajak masyarakat luas. Dengan serangkaian acara Haflah dan Tasyakkur Akhirussanah dengan tema keberlanjutan lingkungan, semoga terus melekat dalam ingatan sehingga para santri dan masyarakat dapat menerapkan gerakan pelestarian bumi pertiwi.
Pengasuh pesantren yang menanam dan memetik tanaman secara simbolis terlihat menyegarkan. Semoga dengan teladan baik ini dapat menjadi inspirasi bagi khalayak umum agar tergerak untuk melakukan aksi dan gerakan keberlanjutan lingkungan. []