Mubadalah.id – Yang menarik untuk dinyatakan adalah bahwa kesaksian dalam hal-hal spiritual, keimanan, dan yang menyangkut hubungan vertikal hamba dengan Khaliknya sama sekali tidak membedakan laki-laki dan perempuan.
Hanya dalam soal-soal hubungan antar manusia saja masalah gender yang mengemuka. Itu pun hanya ada secara eksplisit dalam QS. al-Baqarah ayat 282 tentang kesaksian dalam transaksi utang piutang.
Sementara ayat lain yang menyebut angka saksi, yakni empat orang untuk kasus perzinaan (QS. an-Nisa ayat 15 dan an-Nur ayat 4).
Lalu, dua orang untuk saksi wasiat (QS. al-Maidah ayat 106) dan ruju’ (QS. ath-Thalaq ayat 2). Semuanya tidak menyebutkan bahwa ayat itu hanya berlaku untuk laki-laki.
Bahwa dalam pemahaman fiqh kemudian ada yang melakukan pembatasan, itu soal lain. Yang jelas al-Qur’an sendiri tidak eksplisit menyatakan demikian.
Bahkan dalam hal menolak tuduhan zina, kesaksian istri yang merasa tidak berzina. Namun tidak bisa menghadirkan empat orang saksi diterima kesaksiannya seorang diri setelah empat kali bersaksi dengan menyebut nama Allah bahwa dirinya benar dan suaminya salah.
Empat kali sumpah istri yang menolak tuduhan zina ini sama jumlahnya dengan empat kali sumpah suami yang melontarkan tuduhan kepada istrinya tanpa ada saksi mata selain dirinya.
Bahkan dalam kasus yang demikian kesaksian istri langsung kita terima dalam arti tuduhan zina atasnya menjadi gugur. Demikianlah al-Qur’an menjelaskan hal ini secara gamblang dalam QS. an-Nur ayat 6-8. Soal siapa yang benar di antara keduanya, adalah Allah Yang Maha Tahu.
Melihat variasi ayat kesaksian dapatlah kita katakan bahwa kesaksian perempuan dalam al-Qur’an tidak boleh kita patok dalam satu pola. Yakni bahwa kesaksian perempuan bernilai setengah kesaksian laki-laki. Sebagian besar ayat kesaksian malah tidak mempersoalkan gender. Pun dalam soal hubungan suami istri, kesaksian mereka dinilai sama.
Dengan demikian dapatlah kita katakan bahwa kesimpulan bahwa harga perempuan setengah dari harga laki-laki semata-mata hanya berdasarkan satu dari 140 lebih ayat tentang kesaksian adalah tidak tepat.
Satu ayat itu pun sesungguhnya jika dipahami secara kontekstual dengan melihat latar belakang dan tujuannya, seperti dijelaskan dalam edisi yang lalu, tidak bisa disimpulkan sebagai bentuk diskriminasi gender. []