Mubadalah.id – Hadis ini menjelaskan Ummu Salamah protes kepada Rasulullah karena perempuan tidak tersebut dalam Al-Qur’an.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ لاَ أَسْمَعُ اللَّهَ ذَكَرَ النِّسَاءَ فِى الْهِجْرَةِ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى (أَنِّى لاَ أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ). رواه الترمذي في سننه، رقم الحديث: 3296، كتاب تفسير القرآن، باب ومن سورة النساء.
Terjemahan: Dari Umm Salamah ra, ia bertanya ke Rasulullah Saw: “Wahai Rasul, saya tidak mendengar Allah mengapresiasi hijrah para perempuan”. Kemudian Allah Saw menurunkan ayat: “Bahwa sesungguhnya aku tidak akan membuang-buang apa yang diperbuat setiap orang di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian kamu dari sebagian yang lain”. (Sunan Turmudzi, no. Hadis: 3296).
Sumber Hadis: Hadis ini dengan teks persis seperti di atas hanya diriwayatkan Imam Turmudhi dalam Sunannya. Tetapi kitab-kitab Tafsir menyebut berbagai versi lain yang lebih komprehensif. (Baca: Penggunaan Jilbab, Tafsir Keagamaan dan Penghayatan tentang Tubuh)
Penjelasan Singkat: Dalam konteks pemahaman keagamaan, kita lebih sering mendengar anjuran dan nasehat agar perempuan tidak banyak bertanya dan menuntut, lebih baik diam dan ikut aturan yang telah digariskan.
Tetapi, justru ada banyak kisah perempuan sahabat pada masa Nabi Saw justru aktif, ekpresif, dan asertif. Mereka biasa bertanya, meminta, bahkan menuntut ketika tidak menerima sesuatu yang menjadi hak mereka, menjadi korban kekerasan, bahkan ketika al-Quran tidak mengapresiasi kerja kerja mereka.
Hadis Umm Salamah ra ini hanya salah satu saja dari catatan-catatan kegelisahan perempuan masa awal Islam terhadap al-Quran yang secara literal tidak menyebut perempuan mengenai kiprah mereka dalam hal hijrah dan jihad.
Kita tahu, ayat-ayat mengenai hal ini, terkesan tidak memasukkan perempuan, karena bahasa Arab menggunakan struktur laki laki. Kemudian Allah Swt menurunkan ayat yang menegaskan bahwa setiap amal baik tidak mengenal jenis kelamin, siapapun yang melakukannya, dia layak memperoleh apresiasi dan balasan dari Allah.
Semua amal, baik di ranah publik seperti hijrah dan jihad, maupun di ranah domestik seperti mengasuh anak dan mengelola rumah tangga. Siapa yang melakukannya dengan baik, laki laki atau perempuan, diapresiasi Islam, Allah, dan Rasul-Nya. Harusnya juga diapresiasi umat Islam dan sistem sosial yang berasaskan Islam. Inilah pekerjaan rumah kita bersama, untuk mewujudkan sistem sosial yang mengapresiasi kerja-kerja siapapun secara nyata, di ranah domestik maupun publik.