• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Untuk Berkembang, Haruskah Kita Keluar dari Zona Nyaman?

Kita seringkali terjebak dalam paradigma bahwa kemajuan hanya dapat dicapai melalui perubahan besar atau keluar dari kenyamanan

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
27/12/2024
in Personal
0
Zona Nyaman

Zona Nyaman

862
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Apa pendapatmu tentang anggapan bahwa kita harus keluar dari “Zona Nyaman?”

Mubadalah.id – Belakangan, ramai orang-orang berbicara tentang bagaimana manusia harus keluar dari zona nyaman agar dapat mencapai sesuatu. Disebut zona nyaman, karena dianggap sebagai tempat atau fase yang akan membuat kita merasa nyaman dan tidak mau berkembang atau meng-eksplore hal baru yang lebih menantang. Zona nyaman bikin kita ya tetap di situ-situ aja deh. Katanya.

Oke, memang ada benarnya. Tapi terkadang, saya merasa anggapan orang lain itu juga semakin ke sini terdengar seperti berlebihan, atau kasarnya, agak sok tau ya akan kehidupan orang.

Karena nyatanya, cuitan orang-orang tentang zona nyaman tidak selalu sama dengan realitas yang dialami pada tiap individu. Kita tidak pernah tahu, mungkin, bagi sebagian orang, hal-hal sederhana bisa jadi terkesan wow loh. Di situlah makna hidupnya, sesuatu yang memang membuatnya merasa hidup.

Misalnya, sekedar bersepeda keliling dengan teman-teman, atau bermain kartu bareng, makan bersama keluarga, pokoknya hal-hal yang harusnya menjadi kegiatan sehari-hari yang biasa aja, tapi ternyata bagi sebagian orang, itu menjadi hal yang istimewa. Bahkan kegiatan itu sampai bisa diingat sepanjang hidupnya.

Pada intinya, persepsi kenyamanan bersifat subyektif: apa yang terasa nyaman bagi seseorang belum tentu demikian bagi orang lain. Seringkali, kita terburu-buru menasihati mereka yang tampak hidup dalam kenyamanan, menyarankan, “Cobalah berubah, keluarlah dari zona nyamanmu.” Namun, kita seringkali mengabaikan kemungkinan bahwa apa yang kita anggap sebagai zona nyaman justru menyimpan tantangan berat bagi mereka.

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

Menyoal Zona Nyaman

Bukankah keberhasilan dan kepuasan hidup tidak selalu diukur dari pencapaian besar? Hal-hal kecil dan sederhana pun bisa menyimpan makna yang mendalam. Noted!

Sebenarnya, tidak ada masalah jika kita memang ingin mendorong orang lain agar keluar dari zona nyaman. Hanya saja, kita sering lupa kalau jalan hidup setiap orang itu berbeda-beda dan akan selalu unik di mata orang lain. Semua manusia beragam, dan segalanya  yang mencakup pengalaman, kemampuan, prioritas, termasuk langkah ke depan, juga pasti akan ikut berbeda.

Jadi menurut saya, lebih baik kita memahami dulu, sebelum menghakimi dan memaksa agar orang lain keluar dari zona nyaman mereka. Begitu.

Selain itu, di luar konteks tersebut, bukankah akan lebih baik jika kita berada di dalam zona nyaman ketika melakukan sesuatu? Dalam hal ini, saya membahas mengenai prosesnya. Belajar, bekerja, semua hal akan jauh lebih baik kita jalani saat kita berada dalam kondisi nyaman. Setuju?

Saya yakin bahwa kebahagiaan itu harus berasal dari dalam batin kita. Maka, segala pencapaian dalam hidup kita pun juga harus membuat kita merasa tenang dalam menjalaninya. Termasuk juga dalam proses pencapaiannya. Bukan hanya hasilnya.

Belajar dari Ibu Rumah Tangga

Henry Manampiring dalam bukunya “Filosofi Teras” pun mengatakan bahwa,

“Suatu hal tidak menjadi worth it (berharga) untuk dikejar kalau kita tidak enjoy dalam mengejarnya. Karena pada akhirnya kita bisa belajar lebih banyak ketika kita menikmati the journey, not the result”.

Contoh sederhananya, seorang Ibu Rumah Tangga, yang sehari-hari membuat masakan, membersihkan rumah, dan lain sebagainya, tentu akan merasakan lelah yang luar biasa jika ia tidak menikmati prosesnya dalam menjalani aktivitas sehari-harinya itu. Seorang pelajar tidak akan termotivasi jika ia menganggap bahwa belajar adalah hal yang sangat berat, dan ia  akhirnya tidak menjadikan belajar sebagai aktivitas yang menyenangkan.

Begitu juga seorang pekerja, yang melaksanakan kegiatan hanya untuk mendapatkan upah atau sibuk dengan ambisinya terkait jabatan, dll. Hal itu justru akan membuatnya tidak tenang. Artikel yang saya tulis ini pun rasanya mungkin tidak akan menjadi worth it bagi saya, jika saya tidak enjoy dan bersemangat dalam menulisnya.

Banyak hal yang kemudian menjadi penyebab kita gagal merasakan ketenangan dalam hidup. Dan kita seringkali melupakan ketenangan itu demi mencapai hal-hal yang kita anggap sebagai hal yang besar. Akibatnya, yang sering terjadi yaitu kita terjebak dalam perasaan yang selalu merasa kurang, dan tidak pernah merasa cukup. Padahal, tidak ada yang lebih berharga selain ketenangan itu sendiri.

Dengan mempertimbangkan berbagai perspektif zona nyaman, saya menyadari bahwa perjalanan hidup setiap individu sangatlah unik dan kompleks. Sehingga, mendorong orang untuk keluar dari zona nyaman mereka tidak selalu menjadi solusi yang tepat. Justru, memahami dan menghargai perjalanan serta tantangan yang dihadapi oleh setiap orang adalah langkah yang lebih bijaksana.

Hal Berharga dalam Momen Sederhana

Kita seringkali terjebak dalam paradigma bahwa kemajuan hanya dapat dicapai melalui perubahan besar atau keluar dari kenyamanan. Namun, kenyataannya, banyak hal berharga dalam hidup ini justru ditemukan dalam momen-momen sederhana yang kita nikmati. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan ruang di mana kita bisa merayakan setiap pencapaian, sekecil apapun itu, dan menemukan kebahagiaan dalam proses yang kita jalani.

Selanjutnya, saya penasaran sekali dan ingin menggali lebih dalam tentang bagaimana kita bisa menciptakan keseimbangan antara tantangan dan kenyamanan. Bagaimana kita bisa mendorong diri kita untuk berkembang tanpa kehilangan ketenangan batin yang berharga? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa saling mendukung satu sama lain dalam perjalanan ini tanpa menghakimi?

Dengan pemahaman ini, kita bisa merenungkan pengalaman pribadi kita dan menemukan cara untuk menikmati setiap langkah dalam perjalanan hidup kita. Mari kita bersama-sama menjelajahi konsep ini lebih lanjut dan menemukan makna di balik setiap fase dalam hidup, baik itu yang dianggap nyaman maupun yang penuh tantangan. []

Tags: Filosofi TeraskehidupanKesehatan MentalSelf LoveZona Nyaman
Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID