Mubadalah.id – Akhir-akhir ini di rumah banyak sekali kertas undangan pernikahan yang bertuliskan atas namaku. Ada yang dari teman seangkatan, adik kelas, bahkan adik sepupu pun akan segera melangsungkan pernikahan. Kondisi ini membuat aku sadar, usia bertambah tapi statusku masih belum berubah. Masih betah sendiri, dan itu nggak masalah kok!
Meski pertanyaan bertubi-tubi datang menghampiri. “Kamu kapan menyusul? Umurmu sudah kepala dua loh!” Kapan nikahnya? Masih betah sendiri ya?” Orang lain mungkin mudah untuk bicara. Padahal menikah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebagai anak perempuan yang tinggal di desa, tentu merasa tersudutkan dengan kondisi ini.
Seringkali itu pertanyaan muncul, bukan hanya sekedar bertanya. Tapi di dalamnya mengandung makna yang tersirat. Stigma yang melekat pada diri perempuan yang masih lajang di usia yang sudah tak muda lagi. Karena menikah bukanlah soal umur.
Tentu, saya tidak mengacuhkan pertanyaan itu, tapi menjelaskan bahwa sebagai perempuan saya tidak malu belum menikah pada usia sekarang. Memang, Menikah itu bukan perkara cepat atau lambatnya, tapi tentang kesiapan diri dalam menghadapi segalanya.
Menikah Bukan hanya Soal Komitmen
Jadi jangan pernah punya kenginan menikah karena punya tekanan, sepupu saya udah menikah, teman seangkatan saya udah punya anak, adik kelas saya sudah menikah. Menikah itu karena kita udah siap. Siap hidup dengan dia dan keluarganya, siap menghadapi masalah baru, dan siap ketika menghadapi perdebatan ketika tidak sepemikiran.
Menikah bukan hanya tentang komitmen saja. Karena pernikahan merupakan Ibadah terpanjang. Maka untuk memasukinya membutuhkan kesiapan fisik, kesiapan ekonomi, kesiapan mental.
Kesiapan Fisik
Dengan kesiapan fisik yang baik, semua berjalan dengan lancar. Sebelum menikah harus menjaga pola makan, perawatan tubuh, rajin olahraga, menjaga kebersihan organ intim, tidur yang cukup dan hindarilah stres.
Kesiapan Mental
Artinya akan banyak masalah-masalah yang dihadapi setelah menikah. Harus bisa mengontrol emosi diri sendiri, membangun komunikasi yang baik dengan sesama dan saling terbuka, mengembangkan kemampuan menyelesaikan konflik, kenginan untuk belajar dari kesalahan agar lebih baik, saling mengenali bahasa cinta pada pasangan.
Kesiapan Ekonomi
Mengetahui kondisi keuangan, oleh karena itu sebelum ke jenjang pernikahan kita dan pasangan mengenali kondisi finansial masing-masing.
Lebih baik menikah di waktu yang tepat, bukan cepat. Makannya harus dipertimbangkan ketika kita mau menikah, bagaimana kemampuan laki-laki dan perempuan membangun relasi yang sehat, yang saling mendukung, yang saling memahami, yang bisa menjadi orang tua yang baik dengan finansial yang baik juga.
Jangan sampai menikah karena batasan usia. Dan saya juga tidak bisa mematok usia pernikahan yang tepat. Hidup itu bukan cepat-cepatan umntuk mendapatkan pasangan, tapi tentang kesiapan menerima bagaimana tantangan pernikahan.
Jodoh sudah ada yang ngatur, Ada Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang jodoh. Jodoh menurut islam adalah misteri, sebab hanya Allah SWT yang mengetahui dan menentukan jodoh untuk setiap hamba-Nya.
Tetaplah menjadi pribadi yang baik, maka akan Allah datangkan jodoh di waktu yang tepat.
وَمِن كُلِّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
Artinya:
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah,” (QS Adz-Dzariyat: 49).
Menikahlah dengan kesiapan bukan dengan keterpaksaan, maka akan menghasilkan kebahagiaan bukan malah penderitaan.
Menikah, pasti itu kenginan banyak orang. Baik menikah muda ataupun tidak. Semua pernikahan itu harus disiapkan secara matang. Menikah itu bukan hanya menyatukan dua kepala dalam satu atap saja, bukan hanya tentang aku dan kamu, melainkan tentang dia dan mereka yang akan menjadi kita. []