Mubadalah.id – Perjuangan Wadon Wadas berawal dari Sriyana, seorang perempuan dari Desa Wadas Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, yang tertarik berjuang mempertahankan keutuhan alam di desanya. Awalnya hanya laki-laki saja yang aktif berjuang, sebuah perlawanan dengan cara doa bersama di masjid atau di alas.
Pengetahuan lokalnya mengatakan hancurnya alam menyebabkan para perempuan tidak bisa berinteraksi dengan “ibu bumi”. Para perempuan tidak bisa lagi membuat gula merah, membuat besek, menyadap karet, kehilangan sumber air untuk kebutuhan rumah tangga, bahkan buah kemukus yang berguna untuk obat setelah melahirkan dan lainnya.
Dilansir dari projectmultatuli.org, Sriyana dengan dukungan beberapa aktivis perempuan, mengajak ibu-ibu berkumpul untuk membicarakan soal perjuangan warga menjaga alam Wadas. Gayung bersambut, mereka mau mengadakan pertemuan rutin dan sepakat menamakan dirinya, Wadon Wadas.
Menyimak perjuangan Wadon Wadas, saya ingin menelisik bagaimana Islam melihat persoalan alam dan lingkungan. Selain kepada sesama manusia, implementasi Islam rahmatal lil alamin juga ditujukan pada alam, lingkungan serta binatang. Banyak sekali hadits-hadits yang mengajarkan untuk memiliki sikap kepedulian terhadap kelestarian alam, lingkungan dan binatang. Antara lain;
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘Anhu dia bercerita bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits no.1552).
Sementara dalam hadits lain juga ditemukan narasi serupa. Rasulallah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para pengasih dan penyayang dikasihi dan disayang oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh zat yang ada di langit.” (HR Abu Dawud no 4941 dan At-Tirmidzi no 1924 dan disahihkan oleh Syekh Albani dalam as-Sahihah no 925)
Melalui sabda Nabi tersebut secara gamblang menyampaikan pesan tentang tugas manusia untuk menjaga lingkungannya, dan seluruh makhluk yang ada di bumi, dengan tidak membuat kerusakan serta mengganggu ekosistem kehidupan yang sudah ada selama ini.
Sebagaimana kisah dari sahabat Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu, yang bisa dijadikan hikmah dan dukungan terhadap perjuangan Wadon Wadas. Suatu ketika Sahabat Umar sedang berjalan-jalan di Kota Madinah, ia melihat anak kecil sedang meremas-remas seekor burung di sangkarnya. Melihat hal itu, Sahabat Umar merasa kasihan dengan burung tersebut, lalu ia berjalan mendekati anak itu, dan membeli burung untuk dibebaskan kembali ke udara.
Ketika Sahabat Umar wafat, sebagian ulama bermimpi bertemu Sahabat Umar, lalu para ulama menanyakan keadaannya, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu?” sahabat Umar menjawab, “Allah telah mengampuniku dan melebur segala dosa-dosaku.”
“Dengan amal apa? Apakah dengan sifat dermawanmu? Sifat adilmu? Ataukah dengan sifat zuhudmu?” tanya para ulama.
Sahabat Umar menjawab, “Ketika kalian meletakkanku di liang kubur, menutupiku dengan debu, lalu meninggalkanku dalam kesendirian, dua malaikat yang sangat menakutkan masuk dalam kuburku, maka seketika itu juga akalku seolah-olah melayang terbang, persendianku gemetar, karena rasa takutku akan kedatangan dua malaikat itu.”
“Ketika dua malaikat itu ingin mengujiku, tiba-tiba terdengar suara yang begitu berwibawa, “Wahai Malaikat Munkar dan Nakir, tinggalkanlah ia, jangan kalian takuti hamba-Ku yang satu ini, karena sesungguhnya Aku telah mengasihi, dan mengampuninya. Sungguh, ia tatkala hidup di dunia telah menyayangi dan mengasihi seekor burung, maka sebagai balasannya, Aku menyayanginya di akhirat.”
Kisah di atas, saya kutip dari Muhammad bin Abi Bakr al-Masyhur, al-Mawa’idz al Ushfuriyyah, dalam buku Fiqih Kebangsaan 2: Menebar Kerahmatan Islam, yang ditulis Tim Bahtsul Masail Himasal Ponpes Lirboyo Kediri Jawa Timur.
Melalui kisah ini, setidaknya saya ingin ikut membela, serta memberi dukungan terhadap Wadon Wadas. Dan, saya bersepakat bahwa Wadon Wadas sedang menjawab tantangan sejarah, berjuang membela hak hidupnya bersama alam di tanah air kelahiran, negerinya sendiri. []