Mubadalah.id – Masyarakat betawi biasa menyebut walimatul ‘ursy dengan sedekah. Sebutan ini tepat, karena memang jamuan makan yang disiapkan tuan rumah untuk para tamu merupakan sedekah dari tuan rumah.
Karena walimatul ‘ursy adalah sedekah, tak semestinya penyelenggaraan dilakukan melebihi batas kemampuan apalagi sampai berhutang yang membelit di kemudian hari. Bahkan jika sampai hutang resepsi tidak dikomunikasikan kepada pasangan sebelum menikah, hal ini bisa memicu percekcokan, bahkan perceraian.
Karena walimatul ‘ursy adalah sedekah, tak semestinya pula mempelai atau keluarga mengkalkulasi agar biaya yang ia keluarkan bisa tertutupi oleh sumbangan para tamu.
Bagi tuan rumah, sedekah walimah adalah dengan menjamu tamu sebaik-baiknya. Bagi tamu, sedekah walimah dengan kehadiran dan sumbangannya. Walimatul ‘Ursy menjadi sarana bagi tuan rumah atau tamu untuk sama-sama bersedekah dan saling membahagiakan.
Do and Don’t!
Dalam bab khusus tentang walimah yang terdapat dalam kitab-kitab hadits, terdapat petunjuk apa yang mesti ia ilakukan dan apa yang mesti ia tinggalkan.
Bagi mempelai dan keluarganya, Nabi memerintahkan menyelenggarakan walimah meski hanya dengan seekor kambing. Namun Nabi mengingatkan agar walimah bukan menjadi pesta yang hanya bagi kalangan orang kaya. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
شر الطعام طعام الو ليمة يدعى لها الاْغنياء ويترك المسكين
Artinya: “Makanan yang paling buruk adalah makanan dari walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja, sedangkan orang-orang miskin tidak ia undang.”
Walimah juga tidak boleh tabdzir dan berlebihan. Dalam hadits riwayat At-Turmudzi dari Ibnu Masud, Rasulullah saw bersabda:
الوليمة اول يوم حق والثاني معروف واليوم الثا لث سمعة وريا ء
Artinya: “Walimah pada hari pertama adalah kebenaran, pada hari kedua adalah kemakrufan, dan pada hari ketiga adalah untuk diri dan pamer.”
Sebagai momen kebahagiaan, hiburan pun tidak ada larangan. Di masa Nabi hiburan walimah adalah tabuhan gendang. Di masa kini tentu jenis hiburan bisa berkembang. Yang penting tidak mengandung unsur maksiat dan membuat orang lupa diri dan lupa Allah. []