• Login
  • Register
Minggu, 25 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

3 Pesan Moral Kepergian Emmeril Kahn Mumtadz, yang Terakhir Bikin Haru!

Berita duka wafatnya Emmeril Kahn Mumtadz, putra Gubernur Jawa Barat akibat tenggelam di Sungai Aare, Swiss menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Orang-orang tidak hanya mengucapkan bela sungkawa atau mendoakan kepergian Eril dengan tenang dan bersahaja. Publik dibuat kagum dengan teladan yang diberikan oleh keluarga Ridwan Kamil dan Atalia.

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
10/06/2022
in Keluarga, Rekomendasi
0
Pesan Moral Kepergian Emmeril Kahn Mumtadz

Pesan Moral Kepergian Emmeril Kahn Mumtadz

362
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Seluruh masyarakat Indonesia saat ini tengah diselimuti rasa duka, lantaran kabar hilangnya anak sulung Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Emmeril Kahn Mumtadz atau yang akrab dipanggil Eril hilang sejak 26 Mei 2022 disebabkan terseret air sungai Aare di Bern-Swiss. Ada pesan moral kepergian Emmeril Kahn Mumtadz yang tersirat dari peristiwa memilukan ini.

Pencarian Eril telah dilakukan lebih dari empat belas hari, dan akhirnya ditemukan. Laman resmi kepolisian pada Kamis 9 Juni 2022 malam, mengonfirmasi penemuan tersebut. Eril dinyatakan telah meninggal dunia.

Berita duka ini menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Orang-orang tidak hanya mengucapkan bela sungkawa atau mendoakan kepergian Eril dengan tenang dan bersahaja. Publik juga dibuat kagum dengan teladan yang diberikan oleh keluarga Ridwan Kamil dan Atalia. Dari mereka kita belajar arti kehilangan, dan pesan moral kepergian Emmeril Kahn Mumtadz.

Tiga Pesan Moral Kepergian Emmeril Kahn Mumtadz

Pertama, Pesan Ketauhidan bahwa hanya Allah Yang Maha Memiliki Alam Semesta. Menjelang kepulangan keluarga Kang Emil dan Teh Lia ke Indonesia, dalam akun Instagram @ataliapr, Teh Lia untuk pertama kalinya mencurahkan perasaannya atas kepergian Eril.

Ril… mamah pulang dulu ke Indonesia, ya…

Baca Juga:

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah SWT, dimana pun kamu berada…

Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan atau kekurangan apapun. Bahkan kamu akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia, dan kebahagiaan yang tak pernah putus.

Di sini, di sungan Aare yang luar biasa indah dan cantik ini, mamah lepaskan kamu, untuk kita bertemu lagi cepat atau lambat.

            Seperti yang pak walikota sampaikan,

            “The city of Bern will forever be deeply connected to us…”

            Doa terbaik mamah dalam setiap helaan nafas,

            Atalia

           Aare river, Juni 2022 

Ungkapan ini adalah caption untuk foto bertiga di tepi sungai Aare, Teh Lia, Kang Emil, dan putri mereka, Zara. Sungguh sangat menyayat hati setiap pembaca. Ungkapan seorang ibu yang kehilangan anaknya, namun begitu menyiratkan ketabahan dan kepasrahan kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Sebuah nilai ketauhidan, dan pesan moral kepergian Emmeril Kahn Mumtadz.

Kesadaran bahwa setelah diri kita sendiri, kita adalah milik Tuhan. Meskipun relasi antara orang tua dan anak, betul bahwasannya anak adalah sebuah titipan. Kepemilikan mutlak hanya pada Allah SWT semata

Kedua, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Peribahasa ini memiliki makna bahwa sekalipun seorang manusia telah tiada, ia akan tetap diingat oleh sebab perbuatannya. Raga boleh saja pergi, namun jasa akan selalu terpatri. Baik atau buruk perbuatan seseorang semasa hidupnya, akan memberikan kenangan manis atau pahit bagi orang yang berduka atas kepergiannya.

Banyak orang mengenal sosok Emmeril Khan Mumtadz sebagai pemuda yang cerdas, kreatif dan produktif. Kecerdasaannya diperoleh dari ayahnya, Ridwan Kamil. Keduanya merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung, masuk peringkat 10 terbaik perguruan tinggi di Indonesia dan peringkat 201-300 di Dunia versi THE Impact Rankings 2022.

Eril juga merupakan pendiri sebuah komunitas Non-governmental Organization bernama “Jabar Bergerak Zillenial”.  Komunitas ini bertujuan untuk mewadahi anak muda Jawa Barat dalam berkolaborasi di berbagai aksi kemanusiaan dan pendidikan. Semasa hidupnya, Eril berupaya memberikan kontribusi terbaik untuk orang-orang sekitar, khususnya anak muda.

Hal ini juga disampaikan oleh Erwin Muniruzaman, kakak Ridwan Kamil, sebagai perwakilan keluarga yang mengabarkan perkembangan terkini terkait pencarian Eril. Berdasarkan tayangan di channel YouTube KOMPASTV, Erwin mengatakan bahwa Eril adalah anak yang saleh. Ia selalu berprilaku baik, bahkan keberangkatannya ke Swiss adalah untuk menuntut ilmu, melanjutkan studi magister.

Aktivitas terakhir yang dilakukan Eril yakni berenang, merupakan salah satu olahraga yang dianjurkan dalam hadits nabi, selain memanah dan berkuda. Selain itu, dilansir dari unggahan @nuonline, tertulis dalam kitab Nihayatuz Zain karangan Syekh Nawawi Al-Bantani, bahwa orang yang mati tenggelam dihukumi mati syahid.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Mati syahid ada tujuh macam selain berperang di jalan Allah Azza wa Jalla; Orang yang meninggal karena penyakit tha’un (wabah) adalah syahid, orang yang meninggal karena sakit perut adalah syahid, orang yang meninggal tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal tertimpa benda keras adalah syahid, orang yang meninggal karena penyakit pleuritis adalah syahid, orang yang mati terbakar adalah syahid dan seorang wanita yang mati karena hamil adalah syahid.” (HR. An-Nasa`i)

Ketiga, Keluarga adalah segalanya. Berbagai upaya dilakukan keluarga Kang Emil untuk mencari jasad Eril. Bahkan pihak Pemerintah Swiss juga menjadikan pencarian Eril sebagai prioritas utama. Tersebar video yang diunggah dalam insta story Teh Lia, setiap harinya Kang Emil juga terjun langsung menyusuri Sungai Aare.

Ikhtiar maksimal telah diupayakan. Sebelum kepulangannya ke Indonesia, Kang Emil melantunkan adzan terbaiknya di tepi Sungai Aare. Adzan yang dilantunkan seorang ayah bukan untuk menyambut anaknya, namun mengucapkan salam perpisahan sembari mengikhlaskan kepergiannya. Tertulis dalam unggahan terakhir Kang Emil.

Wahai Sungai Aare,

Sebagai sesama makhluk Allah SWT, aku titipkan jasad anak kami kepadamu.

Sudah kukumandangkan adzan terbaikku di tepi batasmu..

Bahagiakan dia dalam keindahanmu.

Selimuti dia dalam kehangatanmu.

Lindungi dia dalam kemegahanmu.

Sucikan dia dalam kejernihanmu.

Jadikan doa-doa kami menjadi cahaya penerang jasad syahidnya di dasarmu.

Engkau sudah ditakdirkan sebagai tempat terindah dan terbaik baginya untuk bertemu dengan pemilik dan pelindung sejatinya, Allah SWT.

Berjanjilan padaku, wahai Sungai Aare.

Bagi Ridwan Kamil, keluarga adalah hal yang paling utama, seperti charging station. “Ketika pulang ke rumah setelah menghadapi banyak permasalahan, melihat anak-anak dan bercerita dengan yang tersayang, adalah satu-satunya support system yang saya miliki,” ujarnya dihadapan peserta diskusi di LSE (London Schools of Economics), London-Inggris.

Demikian tiga pesan moral kepergian Emmeril Kahn Mumtadz. Doa terbaik untuk Ridwan Kamil dan keluarga. Semoga Allah senantiasa menganugerahi ketabahan dan kekuatan. Selamat jalan Emmeril Kahn Mumtadz, semoga Khusnul Khotimah. Aamiin. []

Tags: CintaEmmeril Kahn MumtadzkeluargaPesan MoralRidwan Kamil
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

Ulama perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

24 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Laku Tasawuf

    Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an
  • Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum
  • Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version