• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

4 Alasan Bahasa Indonesia Layak Menjadi Bahasa Resmi ASEAN

Bahasa Indonesia telah menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan di berbagai universitas Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Asia, sehingga kemajuan dan kerjasama akademik, riset, perdagangan, hingga investasi menjadi peluang besar yang tidak terbantahkan

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
18/04/2022
in Publik
0
Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

180
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Kami juga setuju dan berterima kasih kepada Presiden karena setuju dengan Malaysia untuk memperkuat bahasa Melayu, bahasa Melayu yang merupakan bahasa serumpun… Jadi kami sepakat, siap dengan antarbangsa. Saya, seperti Presiden akan menggunakan bahasa Melayu sebagai media komunikasi kita dan kita sepakat bahwa jika kita bekerja sama untuk memperkuat bahasa rumpun Melayu ini, bahasa rumpun Melayu, mungkin suatu saat bisa dijadikan bahasa ASEAN.”

Mubadalah.id – Begitulah penggalan pernyataan Ismail Sabri Yaakob, Perdana Menteri Malaysia dalam keterangan pers bersama dengan Presiden Joko Widodo di kanal YouTube Sekretariat Presiden yang telah dialih bahasakan ke bahasa Indonesia pada Jum’at 1 April 2022.

Namun, menurut Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, pernyataan dari PM Ismail Sabri Yaakob hanyalah sebuah bentuk usulan yang masih memerlukan kajian dan pembahasan lebih lanjut. Hal serupa juga disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam keterangan tertulisnya yang dilansir dari laman resmi milik Kemendikbudristek.

“Saya sebagai Mendikbudristek, tentu menolak usulan tersebut. Namun, karena ada keinginan negara sahabat kita mengajukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN, tentu keinginan tersebut perlu dikaji dan dibahas lebih lanjut di tataran regional. Saya imbau seluruh masyarakat bahu membahu dengan pemerintah untuk terus berdayakan dan bela bahasa Indonesia.”

Jika mencermati pernyataan Menteri Luar Negeri RI dan Mendikbudristek RI sangat jelas bahwa keduanya berpendapat bahwa pernyataan PM Malaysia baru bersifat usulan bukan ketetapan. Menurut Menteri Nadiem, Bahasa Indonesia lebih layak untuk dikedepankan sebagai bahasa resmi ASEAN dengan mempertimbangkan keunggulannya pada historis, hukum, dan linguistik. Ada 4 (empat) alasan Bahasa Indonesia layak untuk dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN, yaitu:

Pertama, di tingkat internasional, Bahasa kita telah menjadi bahasa terbesar di Asia Tenggara dan persebarannya telah mencakup 47 (empat puluh tujuh) negara di seluruh dunia. Menurut Statista, salah satu portal data dan statistik paling terkenal yang berasal dari Jerman, jumlah penduduk Indonesia pada 2021 adalah 272,25 juta jiwa bahkan proyeksi populasi ini diperkirakan menjadi 274,86 juta pada 2022.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Sedangkan jumlah populasi warga ASEAN adalah 665,30 juta jiwa pada 2021, hal ini berarti 40,92% dari penduduk ASEAN adalah penduduk Indonesia yang juga penutur Bahasa kita. Menjadi sangat layak jika Bahasa kita dijadikan bahasa resmi ASEAN, mengingat jumlah penutur bahasa Indonesia paling banyak jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.

Kedua, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) telah diselenggarakan oleh 428 lembaga, baik yang difasilitasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek maupun yang diselenggarakan secara mandiri oleh pegiat BIPA, pemerintah, dan lembaga di seluruh dunia.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa BIPA bertujuan untuk menyebarluaskan Bahasa kita, menyampaikan informasi tentang Indonesia, termasuk memperkenalkan masyarakat dan budaya Indonesia. Dengan kata lain, BIPA memiliki peran yang besar sebagai penunjang keberhasilan diplomasi kebahasaan Indonesia di dunia internasional.

Ketiga, Bahasa Indonesia telah diajarkan sebagai mata kuliah di sejumlah kampus kelas dunia di Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan di beberapa perguruan tinggi terkemuka di Asia. Bukan tanpa alasan mengapa Bahasa kita dijadikan salah satu mata kuliah di sana.

Karena bagaimanapun di kalangan akademisi, Bahasa Indonesia diperlukan untuk menunjang kerjasama riset dan pendidikan tinggi antar universitas negara tersebut. Bahkan dengan Bahasa Indonesia, hubungan perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan negara sahabat menjadi meningkat.

Keempat, Bahasa Indonesia diperkuat dengan payung hukum dari Undang-Undang dan peraturan-peraturan hukum. Sebagaimana telah tertuang dalam UUD RI Pasal 36, bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Juga dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Hal ini kemudian diperjelas dan diperinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia. Kemendikbud juga mengambil perannya dalam memperkuat Bahasa kita melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2018 tentang Kebijakan Nasional kebahasaan dan Kesusastraan.

Tidak hanya itu, Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia juga turut memperkuat legalitas Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia terbukti memiliki penutur terbanyak di antara negara-negara ASEAN lainnya, bahkan ada 428 lembaga yang telah menyelenggarakan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), yang menjadi bukti bahwa Bahasa kita diminati oleh banyak penutur asing.

Selain itu, Bahasa Indonesia telah menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan di berbagai universitas Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Asia, sehingga kemajuan dan kerjasama akademik, riset, perdagangan, hingga investasi menjadi peluang besar yang tidak terbantahkan. Terlebih, payung hukum yang melindungi dan melestarikan Bahasa Indonesia sudah ada dan sangat kuat. Bukankah ini menjadi bukti bahwa Bahasa Indonesia sangat layak untuk dijadikan bahasa resmi ASEAN? []

Tags: Bahasa IndonesiaIndonesiaNasionalismeNusantaraWawasan Kebangsaan
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version