Mubadalah.id – Kerja interpretasi metode mubadalah adalah memastikan keselarasan teks al-juz’iyyat dengan pesan utama dari nilai dan prinsip al-mabadi’ maupun al-qawa’id. Secara sederhana, ada tiga langkah yang perlu diperhatikan.
Pertama, pastikan teks yang akan diinterpretasi berbicara tentang relasi antara laki-laki dan perempuan. Baik dalam keluarga (anak, saudara, suami-istri, orangtua, dan lain-lain).
Bahkan sebagai anggota masyarakat maupun komunitas sosial yang lebih luas. Karena kerja mubadalah lebih fokus pada isu relasi.
Kedua, pastikan teks secara implisit menyebut laki-laki dan perempuan, yang salah satu menjadi subjek, dan lainnya sebagai objek, atau secara eksplisit hanya menyebut salah satu pihak. Tetapi secara implisit juga terkait dengan pihak lainnya.
Teks yang sudah eksplisit berperspektif mubadalah tidak memerlukan kerja-kerja metode mubaidalah. Ia akan menjadi dasar bagi pemaknaan mubadalah untuk teks yang implisit.
Ketiga, perhatikan apakah teks tersebut mengandung pesan yang berkaitan dengan hal-hal prinsip, baik al-mabadi’ maupun al-qawa’id, atau tentang perilaku yang bersifat juz’iyyat, atau mungkin keduanya.
Pesan eksplisit teks yang terkait prinsip (menarik kebaikan atau menolak keburukan), maka dapat langsung kita terapkan pada pihak yang tidak lain.
Sementara pesan-pesan eksplisit dari teks terkait perilaku, perlu kita tarik sampai pada pesan yang lebih umum, baik tentang kebaikan yang harus didapat atau keburukan yang harus dihindari.
Keempat, gunakan makna dari teks yang sudah selaras dengan prinsip fundamental dan norma tematik kepada laki-laki dan perempuan. Untuk memastikan mereka semua terpanggil untuk melakukan kerja-kerja kebaikan dan akhlak mulia.
Serta memperoleh segala kemaslahatan hidup dan terhindar dari segala keburukannya. Perempuan dan laki-laki harus benar-benar secara nyata menerima kebaikan dan terhindar dari keburukan. *
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah.