Mubadalah.id – Dalam persoalan aborsi, pandangan keagamaan ikut bertanggung jawab terhadap praktik – praktik aborsi yang membahayakan nyawa perempuan.
Untuk itu, perspektif perempuan sangat kita perlukan untuk memformulasikan fiqh kontemporer tentang aborsi, agar kehidupan perempuan bisa menjadi lebih aman, sehat dan membahagiakan.
Dalam hal ini, ada beberapa fakta aborsi yang harus menjadi bahan pertimbangan. Misalnya:
Pertama, bahwa larangan aborsi ternyata tidak efektif untuk menghentikan praktik aborsi. Bahkan mengantarkan para perempuan untuk secara terpaksa menerima praktik-praktik aborsi yang tidak aman.
Kedua, perempuan pelaku aborsi kebanyakan adalah mereka yang telah bersuami dan sebagian dari mereka akibat kegagalan kontrasepsi.
Ketiga, bahwa alasan-alasan perempuan melakukan aborsi adalah beragam; gagal kontrasepsi, jarak anak yang terlalu rapat, terlalu banyak anak, pertimbangan sosial ekonomi, pertimbangan medis.
Keempat, bahwa hukuman pelanggaran aborsi hanya ditujukan kepada perempuan tanpa menyentuh pasangannya yang mengakibatkan dia hamil. Ada banyak hal lain yang perlu digali dari realitas untuk menjadi pertimbangan dalam perumusan fiqh aborsi dengan perspektif perempuan.
Fiqh Aborsi
Dalam agenda perumusan fiqh aborsi dengan perspektif perempuan, yang harus pertama kali ia lakukan adalah identifikasi pertimbangan-pertimbangan yang sangat kuat dan memaksa (dharuriyyât) bagi praktik aborsi.
Fiqh klasik, setidaknya dalam madzhab Hanafi, telah memberikan contoh; misalnya pertimbangan kekeringan air susu. Karena si ibu hamil masih memiliki bayi kecil yang sedang disusui, sementara suami tidak memiliki kecukupan untuk membeli susu atau membayar perempuan lain untuk menyusui bayi tersebut.
Pertimbangan seperti ini perlu kita rumuskan kembali dalam konteks sekarang; misalnya kehamilan akibat perkosaan yang sangat mengganggu kondisi psikologis perempuan. Bahkan kondisi tubuh perempuan yang tidak kuat untuk melahirkan.
Atau pertimbangan-pertimbangan lain yang perlu kita kaji dan rumuskan terlebih dahulu dengan para pakar di bidang masing-masing.
Yang sangat penting juga, bahwa agenda perumusan ini harus berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang ada di dalam teks-teks al-Qur’an dan Hadits yang menjadi perujukan pembicaraan ulama tentang kasus aborsi. Prinsip-prinsip ini juga harus kita kaji dan dgali dengan seksama. Mungkin beberapa di antaranya bisa kita tawarkan di sini. []