• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Kaum Perempuan?

Apriyanti Marwah Apriyanti Marwah
08/09/2022
in Kolom
0
Bagaimana pandangan Islam terhadap kaum perempuan?

Bagaimana pandangan Islam terhadap kaum perempuan?

4.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Bagaimana pandangan Islam terhadap kaum perempuan? Islam datang ke muka bumi ini untuk membebaskan manusia dari ketidakadilan. Karena sejatinya Islam mengajarkan keadilan. Islam memperkenalkan dirinya sebagai pembawa kasih untuk semesta, rahmatan lil alamin.

Namun dalam sejarah manusia, dari zaman dahulu sampai saat ini, persoalan yang masih kerap muincul ada dalam hubungan (relasi) gender. Relasi yang cenderung tidak menunjukkan keadilan. Masih terjadi ketimpangan gender, antara laki-laki dan perempuan.

Tidak sedikit orang yang tidak dapat memahami makna gender. Hal ini pun menjadi salah satu penyebab terjadinya penyimpangan terhadap maksud yang hendak dicapai dari makna gender tersebut.

Baca juga: Meluruskan Logika Bias Gender dengan Mubadalah

Menurut Nasaruddin Umar (2005) gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk social constructions, bukannya suatu yang bersifat kodrati.

Baca Juga:

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Relasi gender antara laki-laki dan perempuan tersebut menempatkan perempuan pada posisi yang tidak menggembirakan. Sebagai pihak yang berelasi, perempuan berada sebagai objek, sedangkan laki-laki adalah subjek.

Relasi yang tidak baik itu terus telah diproduksi sejak zaman dahulu kala, dan telah terjadi berabad-abad lamanya sebagai bagian dari sejarah manusia.

Sejarah tersebut tercatat sebagai sejarah panjang ketertindasan perempuan. Sejarah pahit dan sakit yang menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas kedua, ketiga, keempat atau kesekian setelah laki-laki.

Baca juga: Bias Gender dalam Tradisi Agama dan Filsafat

Tak heran jika melalui sejarah tersebut telah melahirkan gerakan luar biasa yang sampai saat ini tidak pernah selesai diperjuangkan danhabis dibicarakan ,yakni Feminisme.

Pada konteks Indonesia, bicara soal ketimpangan pada relasi gender sudah bukan hal yang baru lagi. Indonesia sudah lama memiliki budaya kolot yang mengakar sampai hari ini. Budaya banyak memberikan pengaruh dan kontribusi bagi kebudayaan Indonesia telah mewariskan sistem patriarkhi dalam kehidupan sosial di Indonesia.

Seorang perempuan ditempatkan sebagai konco wingking, surga nunut neroko katut ; artinya Istri hanyalah merupakan teman dibelakang, bukan disamping yang berfungsi sebagai pendamping. Apa saja yang menjadi kehendak suami, istri wajib menaatinya. Kemana suami pergi istri harus mengikutinya baik itu menuju surga ataupun menuju neraka.

Islam tidak mengajarkan diskriminasi. Di hadapan Tuhan, laki-laki dan perempuan mempunyai derajat yang sama. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firmannya QS: 3: 195, yang artinya :

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.

Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.“

Baca juga: Yang Islami Itu Monogami, Ini Dia Argumentasinya

Berdasarkan hal tersebut, sesungguhnya Islam datang membawa pesan moral kemanusiaan. Islam datang untuk membebaskan manusia dari belenggu kemanusiaan yang dipenuhi oleh kebodohan dan ketidakadilan. Islam datang membawa misi kesetaraan antara umat manusia.

Kemuliaan di sisi Allah adalah nilai ketakwaan yang dimiliki manusia. Dengan demikian, secara tegas dikatakan, tidak ada satu kekuatan pun yang boleh menekan dan mendiskriminasikan manusia satu dengan yang lainnya.

Demikian penjelasan terkait bagaimana pandangan Islam terhadap kaum perempuan? Semoga bermanfaat. [Baca juga: Alissa Wahid: Perempuan Berperan Penting untuk Cegah Ekstremisme Kekerasan ]

Tags: adilDiskriminasiGendergerakanislamkodratkonstruksilaki-lakiperempuanrahmatRelasisejarahsosialzaman
Apriyanti Marwah

Apriyanti Marwah

Terkait Posts

Kritik Siti Hajar

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

8 Juni 2025
Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID