Desember adalah Bulan Gus Dur. Bulan di mana bangsa Indonesia pernah kehilangan seorang putra terbaiknya. Sembilan tahun sudah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meninggalkan kita, tepatnya pada hari Rabu, 30 Desember 2009. Namun pemikiran beliau masih tetap hidup. Berikut ini penjelasan 5 alasan Gus Dur dikagumi perempuan.
Gus Dur semakin dikagumi, dicari, dan digali oleh banyak pihak termasuk perempuan dalam rangka mengupas tuntas setiap persoalan demi persoalan yang terus ada dan bermunculan di Indonesia sekarang. Gus Dur tetap selalu dirindukan oleh masyarakat Indonesia secara mayoritas.
Saya bangga pernah berjumpa Gus Dur walau hanya dalam mimpi sekitar tahun 2000 saat Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI. Dalam mimpi itu Gus Dur yang ditemani oleh Prof. Dr. Agil Munawar datang ke rumah kos saya di sekitaran Gowok Yogyakarta—sekarang rumah itu sudah ambruk terkena gempa tahun 2006—mengajak makan bersama dalam satu Meja.
Pada saat itu, saya pun tidak terlalu memikirkan apa makna di balik mimpi tersebut. Saya hanya menganggapnya mimpi biasa. Tapi saya cukup tersentak saat mendengar berita Gus Dur telah tiada. Saya pun kembali teringat pada mimpi itu.
Saya mulai berpikir bahwa Saya mesti melanjutkan apa yang menjadi cita-cita Gus Dur untuk bangsa ini. Saya pun langsung menghubungi Prof. Ahmad Minhaji di Yogyakarta lewat telpon bahwa Saya akan menulis proposal tentang Pemikiran Gus Dur tentang Pembaruan Islam dan Syariat Islam di Indonesia.
Prof. Ahmad Minhaji pun sangat setuju dengan ide saya saat itu (awal tahun 2010). Ternyata mimpi bertemu Gus Dur bukanlah mimpi biasa, bukan sembarang mimpi, tapi mimpi yang penuh makna yang bisa menjadi kenyataan. Inilah wujud saya sekarang yang telah kecipratan berkah Gus Dur melalui mimpi.
5 Alasan Gus Dur Dikagumi Perempuan
Saya adalah salah satu perempuan dari banyak perempuan Indonesia yang menjadi pengagum seorang Gus Dur. Mengapa Gus Dur dikagumi oleh banyak perempuan di Indonesia khususnya. Alasannya sebagai berikut:
- Gus Dur memilih monogami.
Gus Dur memilih setia kepada satu istri dalam rangka mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah (harmonis). Perempuan Indonesia merasa tidak sudi untuk menjadi pengagum tokoh laki-laki yang melakukan praktik Poligami.
Menurut Prof. Amin Abdullah mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, perempuan zaman sekarang sudah tidak bisa dianggap bodoh lagi, maka bodohlah laki-laki yang masih berani praktik poligami di zaman now.
- Gus Dur tipe suami yang sangat mencintai istri.
Gus Dur pun siap berbagi membantu istri mengerjakan pekerjaan domestik di rumahnya. Gus Dur itu hebat banget menurut Mbak Alissa Wahid. Beliau sudah sangat biasa mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari mengganti popok saat anak-anaknya bayi, memasak, mencuci pakaian, menyetrika, membersihkan rumah, sampai mengambil raport Mbak Alissa di sekolah.
- Gus Dur seorang ayah yang begitu menyayangi keempat anak perempuannya.
Gus Dur selalu bisa membuat anak-anaknya senang dan bahagia dalam naungan dan asuhannya. Beliau tidak pernah memaksakan kehendak untuk anak-anaknya. Anak-anak perempuan Gus Dur tetap dipersilahkan menentukan pilihan hidupnya. Dengan syarat mereka siap mempertanggungjawabkan pilihan hidupnya. Itu saja syaratnya menurut Gus Dur. Gitu aja kok repot.
- Gus Dur selalu membela kaum lemah.
Gus Dur pernah membebaskan seorang Inul Daratista dari tuduhan dan amukan masa atas penampilannya yang dianggap erotis, seksi dan mengundang birahi laki-laki. Perjuangan Gus Dur atas diri Inul bukan terletak pada gaya ngebornya, tapi lebih pada hak hidup seorang Inul adalah harga mati yang mesti dihargai.
Inilah ciri Gus Dur yang selalu menjadi pembela orang yang lemah, apalagi posisinya Inul adalah seorang perempuan yang patut dibela.
- Gus Dur tokoh penting dalam kesetaraan gender.
Gus Dur mewarisi sifat ayahnya, KH. Wahid Hasyim. Ayahnya merupakan pelopor sekolah hakim perempuan pertama pada tahun 1950-an. Saat itu beliau menjadi Menteri Agama Indonesia.
Pada saat Gus Dur menduduki jabatan sebagai Presiden RI, beliau telah mengubah Menteri Urusan Peranan Wanita, menjadi Menteri Urusan Pemberdayaan Perempuan. Gus Dur memelopori terbitnya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 mengenai Pengarusutamaan Gender (PUG).
Instruksi inilah yang menjadi embrio dari berbagai kebijakan yang ramah perempuan, salah satunya tindakan afirmasi kuota 30% perempuan di ranah politik. Pada perkembangannya inpres ini ditingkatkan menjadi UU Keadilan dan Kesetaraan Gender.
Gus Dur ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia bahwa negara juga mesti menempatkan perempuan setara dalam pembangunan. Konstalasi pemikiran feminis Gus Dur berlandaskan dua sumber, yakni Pancasila dan Teologis.
Pancasila sebagai landasan filosofis dalam bernegara. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi landasan perempuan mendapatkan hak yang setara dengan laki-laki secara yuridis maupun konstitusi.
Inilah 5 alasan pokok, sebagai jawaban dari pertanyaan mengapa Gus Dur banyak dikagumi para perempuan, di Indonesia khususnya.[]