Jumat, 29 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    AI

    Pentingnya Etika Digital di Era AI: Kasus Foto Asusila di Cirebon Jadi Peringatan

    Menjadi Perempuan Adalah Cobaan

    “Menjadi Perempuan Adalah Cobaan” Ini Jelas Sesat Logika!

    Sunan Gunung Jati

    Mengurai Polemik Pengemis di Makam Sunan Gunung Jati

    Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Menilik Kembali Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek

    Game Online

    Anak Masuk Pinjol lewat Game Online: Siapa yang Lalai, Siapa yang Dirugikan?

    Hamil Muda

    Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    Abdi Negara

    Semua Dimulai dari Definisi: Antara Penguasa dan Abdi Negara

    KB

    Keluarga Berencana (KB) dalam Pandangan Islam

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Perubahan Ibu hamil

    4 Perubahan Fisik dan Psikis yang Dialami Ibu Hamil

    Maulid Nabi

    Maulid Nabi dan Solidaritas Perempuan Lintas Dimensi

    Kekurangan Gizi

    6 Risiko Kekurangan Gizi Pada Masa Kehamilan

    Gizi bayi

    Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi

    gizi

    Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

    Gizi

    Menjaga Kesehatan Ibu dan Janin melalui Asupan Gizi yang Tepat

    Istri Hamil

    Pentingnya Menjaga Kesehatan Istri Hamil

    Alat Kontrasepsi yang tepat

    Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

    KB Bukan

    KB Bukan Soal Alat Kontrasepsi, Tapi Merencanakan Keluarga secara Matang

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    AI

    Pentingnya Etika Digital di Era AI: Kasus Foto Asusila di Cirebon Jadi Peringatan

    Menjadi Perempuan Adalah Cobaan

    “Menjadi Perempuan Adalah Cobaan” Ini Jelas Sesat Logika!

    Sunan Gunung Jati

    Mengurai Polemik Pengemis di Makam Sunan Gunung Jati

    Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Menilik Kembali Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek

    Game Online

    Anak Masuk Pinjol lewat Game Online: Siapa yang Lalai, Siapa yang Dirugikan?

    Hamil Muda

    Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    Abdi Negara

    Semua Dimulai dari Definisi: Antara Penguasa dan Abdi Negara

    KB

    Keluarga Berencana (KB) dalam Pandangan Islam

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Perubahan Ibu hamil

    4 Perubahan Fisik dan Psikis yang Dialami Ibu Hamil

    Maulid Nabi

    Maulid Nabi dan Solidaritas Perempuan Lintas Dimensi

    Kekurangan Gizi

    6 Risiko Kekurangan Gizi Pada Masa Kehamilan

    Gizi bayi

    Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi

    gizi

    Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

    Gizi

    Menjaga Kesehatan Ibu dan Janin melalui Asupan Gizi yang Tepat

    Istri Hamil

    Pentingnya Menjaga Kesehatan Istri Hamil

    Alat Kontrasepsi yang tepat

    Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

    KB Bukan

    KB Bukan Soal Alat Kontrasepsi, Tapi Merencanakan Keluarga secara Matang

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Durroh Part I

Muyassarotul Hafidzoh Muyassarotul Hafidzoh
24 Maret 2021
in Sastra
0
Durroh

Durroh

367
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Prolog

Perpisahan yang menakutkan adalah ketika benar benar sudah mulai melupakan, namun kembali dipertemukan.  Durroh, seorang perempuan yang menyukai musik, menyukai buku dan menyukai kesendirian. Dia sangat sadar betul, ketika memutuskan kembali ke kota ini, dia tak akan mampu menyiapkan dirinya saat takdir membawanya bertemu seseorang yang ingin dia lupakan.

Mubadalah.id – Terkadang takdir pun aneh, saat tidak ingin berpisah, perpisahan datang begitu saja. Saat tidak ingin berjumpa, manusia tak berdaya menolaknya.

“Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?” tanya Zain, orang yang ingin Durroh lupakan.

Awalnya bagi Durroh memilih pekerjaan sebagai editor penerbitan buku yang baru berdiri ini dan jauh dari rumah Zain adalah pilihan tepat, karena kemungkinan kecil akan terjadi sebuah pertemuan. Namun, Durroh sama sekali tidak pernah menyangka kalau pemilik penerbitan ini suami Nurul, adik dari Zain.

Durroh merasa dirinya terbawa ombak dan tak mampu melawan arus. Keputusannya untuk bekerja telah membawanya bertemu orang – orang yang ingin dia lupakan, namun sesungguhnya di dalam hatinya penuh kerinduan.

“Kamu baik-baik saja kan?”

Ini aneh, pikir Durroh. Pertanyaan itu selalu diucapkan Zain saat Durroh merasa tidak sedang baik-baik saja.

“Aku baik – baik saja ka Zain. Aku gak nyangka kita bakal ketemu di sini,” katanya mencoba berpura-pura. Zain terlihat tersenyum, wajahnya yang menawan tak menampakkan dirinya sudah berusia 34 tahun.

“Jadi, kapan Nurul menikah? Aku sampai tidak tahu kalau Adnan adalah suami Nurul,” kata Durroh.

“Ehm… sudah lama, sekitar tiga tahun yang lalu.”

“Fauzan juga sudah menikah?”

Zain mengangguk. “Iya, baru beberapa bulan yang lalu.”

Durroh mengangkat wajahnya, memandangi Zain dan menanyakan hal yang sama, yang sangat ingin dia ketahui.

“Kalau Kak Zain, sudah berapa lama menikah?” Durroh berpikir, jika Nurul dan Fauzan sudah menikah, maka Zain sebagai kakak pertama pasti juga sudah menikah.

Zain menatap mata Durroh dan mendekatkan wajahnya. “Aku belum menikah.” Jawaban yang mengejutkan bagi Durroh.

Tidak, tidak mungkin dia belum menikah. Durroh tertawa dengan tawa yang dipaksakan, “bercanda ya kak?” Zain menggeleng. “Jika memang kak Zain belum menikah, pasti sudah punya tunangan atau orang yang dicintai.”

Zain menarik nafas, “Sayangnya aku tidak punya waktu untuk berpacaran juga aku belum punya tunangan. Tapi memang, aku sudah mencintai seseorang.” Durroh mengangguk. Oh, jadi dia sudah mencintai seseorang. Bisik hari Durroh.

“Durroh sudah menikah?” Zain balik tanya.

“Kak Zain lupa? aku sudah pernah bilang, kalau aku tidak akan menikah.”

“Aku tidak pernah melupakan kalimatmu itu.  Orang bisa berubah, tidak ingin menikah bukan berarti kamu tidak bisa mencintai seseorang kan? Apa ada orang yang kamu cintai?

“Aku mencintai semua orang, hanya satu orang yang tidak bisa kucintai, dan kak Zain tahu siapa orang itu.”

“Aku sedang berbicara makna cinta yang berbeda.”

“Apa yang berbeda? Ada berapa banyak makna tentang cinta?” Durroh berpura pura tidak memahami pertanyaan Zain.

Pelayan kafe membawakan pesanan mereka dan menaruhnya di atas meja.

“Terima kasih,” kata Durroh. Dia meminum jus tomat yang penuh dengan buih di permukaannya. Beberapa saat mereka diam, namun Durroh merasa Zain memandanginya, dia sedikit tidak nyaman.

“Apa kabar Ibu Umi?” ujarnya, mengalihkan.

“Beliau sehat dan masih merindukanmu,” Zain berhenti sejenak, “sepulang kerja, mampirlah!”

Durroh menghela nafasnya, dia juga merasa sangat merindukan Ibu Umi. Dulu, Ibu Umi adalah orang yang selalu ada untuknya di saat orang lain tidak ada.

“Pasti ibu bahagia bisa bertemu denganmu,” lanjut Zain.

“Sampaikan salamku untuk beliau. Salam takdzim dan rindu,” kata Durroh.

“Kau tidak merindukanku?” Zain kembali membuat Durroh tidak nyaman.

“Kalau boleh jujur, aku tidak ingin bertemu denganmu kak, apakah orang yang tidak ingin bertemu bisa dikatakan rindu?”

“Bisa, maknai saja pertemuan ini karena kita saling merindukan, maka Allah mempertemukan.”

“Ada berapa banyak makna tentang rindu? Aku baru tahu, kalau rindu bermakna takdir untuk bertemu.”

Zain kembali tersenyum dan menatap Durroh yang kembali merasa tidak nyaman. Zain yang menyadari itu segera mengambil cangkir kopinya dan meminumnya sedikit. Zain tampak mengambil gawainya, terlihat dia mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya. Durroh yang juga asik melihat gawainya tak menyadari bahwa Zain diam – diam mengambil gambarnya.

“Sudah lama di jogja?” Zain kembali membuka obrolannya. Durroh melihat jam tangannya, dia merasa jam istirahat berjalan begitu lambat. Dia ingin segera kembali ke kantor dan menjauh dari Zain, tapi dia tak memiliki alasan untuk pergi dari kafe ini, kecuali jam istirahat sudah berakhir.

“Sudah tiga bulan,” jawabnya singkat.

“Sekarang tinggal di mana?”

“Sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian.”

“Tinggal bersama siapa?”

“Mbok Yam,” jawabnya singkat. Durroh yakin Zain masih mengingat nama itu, Mbok Yam adalah orang yang mengasuh Durroh sejak kecil.

“Kenapa gak pulang ke rumah ayahmu saja.”

Durroh menelan ludah mendengar pertanyaan ini, Ia menggerakkan bola matanya seolah mencari sesuatu tapi ia sendiri tak tahu mencari apa? nafasnya seolah menahan amarah, menahan tangis dan menahan kesedihan.

“Maaf, lupakan saja pertanyaanku itu,” kata Zain tampak menyadari perasaan Durroh. “Di mana pun kamu tinggal, semua akan baik-baik saja. Jadi, tenanglah!”

Kalimat ajaib, aku kembali mendengar kalimat ajaib ini secara langsung, pikir Durroh. Tak lama mendengar kalimat dari Zain, Durroh sudah merasa tenang dan merasa lebih baik. Mereka kembali terdiam, masing masing sibuk dengan gawainya.

“Aku harus kembali ke kantor, jam istirahatku sudah hampir selesai,” kata Durroh, Zain menengok jam tangannya dan mengangguk.

Durroh berdiri dan bergegas meninggalkan Zain, namun Zain menghentikannya.

“Tunggu, beri tahu aku jika kamu ingin mengunjungi ibuku.”

“Kontrak kerjaku hanya enam bulan, pekerjaanku cukup banyak, ada enam naskah tebal yang harus aku edit. Jika selesai semua, aku sudah punya rencana untuk pergi ke Bandung. Semoga sebelum itu, aku bisa berkunjung ke rumahmu.” Durroh mengatakan rencana yang tidak pernah direncanakan, rencana yang muncul sesaat setelah bertemu dengan Zain.

“Kenapa tidak punya rencana untuk melanjutkan kontrak kerjamu di sini saja? Aku yakin Adnan tidak keberatan dan Nurul pasti bahagia. Bukankah Kau tahu, sejak kecil Nurul sangat mengagumimu,”

Karena di sini ada kamu kak, kamu akan selalu muncul di depanku, perhatianmu membuatku merasa lemah, dan akan semakin lemah karena kau sudah mencintai seseorang, akan semakin lemah ketika aku melihatmu bersanding dengan orang lain. Teriak hati Durroh.

“Andai bisa aku di sini, pasti aku memilih untuk di sini,” jawab Durroh.

“Sepertinya kamu menghindariku.” Zain menyadari sikap Durroh.

“Aku tidak akan membiarkan kehadiranku ini membuatmu tidak nyaman. Bekerjalah dengan kebahagiaan, aku tidak akan muncul di hadapanmu tanpa izinmu.”

“Bukan seperti itu kak,” Durroh merasa tidak enak.

“Tapi aku mohon, ketika kau mulai mencintai seseorang dan merasa bahagia dengan orang itu kemudian memutuskan untuk menikah, beri tahu aku.”

Durroh tersenyum sembari menghela nafasnya, “sudah kukatakan, aku tidak akan menikah.”

“Durroh, sangat mudah bagi Allah untuk menciptakan cinta dalam dirimu dan merubah keputusanmu.”

“Ya, orang bisa dengan mudah jatuh cinta, begitu pun orang juga bisa dengan mudah membenci yang dicintainya. Orang bisa dengan mudah memberi kebahagiaan, begitu pun orang juga bisa dengan mudah menorehkan penderitaan.”

Zain menarik nafas, “bukan itu yang kumaksud,” ujarnya.

“Ada apa denganmu kak? Sejak dulu sampai sekarang kau melakukan banyak hal untukku.”

“Aku hanya ingin memastikan kamu bahagia,” kata Zain dengan suara lembut.

“Aku bahagia atau tidak, itu hidupku. Sudah cukup kau mencampuri kehidupanku.”

“Bertahun-tahun kau menghilang Durroh, dan sekarang kau di depanku, perasaan itu masih sama. Aku tidak bisa menahannya.”

“Perasaan apa maksudmu?”

Oh tidak, kenapa aku harus menanyakan perasaannya. Jangan, jangan jawab pertanyaanku itu. Tolong kak Zain, abaikan pertanyaanku itu. Aku tidak akan mampu mendengarnya. Aku akan semakin lemah. Durroh begitu gelisah.

Zain menarik nafas dan menghelanya dengan cepat. “Aku tidak perlu menjawabnya, karena kuyakin kau sudah tahu jawabannya.” Kembali Zain memberikan senyumannya.

Durroh menatap Zain yang masih berdiri di hadapannya. Entah kenapa genangan air mata yang tertampung di pelupuk matanya terjatuh begitu saja. Zain melihat air mata itu dan berjalan mendekatinya. Durroh melangkah mundur, namun kakinya mengenai kursi. Zain mengangkat tangannya dan meletakkan telapaknya di atas kepala Durroh yang tertutup jilbab coklat.

Durroh mengelak, namun tangan Zain terlalu kuat untuk mencegahnya. Durroh mengingat sesuatu, Zain selalu melakukan hal ini, setiap dirinya menangis di depan Zain. Durroh tahu betul kalimat yang akan diucapkan Zain.

“Tidak apa – apa, menangislah tapi jangan menangis sendirian dan izinkan aku membuatmu tersenyum bahagia.”

Tidak kak, jangan pernah ulangi kalimatmu. Itu akan membuatku semakin lemah. Durroh memejamkan matanya beberapa detik, kemudian membukanya dan membalas tatapan Zain yang masih menatapnya. (bersambung)

Wonocatur, 08 Maret 2021

 

Tags: Cerita BersambungLiterasi SantriPenulis PerempuanSastra MubadalahSastra Pesantren
Muyassarotul Hafidzoh

Muyassarotul Hafidzoh

Penulis Novel "Hilda" dan "Cinta dalam Mimpi"

Terkait Posts

Novel Cinta dalam Mimpi
Buku

Perempuan Kuat dan Hebat dalam Novel Cinta dalam Mimpi karya Muyassarotul Hafidzoh

28 April 2024
Sastra pesantren
Sastra

Menjabat Tangan-tangan Sastra Pesantren

4 April 2024
Penulis Kitab Kuning
Hikmah

Konflik Budaya, dan Perempuan Penulis Kitab Kuning yang Bersimpati pada Perempuan

8 Juli 2023
Kepemimpinan Perempuan
Film

Alina Suhita dan Jiwa Kepemimpinan Perempuan

23 Juni 2023
Khilma Anis
Pernak-pernik

Khilma Anis Menggagas Dakwah melalui Novel dan Film “Hati Suhita”

18 Juni 2023
Kisah Hati Suhita
Film

Kisah Hati Suhita dalam Perspektif Perempuan

14 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ibu di Indonesia

    Ibu di Indonesia Hidup dalam Keteguhan, DPR Harus Belajar Darinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maulid Nabi dan Solidaritas Perempuan Lintas Dimensi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Kembali Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 6 Risiko Kekurangan Gizi Pada Masa Kehamilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Menjadi Perempuan Adalah Cobaan” Ini Jelas Sesat Logika!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Etika Digital di Era AI: Kasus Foto Asusila di Cirebon Jadi Peringatan
  • “Menjadi Perempuan Adalah Cobaan” Ini Jelas Sesat Logika!
  • Mengurai Polemik Pengemis di Makam Sunan Gunung Jati
  • Ibu di Indonesia Hidup dalam Keteguhan, DPR Harus Belajar Darinya
  • 4 Perubahan Fisik dan Psikis yang Dialami Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID