Ada yang menarik saat beberapa perempuan berjejer di depan sebuah lesung. Mereka masing-masing memegang sebuah alu, alat yang pada zaman dulu digunakan untuk mengupas padi. Mereka memukul-mukulkan alu pada sebuah lesung. Bergantian-gantian dengan pola tertentu. Terdengarlah dari pukulan alu dan lesung itu sebuah bunyi poliponis. Itulah kesenian Gondang Lesung.
Kesenian itu ditampilkan Kelompok Tatari Kolot dari Masyarakat Adat Cileunyi, Desa Cinunuk, ketika pembukaan acara Talk Show Perempuan Memimpin dalam rangka 90 Tahun Hari Pergerakan Perempuan di Bandung, 28 Desember 2018 kemarin.
Para perempuan dari desa adat itu memainkan Gondang Lesung beserta Ibu Hj Popong Djunjunan selaku Tokoh Perempuan Parlemen Jabar dan Ibu Ir Poppy Sophia Bakur selaku Ketua DP3AKB serta beberapa perwakilan Jaringan Perempuan. Mereka memainkan beberapa lagu di antaranya Lagu Pancasila, Jawa Barat Masagi, dan lainnya.
Koordinator Kelompok Tatari Kolot serta Pencipta Lagu Jawa Barat Masagi, Nandang Hidayat menjelaskan ada banyak makna di balik kesenian Gondang Lesung. Satu di antaranya adalah bahwa kesenian ini menggambarkan tentang peran perempuan di ruang publik pada zaman dulu, saat pertanian masih dikelola secara tradisional. Belum menggunakan mesin. Seluruh penabuh kesenian ini adalah perempuan.
“Ini adalah tradisi dari zaman dahulu. Perempuan memang memiliki tugas untuk mengupasi padi dengan menggunakan alu dan lesung,” katanya kepada Mubadalahnews.
Namun saat ini pekerjaan mengupas padi tidak lagi dilakukan dengan menggunakan alu dan lesung, melainkan dengan mesin. Peran perempuan mengupasi padi pun digantikan mesin pabrik.
Pekerjaan mengupasi padi di dalam pabrik penggilingan pabrik modern sekarang hanya perlu beberapa orang saja sebagai operator mesin. Dan itu pun laki-laki. Gedong Lesung mengingatkan bahwa peran pengupasan itu pernah dilakukan para perempuan. Itu membuktikan bahwa perempuan bisa melakukan pekerjaan yang juga bisa dilakukan laki-laki. Begitupun sebaliknya.
Menurut Nandang, setelah mesin menggantikan lesung, para perempuan banyak yang kemudian tidak memiliki pekerjaan. Padahal menurutnya, Gondang Lesung dapat membuat mereka sehat serta menghemat uang operasional mesin penggilingan.
Makna lain dari lesung adalah bahwa ia adalah gambaran jiwa manusia. Di dalam jiwa manusia terdapat banyak titik. Titik-titik tersebut mewakili sukma, nafsu, dan aspek lainnya yang ada di dalam jiwa.
”Dari banyaknya titik-titik tersebut ada yang harus ditahan dan ada yang dibiarkan agar cita-cita dapat tercapai,” pungkas Nandang soal Gondang Lesung. (Tia Isti’anah)