• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Ngaji Manba’ussa’addah: Mensyukuri Nikmat Sehat dengan Istirahat

Ibu Nyai. Mufliha Wijayati menyampaikan, di antara hak tubuh yang harus dipenuhi adalah istirahat. Dengan makna memberikan relaksasi terhadap tubuh yang telah letih bekerja, berpikir dan memikul beban perasaan.

Ahmad Dirgahayu Hidayat Ahmad Dirgahayu Hidayat
20/04/2021
in Personal, Rekomendasi
0
Seksual

Seksual

423
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menyimak presentasi ibu Nyai. Mufliha Wijayati tentang pentingnya istirahat cukup bagi kesehatan, saya teringat dengan pembukaan ibu Nyai. Rahmi Kusbandiyah selaku pemateri pertama Kelas Intensif Ramadhan 1442 H. Waktu itu beliau mengutip Hadist Rasulullah Saw perihal dua nikmat yang kerap dilupakan umat. Yaitu nikmat sehat (as-shihhah) dan nikmat sempat (al-farag). Memang, dua karunia ini adalah segalanya bagi kehidupan kita. Tanpa keduanya, apa pun hanya menjadi sebatas angan dan impian. Inilah yang dimaksud pepatah, “Maksud hati memeluk gunung, apalah daya tangan tak sampai”.

Materi kedua ini diselenggarakan pada ahad (18/4) dengan narasumber ibu Nyai. Mufliha Wijayati, dan Mbak Sari Narulita sebagai moderatornya. Temanya, masih tentang kesehatan sebagaimana materi pertama. Bedanya, yang kedua lebih fokus menilik kesehatan dengan cara memberi hak istirahat terhadap badan dan pikiran. Jangankan disibukkan urusan duniawi, sibuk dengan salat dan zikir pun harus ada rehatnya.

Sebagai bukti, dalam kesempatannya, alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, menyampaikan kisah dua sahabat yang dipersaudarakan Rasulullah Saw. Abu Darda’ dan Salman al-Farisi. Cerita yang sangat inspiratif. Di mana, Abu Darda’ adalah seorang yang sangat getol beribadah. Setiap waktunya adalah zikir, sepanjang malamnya selalu sujud, dan siangnya tiada pernah putus berpuasa. Sampai dalam kisahnya, beliau disematkan sebagai sosok yang krisis atensi dan kepedulian terhadap sekitar. Jangankan untuk dirinya sendiri, hak keluarganya pun sering kali terabaikan.

Buktinya, ketika Salman al-Farisi, saudara angkatnya itu berkunjung ke gubuk Abu Darda’, beliau mendapati Ummu Darda’ tengah murung tak bergairah. Sahabat Salman pun akhirnya terdorong bertanya apa gerangan yang menimpa istri saudaranya itu. Dengan penuh sesal ia bercerita bahwa dalang kesedihannya adalah sang suami. Suaminya yang sudah selama ini bersikap lain. Ia sudah dimabuk kepayang dengan ibadah. Tak peduli dengan apa yang di sekitarnya, keluarga, bahkan dirinya sendiri. Dunia baginya sudah benar-benar sebutir debu.

Mendengar hal itu, sahabat Salman berinisiatif menyadarkan Abu Darda’. Ia ingin agar saudaranya kembali seperti semula. Mampu menyeimbangkan urusan duniawi dengan ukhrawinya. Tidak hanya menunaikan hak-hak Allah Swt, tetapi juga hak hamba-Nya. Singkat cerita, tatkala Abu Darda’ menyuguhkan makanan untuk tamunya, sang tamu tidak berkenan memakan hidangan tersebut, kecuali Abu Darda’ juga turut serta makan bersamanya.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Akhirnya, ia membatalkan puasanya hari itu. Begitu juga saat suami Ummu Darda’ ini beranjak untuk menunaikan salat malam, Salman al-Farisi malah menyuruhnya tidur kembali. Guna menunaikan hak tubuhnya untuk beristirahat. Dan, ketika sepertiga malam, sahabat Salman lah yang membangunkan saudaranya untuk melaksanakan salat sunah bersama.

Seusai salat, ia menasehati Abu Darda’ agar tidak lagi ekstrem dalam beribadah. Ia mengatakan, Inna li rabbika ‘alaika haqqan, wa inna li nafsika ‘alaika haqqan, wa li ahlika ‘alaika haqqan, fa’thi kulla dzi haqqin haqqah, “Sesungguhnya, Tuhanmu memiliki hak yang wajib kau tunaikan, dan sesungguhnya dirimu (jiwa, raga, dan pikiran) juga punya hak yang wajib ditunaikan, keluargamu juga punya hak yang harus kau tunaikan, maka tunaikanlah hak itu kepada empunya secara profesional dan proporsional.”

Dari nasehat di atas, kiai Faqihuddin Abdul Qadir dalam kitab Manba’ussa’âdah, menafsirkan poin kedua sebagai kewajiban menjaga kesehatan dan imunitas tubuh dengan beristirahat cukup. Baik fisik, pikiran maupun hati. Ibu Nyai. Mufliha Wijayati menyampaikan, di antara hak tubuh yang harus dipenuhi adalah istirahat. Dengan makna memberikan relaksasi terhadap tubuh yang telah letih bekerja, berpikir dan memikul beban perasaan. Hal ini dapat diekspresikan dengan beragam cara. Bisa dengan tidur, berolahraga, bersepeda, bahkan dewasa ini banyak mengekspresikannya dengan senam yoga.

Nyai. Mufliha Wijayati juga menjelaskan, dalam Manba’ussa’âdah, kiai Faqih tegas menyatakan, tidur adalah karunia Tuhan yang sangat besar. Sebab, betapa banyak yang merasakan kesengsaraan luar biasa hanya karena mengidap penyakit insomnia, misalnya. Saya jadi ingat salah seorang teman saya di Malang. Ia rela meminum obat gatal berdosis tinggi sampai bertablet-tablet hanya karena susah tidur. Walaupun kondisi kulitnya waktu itu baik-baik saja. Sangat menyedihkan sekali.

Tidak hanya itu, kang Faqih juga menginventarisir beberapa manfaat tidur. Di antaranya, menumbuhkan semangat baru, mampu memenuhi kebutuhan istirahat badan, dan sebagai penenang jiwa atau psikis yang sedang tidak baik. Selamat menunaikan ibadah puasa dan selamat beristirahat. Mari menyayangi badan sebagai wujud syukur kita kepada sang pemberi kesehatan. Hafidhakumullahu jami’a, semoga Allah menjaga kita semua. []

 

 

Tags: Kelas Intensif RamadanKongres Ulama Perempuan IndonesiaNgaji Kitab Manba'ussa'adahRamadan 1442 Hulama perempuan
Ahmad Dirgahayu Hidayat

Ahmad Dirgahayu Hidayat

Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumnus Ma’had Aly Situbondo, dan pendiri Komunitas Lingkar Ngaji Lesehan (Letih-Semangat Demi Hak Perempuan) di Lombok, NTB.

Terkait Posts

Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID