Mubadalah.id – Keragaman suku, ras, agama dan budaya menjadi kekuatan dan modal sosial negara dan bangsa Indonesia. Untuk itu, peran agama yang mengajarkan toleransi perlu diperkuat agar suasana damai dan rukun bisa tercipta dalam kehidupan masyarakat. Seharusnya toleransi tidak menyulitkan orang lain.
“Dalam ajaran agama Islam, kata lain dari toleransi adalah ‘samahah’ yang artinnya mudah dan dimudahkan. Jadi Islam adalah agama yang mudah dan dimudahkan,” kata KH Husein Muhammad, saat pengajian kamisan kitab Samahatul Islam fi Muamalati Ghoiril Muslimin, di kawasan Fahmina, Kamis 3 Januari 2018.
Menurut Buya Husein, Nabi pernah mengatakan yassiru wala tuassiru, basyiru wala tuassiru, permudahlah orang lain jangan mempersulit dan gembirakanah orang lain jangan membuat mereka lari.
“Sikap toleransi seharusnya bisa melaksanakan, mampu mengerjakan dan membuat menjadi senang, membuat menjadi mudah. Tidak membuat orang menjadi sulit, bahkan tidak membuat menjadi lari,” kata Buya.
Sikap toleransi yang memudahkan itu, lanjut Buya, sesunguhnya sejalan dengan nilai-nilai agama Islam yang universal untuk semua makhluk hidup di muka bumi dan untuk seluruh zaman. Ada sebuah hadis yang sangat menarik sekali, yang artinya agama itu mudah, siapapun yang membuat sulit maka akan ditinggalkan.
“Inilah rahasia mengapa Islam cepat diterima oleh masyarakat karena karakter manusia itu adalah mudah menyenangi sesuatu yang mudah bagi dirinya dan tidak suka terhadap sesuatu yang menyulitkan bagi dirinya,” jelas Buya.
Selain itu, Buya mengingatkan, sesungguhnya yang paling unggul, paling mulia, paling terhormat diantara kalian adalah mereka yang paling bertakwa dihadapan Allah SWT.
“Kumpulan kebaikan dan kehebatan seseorang bukan pada identitas-identitas yang bergama itu tetapi pada kualitas pribadi kepada Allah SWT,” tutup Buya. (RUL)