Senin, 27 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Terobosan KUPI untuk Menempatkan Difabel sebagai Subjek Penuh dalam Hukum Islam

    Fiqh al-Murunah yang

    Dr. Faqihuddin Abdul Kodir: Fiqh al-Murūnah, Paradigma Baru Keislaman Inklusif bagi Disabilitas

    Resolusi Jihad

    Resolusi Jihad Santri: Dari Angkat Senjata hingga Media Sosial

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: KUPI Tegaskan Semua Manusia Adalah Subjek Kehidupan, Termasuk Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    P2GP

    P2GP: Antara Agama, Tradisi, dan Kekeliruan yang Terus Diwariskan

    P2GP

    P2GP, Praktik yang Mengancam Nyawa Perempuan

    Pendekatan Holistik Disabilitas

    Pendekatan Holistik Disabilitas: Memandang Manusia dengan Hati, Bukan Kasihan

    Konflik Keluarga

    Menyelesaikan Konflik Keluarga dengan Prinsip Mu’asyarah Bil Ma’ruf

    Kesehatan Mental

    Menjaga Kesehatan Mental di Era Ketakutan Digital

    Akses bagi Penyandang Dsiabilitas

    Akses Bagi Penyandang Disabilitas: Bukan Kebaikan, Tapi Kewajiban!

    Santri Penjaga Peradaban

    Santri Penjaga Peradaban: Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Dunia yang Damai

    Perempuan dengan Disabilitas

    Diskriminasi Berlapis Perempuan dengan Disabilitas

    Krisis Iklim

    Krisis Iklim dan Krisis Iman Sebagai Keprihatinan Laudate Deum

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Terobosan KUPI untuk Menempatkan Difabel sebagai Subjek Penuh dalam Hukum Islam

    Fiqh al-Murunah yang

    Dr. Faqihuddin Abdul Kodir: Fiqh al-Murūnah, Paradigma Baru Keislaman Inklusif bagi Disabilitas

    Resolusi Jihad

    Resolusi Jihad Santri: Dari Angkat Senjata hingga Media Sosial

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: KUPI Tegaskan Semua Manusia Adalah Subjek Kehidupan, Termasuk Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    P2GP

    P2GP: Antara Agama, Tradisi, dan Kekeliruan yang Terus Diwariskan

    P2GP

    P2GP, Praktik yang Mengancam Nyawa Perempuan

    Pendekatan Holistik Disabilitas

    Pendekatan Holistik Disabilitas: Memandang Manusia dengan Hati, Bukan Kasihan

    Konflik Keluarga

    Menyelesaikan Konflik Keluarga dengan Prinsip Mu’asyarah Bil Ma’ruf

    Kesehatan Mental

    Menjaga Kesehatan Mental di Era Ketakutan Digital

    Akses bagi Penyandang Dsiabilitas

    Akses Bagi Penyandang Disabilitas: Bukan Kebaikan, Tapi Kewajiban!

    Santri Penjaga Peradaban

    Santri Penjaga Peradaban: Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Dunia yang Damai

    Perempuan dengan Disabilitas

    Diskriminasi Berlapis Perempuan dengan Disabilitas

    Krisis Iklim

    Krisis Iklim dan Krisis Iman Sebagai Keprihatinan Laudate Deum

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Aidiladha: Belajar dari Siti Sarah dan Siti Hajar

Roma tidak dibangun dalam satu hari. Begitu juga syariat korban tidak hanya berkelindan pada sosok Ibrahim dan Ismail sahaja. Ada cerita pengorbanan perempuan yang terluka dan tersakiti di sana yang disimpan tidak diceritakan. Luka Siti Sarah dan Siti Hajar.  

Afiq M Noor Afiq M Noor
21 Juli 2021
in Publik, Rekomendasi
0
Aidiladha

Aidiladha

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari ini, kita menyambut Aidiladha dalam suasana yang berbeza. Tidak seperti tahun-tahun kebelakang yang menyaksikan jutaan umat Islam dari segenap penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah pada 9 Zulhijjah untuk melaksanakan rukun Islam kelima tersebut. Tidak kalah meriah, di masjid, surau serta dewan orang ramai di tempat kediaman kita, deretan lembu, kambing dan unta beratur sambil menunggu pengumaman dari pembesar suara mengumumkan nama-nama peserta korban.

Pandemik COVID-19 telah mengubah lanskap beragama kita. Pagi ini, tidak seperti kebiasaannya kita tidak lagi beratur di pili-pili air masjid untuk mengambil wudhu’, masjid dan surau juga tidak lagi penuh dengan perantau yang pulang ke kampung untuk menyambut hari raya dengan keluarga, tidak ada lagi kedengaran imam mengingatkan para makmum,”…rapatkan saf..” dan tidak ada lagi kunjung mengunjung seperti kebiasaannya.

Belajar Dari Siti Sarah & Siti Hajar – Wira Yang Tak Di Dendang

Namun, ada satu yang masih sama. Kita masih bercerita tentang pengorbanan Ibrahim dan anaknya Ismail serta bagaimana Allah SWT menggantikan tengkuk Ismail yang bakal disembelih oleh bapanya sendiri dengan seekor kambing. Saya kadang tertanya-tanya, selain Ibrahim dan Ismail adakah watak-watak lain yang signifikan dengan cerita pengorbanan.

Siti Sarah, isteri kepada Ibrahim juga bekorban, dia telah merelakan dirinya dimadu semata-mata untuk memberikan peluang kepada Ibrahim mendapat zuriat. Siti Hajar juga bekorban. Kerana kecemburuan Siti Sarah, dia telah dibawa oleh Ibrahim ke sebuah lembah yang tandus dan kering dan ditinggalkan seorang diri bersama anak yang masih bayi tanpa sebarang bekalan.

Sebelum ditinggalkan sendiri bersama sang bayi, Siti Hajar menarik baju Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi meninggalkan kami sendirian di sini? Sedangkan kau tidak memberikan kami sebarang bekalan…” Ibrahim diam tidak menjawab. Sehingga Siti Hajar bertanya berkali-kali kerana khuwatir mereka akan mati di tengah lembah yang tandus tanpa sebarang bekalan.

Setelah berkali-kali di asak dengan pertanyaan, Siti Hajar berkata, “Wahai suamiku, adakah Allah SWT yang mewahyukan kamu untuk melakukan untuk meninggalkan aku disini bersama dengan putera mu?” Ibrahim hanya menjawab singkat, “Ya” lalu meninggalkan Siti Hajar bersama puteranya yang masih bayi. Siti Hajar berkata, “Aku yakin, jika ini wahyu dari Allah, Dia tidak akan membiarkan kami…” Luar biasa.

Kemudian terjadilah kisah yang masyhur Siti Hajar berlari-lari  di antara Bukit Safa dan Bukit Marwa mencari air untuk menghilangkan haus sang anak setelah ditinggalkan sendirian tanpa sebarang bekalan oleh sang suami.

Bayangkan tanpa Siti Sarah yang merelakan dirinya untuk dimadu walaupun sakit, Ibrahim tidak akan berkahwin dengan Siti Hajar dan memperolehi Ismail. Tanpa kesetiaan dan pengorbanan Siti Hajar yang rela ditinggal Ibrahim dengan anaknya yang masih kecil tanpa sebarang bekalan makanan, mustahil Ibrahim punya putera untuk dikorbankan.

Dan tanpa, Ismail yang patuh kepada arahan Tuhannya dan bersedia untuk disembelih oleh sang bapa, mungkin cerita yang sering kita dengar hampir setiap tahun sewaktu Hari Raya Aidiladha tidak ada. Barangkali juga, syariat korban atau sembelihan haiwan ternakkan yang kita praktikkan sewaktu perayaan Aidiladha ini tidak ada.

Roma tidak dibangun dalam satu hari. Begitu juga syariat korban tidak hanya berkelindan pada sosok Ibrahim dan Ismail sahaja. Ada cerita pengorbanan perempuan yang terluka dan tersakiti di sana yang disimpan tidak diceritakan. Luka Siti Sarah dan Siti Hajar.

Hari ini, 20 Julai 2021, Ibrahim, Siti Sarah, Siti Hajar dan Ismail telah lama meninggalkan kita dan kembali keharibaan Penciptanya. Tetapi cerita mereka masih diulang-ulang dan dikenang. Kenapa?

Tahun ini usia saya 35 tahun, tidak pernah saya menyaksikan dalam usia yang singkat ini, penderitaan dan pengorbanan yang lebih besar melainkan sewaktu kita diuji oleh Allah SWT dengan pandemik ini. Berapa ramai dari kalangan kita yang kehilangan insan tersayang dan mereka tidak mengeluh sedikit pun? Berapa ramai dari kalangan kita yang terpaksa mengangkat bendera putih kerana tidak ada apa lagi yang tersisa di dapur untuk dimakan? Berapa ramai di antara kita yang hilang pekerjaan dan berusaha ke hulu dan ke hilir mencari pekerjaan apa pun untuk terus hidup dan bertahan? Berapa ramai di antara kita yang diusir dari kediamannya yang tidaklah semewah mana kerana tidak mampu lagi untuk membayar sewa?

Hari ini, yang pada kebiasaannya kita sedang bergembira berkumpul bersama dengan  keluarga mungkin sekarang kita sedang sendirian di rumah. Dan jika kita punya pilihan, tentu kita tidak ingin sendiri. Seperti Ibrahim, mungkin jika punya pilihan, dia tidak mahu mengorbankan anaknya. Jika Siti Sarah punya pilihan, mungkin dia tidak mahu suami yang disayanginya berkahwin satu lagi. Jika Siti Hajar punya pilihan, mungkin dia juga tidak mahu ditinggal sendiri di tengah-tengah lembah tandus tanpa bekalan makanan. Dan jika Ismail punya pilihan, mungkin dia tidak mahu disembelih oleh sang ayah. Mungkin…

Mungkin, Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menghadapi hari ini dengan belajar dari derita dan pengorbanannya keluarga Ibrahim.

Memanusiakan Ritual Ibadah

Di sisi yang lain, Aidiladha tidak sewajarnya dipandang dari aspek falsafah dan ritualnya sahaja, sebagaimana yang biasa difahami oleh kebanyakkan dari kita. Terlebih penting dari itu adalah bagaimana falsafah, ibrah dan ritual korban mampu memberikan dampak kepada kehidupan sosial manusia.

Di dalam perbincangan fiqh misalnya, berkorban atau menyembelih binatang ternakan boleh dikatakan satu bentuk ibadah yang diimani apa adanya. Setidaknya itulah yang difahami oleh sebahagian ilmuan sejak dari zaman Rasulullah SAW sehingga sekarang,  sehingga nanti ritual ini tidak lebih dari ritual biasa yang tidak mempunyai dampak sosial kepada manusia. Di sisi yang lain, sebahagian ilmuan memandang bahawa pelaksanaan ritual tidak datang dalam ruang yang hampa atau kosong melainkan pasti ada manfaat dan sisi kemanusiaan padanya. Begitulah juga dengan ritual penyembelihan binatang ternakan atau korban.

Di dalam mazhab Syafie, berkorban atau menyembelih binatang ternakan adalah sunat muakkad , iaitu unat yang sangat dituntut untuk dilaksanakan. Daging binatang korban ini kemudian akan dimakan dan dikongsi kepada jiran tetanga serta meraka yang miskin dan tidak berkemampuan dari sudut ekonomi. Sehingga nanti di dalam perbahasan fiqh kita akan bertemu dengan perbincangan apakah boleh sekiranya daging korban yang diberikan kepada mereka yang miskin, dijual dan wang hasil jualan tersebut digunakan untuk membeli keperluan-keperluan lain yang lebih diperlukan.

Kenapa persoalan seperti itu terjadi?  Nah,di sinilah sisi kemanusiaan dalam ritual hadir. Tidak semua orang memerlukan daging untuk dimakan. Ada yang memerlukan wang untuk membayar sewa atau membeli makanan bagi si kecil yang kelaparan, membayar bil internet supaya anak-anak boleh menyambung persekolahan secara atas talian dan banyak lagi alasan.

Menurut saya, daripada kita berhabis wang ratusan dan ribuan ringgit untuk berkorban binatang yang pada akhirnya tidak memberikan apa-apa manfaat kepada manusia melainkan kenyang buat sementara waktu atau merasakan benar sendiri bahawa inilah cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, ritual ibadah korban ini harus ditinjau ulang, setidaknya di waktu pandemik ini. Tanpa menafikan sisi ritual ibadah korban yang mempunyai status tertentu, yang lebih afdal atau utama pada ketika ini adalah bantuan kepada dhuafat atau kelompok rentan disekeliling kita dalam bentuk wang dan bukannya mengagihkan daging korban.

Dan ini bukanlah sesuatu pandangan yang baru dan asing. Ibnu Qudamah Al Maqdisi dalam kitabnya, Al Mughni (Jilid 11 Hal 36) mengutip beberapa riwayat daripada Aishah Binti Abu Bakar dan Bilal Bin Rabah yang lebih cenderung untuk menginfakkan wang berbanding menyembelih binatang, kerana impak sosial yang lebih besar kepada masyarakat. Pendapat Aishah dan Bilal ini kemudian diikuti oleh sejumlah ulama semisal Al Sya’bi dan Abu Tsaur.

Ini mungkin sebahagian dari kritik saya atas ritual dan ibadah yang menurut saya wajar diulang fikir. Kita tidak perlu sentiasa mendongak ke langit untuk mencari redha Tuhan. Kerana selalunya redha Tuhan ada pada tangan para dhuafat (kelompok marginal). Adakah kita lupa, Rasulullah SAW berpesan, “Carilah keredhaan Tuhanmu melalui pada para dhuafat (kelompok marginal) diantara kamu. Sesungguhnya, kamu diberikan rezeki dan bantuan (oleh Allah SWT) disebabkan oleh mereka” (Al Musnad Jilid 5 Hal 198).

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahi Al Hamd. Selamat Hari Raya Aidiladha. []

 

 

 

 

 

 

 

Tags: Hari Raya HajiHari Raya Iduladha 1442 HHari Raya KurbanPeradaban IslamperempuanSejarah NabiSyariat Islam
Afiq M Noor

Afiq M Noor

Penulis berasal dari Kualalumpur Malaysia

Terkait Posts

P2GP
Keluarga

P2GP, Praktik yang Mengancam Nyawa Perempuan

26 Oktober 2025
Kenikmatan Surga
Hikmah

Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

20 Oktober 2025
Surga Perempuan
Hikmah

Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

20 Oktober 2025
Perempuan Lebih Rendah
Hikmah

Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

19 Oktober 2025
Aksi Demonstrasi
Publik

Dari Stigma Nakal hingga Doxing: Kerentanan Berlapis yang Dihadapi Perempuan Saat Aksi Demonstrasi

17 Oktober 2025
Metodologi KUPI
Aktual

Menelusuri Metodologi KUPI: Dari Nalar Teks hingga Gerakan Sosial Perempuan

17 Oktober 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj Hanifah Muyasaroh

    Ibu Nyai Hj Hanifah Muyasaroh, Teladan yang Membanggakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyelesaikan Konflik Keluarga dengan Prinsip Mu’asyarah Bil Ma’ruf

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendekatan Holistik Disabilitas: Memandang Manusia dengan Hati, Bukan Kasihan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • P2GP: Antara Agama, Tradisi, dan Kekeliruan yang Terus Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • P2GP, Praktik yang Mengancam Nyawa Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • P2GP: Antara Agama, Tradisi, dan Kekeliruan yang Terus Diwariskan
  • P2GP, Praktik yang Mengancam Nyawa Perempuan
  • Pendekatan Holistik Disabilitas: Memandang Manusia dengan Hati, Bukan Kasihan
  • Ibu Nyai Hj Hanifah Muyasaroh, Teladan yang Membanggakan
  • Menyelesaikan Konflik Keluarga dengan Prinsip Mu’asyarah Bil Ma’ruf

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID