Mubadalah.id – Bulan maulid Nabi atau bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw, tepatnya pada 12 Rabi’ul awwal, di mana lahir manusia pilihan Allah sebagai utusan di muka bumi, yakni Muhammad bin Abdillah. Inti dari bulan maulid adalah mencontoh, serta mengikuti Nabi dari segi perkataan, perbuatan maupun taklid. Karena Nabi tidak hanya diutus untuk kalangan bangsa Arab saja, akan tetapi seluruh manusia serta alam semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat as-Saba’ ayat 28:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira, dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. As-Saba’[34]: 28).
Prof. KH. Quraish Shihab pada Tafsir Al-Mishbah, (2002: 519) menjelaskan ayat ini dengan empat hal pokok yaitu adanya utusan Allah Rasulullah Muhammad Saw, ada yang mengutus yakni Allah Swt, yang diutus kepada mereka seluruhnya yakni alam, dan risalah, yaitu rahmat yang bersifat luas.
Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw bukan sekadar membawa rahmat bagi seluruh alam tetapi kepribadian beliaulah yang menjadi rahmat. Begitu mulianya sifat Rasulullah sehingga Allah menyebutkan dengan pujian yang sangat mulia.
Kemuliaan sifat Rasulullah tercermin pada cara beliau dalam berdakwah. Sehingga Islam dikenal sebagai agama yang mengajarkan kemaslahatan dunia dan akhirat seluas-luasnya dengan kesalingan yang bahagia dan membahagiakan.
Rasulullah juga mengajarkan untuk saling menghargai, saling menolong, menjaga persaudaraan, perdamaian, dan sebagaianya. Bahkan mengajarkan etika penyembelihan binatang dengan tata cara yang maslahat agar tidak menyakiti binatang.
Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar. M.A. Ph.D mengatakan peringatan Maulid Nabi merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan mawas diri dan refleksi sejauh mana telah mengikuti teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Yakni mencerdaskan dan menguatkan umat. Tidak mengedepankan kekerasan dalam menghadapi segala macam permasalahan, lebih menekankan kepada aspek perdamaian, persaudaraan, toleransi, persamaan, serta keadilan.
Nabi Muhammad Saw mampu menyesuaikan diri dimanapun berada, sehingga bisa bermanfaat bagi sesama dan tidak menghinakan orang lain, tidak pernah nekat dalam berdakwah, dan selalu mencari cara yang terbaik dalam memperkenalkan Islam dengan cara muru’ah dan sikap bijaksana. Nabi tdak suka mengkafirkan orang, membid’ahkan orang, memusyrikkan orang. Nabi berdakwah dengan cara baik.
Bulan maulid Nabi juga menjadi bulan yang paling banyak dimanfaatkan oleh orang muslim, sebagai sarana sekaligus berkumpulnya sesama orang muslim di Masjid atau majelis-majelis dan beberapa tempat lainnya yang dimuliakan oleh Allah Swt dengan mengundang tetangga dan masyarakat umum.
Seperti lembaga pendidikan, pemerintahan, dan atau organisasi masyarakat yang berbondong-bondong mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati maulid Nabi, dengan berbagai macam kegiatan seperti pengajian umum, bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal sholeh lainnya. Harapannya untuk menanamkan, memupuk, menumbuhkan rasa cinta atau mahabbah serta meneladani perkataan, perbuatan Rasulullah Saw dalam semua aspek kehidupan dan aktualisasi diri.
Para generasi penerus bangsa banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencontoh kepribadian Rasulullah Saw, seperti menjadi generasi yang mencerdaskan dan menguatkan umat, memberikan karya terbaik untuk Islam dan kemajuan negara, mampu melakukan amal ma’ruf nahi munkar, sehingga dapat mengetahui posisi dan tujuan hidupnya.
Lalu, bagi para laki-laki dapat mencontoh kejujuran, keadilan. menjadi sosok ayah atau suami yang baik dalam menyayangi keluarga, ikut serta melakukan pekerjaan domentik, tidak melakukan poligami dan memberikan kepercayaan pada keluarga dalam beraktualisasi diri. Serta ketika menjadi pemimpin maka menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana.
Sementara itu, Kiai Cholil mengingatkan pada kita agar istiqamah mengikuti pesan Rasulullah Saw terutama dalam ukhuwah Islamiyah karena hanya iman yang dapat mengikat setiap pribadi, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan, untuk ikatan biologis hanya sampai hidup di dunia saja.
Maka mari bagi para generasi penerus bangsa, agar memperbanyak membaca shalawat sebagai bukti kecintaan kita terhadap Rasulullah. Karena shalawat merupakan salah satu ibadah atau dzikir yang dianjurkan dalam ajaran Islam. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 56,
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 56).
Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menyanjung Nabi Muhammad Saw di depan para malaikat yang dekat dengan-Nya. Kemudian para malaikat juga menyanjung Nabi dan mendoakannya. Sehingga orang muslim yang meyakini adanya Allah SWT serta menjalankan syari’atnya dianjurkan untuk bershalawat kepada Nabi Saw, dengan mengucapkan salam sebagai penghormatan dan pengagungan.
Dalam tafsir Al-Mukhtashar karya Syekh Shalih bin Abdullah bin Humaid dijelaskan bahwa Allah dan para malaikat-Nya yang mulia bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Shalawat dari Allah adalah sebuah rahmat dan pujian baginya dan shalawat dari malaikat adalah doa serta pujian baginya.
Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk mencontoh kepribadian Rasulullah Muhammad Saw yang merupakan kekasih Allah SWT, dalam menebar kebaikan untuk kemaslahatan seluas-luasnya. Aamiin. []