Mubadalah.id – Peringatan Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober hendaknya bukan dilaksanakan sebagai rutinitas saja tapi juga sebagai sarana manusia terlahir kembali dari keterpurukan, dari kondisi yang tidak aman, penuh ketidakadilan, dan kesenjangan sosial.
Para generasi bangsa sudah saatnya mampu menginternalisasikan nilai-nilai Sumpah Pemuda ke dalam diri yang terdalam. Sehingga nilai tersebut mengkristal dalam diri dan mampu menjadi kepribadian yang memiliki mentalitas yang baik dan sehat. Karena, pemuda masa kini adalah pemimpin masa depan.
Sumpah Pemuda tidak pernah kadaluarsa untuk selalu diingat dan diterapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Semangat Sumpah Pemuda harus terus dijaga serta dipupuk untuk membangkitkan rasa cinta terhadap persatuan bangsa.
Pada saat ini kekokohan persatuan Indonesia benar-benar diuji. Dengan, begitu banyak persoalan dan isu yang berpotensi memecah belah bangsa, sengaja diembuskan oleh pihak-pihak tertentu untuk meruntuhkan Indonesia.
Adapun pesan dari K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang, Jawa Tengah. Meminta para pemuda Indonesia agar bangga dengan bangsanya sendiri. “Wahai para pemuda Indonesia, banggalah dengan Indonesia kalian! Jangan rendah diri! Jangan menganggap semua yang dari luar lebih baik,” begitu tulis Gus Mus dalam akun Twitter-nya, @gusmusmusmu, Senin, 28 Oktober 2013.
Indonesia adalah negeri paling Indah dan subur, kebanyakan warganya paling ramah, dan pemahaman keagamaan mayoritas umatnya paling otentik. Indonesia”Paling kaya sumber alamnya. Paling kaya ragam budayanya. Paling dan paling, termasuk jamaah hajinya paling tertib di dunia.”
Gus Mus berpesan agar para pemuda generasi penerus bangsa Indonesia jangan terkecoh dengan segelintir orang atau kelompok yang rendah diri dan rendah budi yang tega melecehkan dan merusak negerinya sendiri. “Jangan terkecoh oleh mereka yg tersilaukan ‘keindahan palsu’ dari luar. Mereka yg meremehkan dan berlagak asing di negeri sendiri,” tulis Gus Mus. “Lawan! Lawanlah mereka dengan kasih sayang, dengan akhlak Nabi-nabi! Allah memberkahi kalian.” kata Gus Mus.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zakky Mubarak juga menyampaikan “Bila generasi masa kini mampu membentuk kaum mudanya sebagai generasi yang terdidik dan terarah serta memiliki kemampuan yang prima, maka akan mampu melahirkan generasi yang kuat dan tangguh, yang mampu melahirkan karya-karya besar bagi masyarakat dan bangsanya,” jelas Kiai Zakky dikutip NU Online, Kamis (28/10/2021).
Kiai Zakky juga menegaskan, setiap umat tidak bisa terlepas dari kehidupan generasi penerusnya. Maka generasi penerus bangsa adalah PR bersama untuk melahirkan generasi yang kuat dan tangguh. Karena, generasi itu adakalanya mampu mempertahankan nilai-nilai luhur dari pemimpin dan para pendahulu mereka, sehingga tetap jaya.
Namun, ada juga generasi yang rapuh yaitu generasi yang tidak mampu mempetahankan nilai-nilai luhur, mengabaikan kebaikan-kebaikan yang disampaikan generasi masa lalu.
Maka Ibu Nyai, Dr, Nur Rofiah, bil.uzm di dalam buku Nalar Kritis Muslimah menjelaskan pentingnya manusia terlahir kembali selain lahir secara biologis dari rahim seorang Ibu sebagai perempuan. Manusia juga harus selalu lahir dari segi sosial yang mana manusia sudah menyadari keberadaan orang lain. Manusia juga terlahir dari segi intelektual, di mana manusia mulai menyadari keberadaan akal. Dan manusia terlahir dari segi spiritual, manusia yang menyadari keberadaan Tuhan.
Padahal ini, orang bisa selalu berada di tengah orang banyak. Namun, selama hanya memikirkan dirinya sendiri dan menganggap orang lain tidak ada, bahkan tidak penting untuk diajak berelasi dalam menebar kebaikan, maka sesungguhnya ia belum terlahir sebagai makhluk sosial.
Setiap manusia dikaruniai akal sejak lahir. Namun, selama belum menyadari pentingnya akal agar tindakannya mendatangkan kebaikan, kebahagiaan, serta kemaslahatan seluas-luasnya, apalagi akal digunakan untuk kejahatan, penindasan, kerusakan, kecurangan. Maka, sesungguhnya ia belum terlahir sebagai makhluk intelektual.
Demikian juga, orang bisa mengenal Tuhan sejak kecil. Namun, jika belum menyadari pentingnya ridha Tuhan dalam setiap tindakan, dan apabila melakukan kejahatan atas nama-Nya. Maka, sesungguhnya ia belum terlahir sebagai makhluk spiritual.
Dan kita diingatkan sehari dalam setahun untuk tidak hanya sekedar hidup menjadi manusia yang terlahir biologis, tapi kita diingatkan untuk terlahir juga menjadi manusia sebagai makhluk sosial, intelektual dan spiritual. Manusia yang semangat menebar kebaikan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menebar kebahagiaan yang saling membahagiakan dalam berelasi baik pada keluarga ataupun masyarakat seluas-luasnya, serta menebar kemaslahatan pada seluruh makhluknya.
Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk selalu menjadi manusia yang terlahir kembali dalam keadaan yang lebih baik, menjadi generasi penerus yang mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Amin. []