Mubadalah.id – Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang termasuk dalam asyhurul hurum atau bulan mulia. Adapun Asyhurul hurum terbagi atas bulan Rajab, Muharam, Dzulhijjah dan Dzulqa’dah. Pada asyhurul hurum ini, banyak keutamaan-keutamaan dalam hal ibadah yang bisa dilaksanakan, salah satunya adalah berpuasa. Pada awal bulan Rajab (tanggal satu Rajab atau akhir bulan Jumadil Akhir), ramai di Whatsapp group, dan story atau status media sosial yang mengingatkan untuk berpuasa.
Berpuasa di bulan Rajab adalah ibadah sunnah. Yang perlu di garis bawahi di sini adalah mengenai tanggal dilaksanakannya puasa tersebut. Banyak beberapa di antara kita yang beramai-ramai untuk berpuasa di bulan Rajab yang kalau kita saksikan di sosial media itu seolah-olah keutamaan dilaksanakan hanya pada tanggal satu sampai tiga saja. Padahal perlu diperhatikan bahwa tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa kesunahan puasa Rajab dilaksankan pada tanggal satu, dua dan tiga (saja).
Keistimewaan puasa di bulan asyhurul hurum setara dengan berpuasa 30 hari di bulan biasa, dan berpuasa pada bulan Ramadan sama halnya dengan 30 hari berpuasa di bulan asyhurul hurum. Pertanyaannya mengapa yang ramai di sosial media hanya pada bulan Rajab saja? padahal ada bulan-bulan mulia yang lain. Kesunahan puasa di bulan Rajab itu pada satu bulan selama bulan Rajab begitupula dengan asyhurul hurum yang lain.
Perlu ditegaskan kembali Jangan sampai kita berniat puasa untuk tanggal satu, dua dan tiga di bulan Rajab. Beberapa ulama berpendapat bahwa keutamaannya jika dilaksanakan di awal, tetapi bukan berarti berniat untuk tanggal-tanggal tersebut lo ya, tetapi berniat puasa sunnah di bulan Rajab.
Pengaruh sosial media sangatlah pesat dan begitu banyak informasi yang kita dapatkan. Kita tidak bisa mengontrol semua informasi yang masuk dalam kehidupan kita, yang kita bisa lakukan adalah memperdalam pengetahuan, sehingga informasi yang masuk dapat terfilter oleh pemikiran kita dengan sendirinya. Begitupula dengan informasi mengenai ibadah, keagamaan dan berita-berita lain.
Kita seharusnya bisa lebih melek terhadap hukum dalam hal ini hukum agama (sunah, wajib, mubah dan haram serta keutamaan-keutamaannya), dan tidak mudah terbawa oleh adat istiadat sosial media. Sebagai pengguna sosial media, kita harus pandai memilah mana yang harus kita percayai dan mana yang harus ditinggalkan, karena semua orang bisa memposting dan menulis apapun. Memilah referensi bacaanpun harus benar-benar selektif.
Memposting keutamaan berpuasa bulan Rajab pada tanggal satu bukan sebuah kesalahan hanya disayangkan jika perhatiannya hanya pada tanggal satu, dua dan tiga di bulan Rajab, padahal keistimewaan terletak pada seluruh hari di bulan tersebut, hal ini berlaku juga pada asyhurul hurum yang lain.
Sebagai manusia yang menjadi khalifah khususnya terhadap diri sendiri, sudah sepantasnya kita memiliki pondasi dan landasan terhadap ibadah yang kita lakukan. Kiai saya berkata bahwa “beribadah bukan pada umumnya orang, karena kebenaran harus selalu dicari.” Artinya, kita harus memiliki pedoman dari setiap apa yang kita lakukan sehingga muncul naturalisasi ketika beribadah (baca:ikhlas). Selain itu kita juga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang belum jelas asal usulnya.
Pada bulan yang mulia ini (bulan Rajab), begitu banyak keutamaan-keutamaan dalam hal ibadah yang bisa kita lakukan salah satunya berpuasa. Sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas dan bukan sebuah kesalahan mengenai seremonial postingan di group whatsapp dan sosal media, asalkan masih pada koridor pemikiran bahwa bukan hanya pada bulan Rajab apalagi hanya di tanggal tertentu saja.
Dari sini dapat dipahami bahwa tidak hanya satu, dua dan tiga Rajab yang menjadi keistimewaan tetapi seluruh bulan termasuk pada ayshurul hurum yang lain. Dan diharapkan semangat beribadahnya tidak hanya pada satu, dua dan tiga Rajab saja, melainkan pada kesunahan-kesunahan berpuasa yang lain seperti puasa sunnah Senin dan Kamis, puasa ayyamul bidh (puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan hijriyah), dan puasa sunnah yang lain.
Semoga kita dijaga dari fitnah dunia dan selalu pada pemikiran dan tindakan yang baik. Allahumma bariklana fi rojaba wasya’bana wa ballighna Ramadhana ighfirlana dzunubana. Wallahu a’lam bishawab. []