• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Sepenggal Doa agar Hati Pasangan tak Mendua

Sebab dalam Islam sendiri, senantiasa mendorong pemeluknya untuk berusaha, berikhtiar dengan segala ketetapan hati, lalu berserah diri dan menyerahkan urusannya kepada Allah

Zahra Amin Zahra Amin
20/02/2022
in Sastra
0
Doa agar Hati Pasangan tak Mendua

Doa agar Hati Pasangan tak Mendua

195
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sore itu ketika saya sedang asik membaca sebuah novel, sekuel Supernova edisi Akar yang ditulis apik oleh Dee Lestari, tetiba ponselku bordering, dan seorang sahabat terisak-isak menelponku menyampaikan dengan kalimat putus-putus, suaminya izin hendak menikah lagi dengan mantan pacarnya. Padahal dari pernikahan yang sudah mereka jalani kurang lebih tiga tahun itu, telah dikaruniai satu orang anak.

Lama saya terdiam, berusaha mencerna potongan demi potongan informasi yang masuk. Usai sahabatku bercerita, dengan sisa isak tangis yang masih terdengar di ujung telpon itu, saya menenangkan dia, dan menawarkan diri untuk bertemu secara langsung dengannya, agar potongan-potongan cerita itu menjadi utuh. Akhirnya kami sepakat untuk membuat janji temu.

Selang satu hari kemudian kami tunaikan janji, dan bertemu di kafe, yang terletak di salah satu sudut kota kecil tempat kami tinggal. Ia datang seorang diri. Puteri semata wayangnya, sementara ia titipkan ke rumah orangtuanya, sampai ia merasa pulih, dan memastikan rumah tangganya baik-baik saja.

Sahabatku secara fisik tak kurang suatu apa. Body goal, dan good looking. Bagi yang belum mengenalnya, akan mengira ia masih anak kuliahan. Ia datang dengan mengenakan kacamata hitam, sempurna untuk menutupi mata sembabnya, akibat tangis semalaman tanpa jeda. Aku terlebih dulu menyapanya untuk membuat suasana tidak canggung. Bukankah ada satu pameo, jika seseorang dalam berapa detik pertama bisa menguasai diri, dan mengontrol pembicaraan, maka hingga akhir pertemuan ia bakal mampu mengelola alur dan polanya dengan baik.

“Hai May, lama sekali tak jumpa, kamu setelah menikah tambah cantik saja, makin glowing dan bersinar. Orang yang liat pasti nggak nyangka lho kalau kamu sudah bersuami dan punya anak.” Selorohku sambil memeluk, dan cipika-cipiki.

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

“Hai juga Za, maaf ya bikin kamu nunggu lama. Tadi sambil jalan, aku nganterin Kirana dulu ke rumah orangtuaku. Biar aku bisa leluasa bercerita sama kamu di sini.” Sambutnya ramah

“Oke kita mau pesan makanan dulu, atau kamu mau cerita dulu, atau gimana enaknya?” Aku memberinya tawaran.

“Hehehe.. Aku suka gaya kamu Za, sejak dulu nggak pernah basa-basi, langsung to the point. Baiknya pesan makanan dulu ya, sambil nunggu makanan kita bisa ngobrol. Kalau makanan datang, obrolan tinggal dilanjutkan.”

Akhirnya kami bersepakat untuk memesan makanan dan minuman dulu. Sambil menunggu makanan datang, May bercerita panjang lebar bagaimana proses pertemuan dia dengan suaminya, hingga bagaimana pernikahan digelar.

“Satu yang aku sesali Za, kenapa dia terlalu jujur bercerita bahwa ia punya mantan, yang akibat tiada restu orang tua si perempuan ia batal melamar. Ketika orang tua si perempuan meninggal dunia, perempuan itu menghubungi Danar dan memintanya untuk menikahi, meski harus menjadi istri kedua, ia bilang rela asal bisa hidup bersama Danar. Istri mana yang sanggup mendengar pernyataan itu Za? Aku sungguh tak sanggup untuk berbagi suami, dengan siapapun, dan sampai kapanpun.” Jelas May dengan suara lirih, menahan beban luka.

“Sekarang Danar di mana?” Tanyaku spontan.

“Sedang menemui keluarga perempuan itu, dan hendak melamarnya.” Sambung May, dengan suara bergetar.

“May, kamu mau tahu rahasia kecil, tentang sepenggal doa agar hati pasangan tak mendua?” tawarku padanya.

“Boleh Za, semoga dengan rapalan doa tersebut, setidaknya membuat hatiku lebih tenang.”

“Dulu, aku pernah mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim. Penceramahnya adalah seorang Ibu Nyai yang menurutku sangat keren. Beliau berbagi tips dan doa agar siapapun oran yang kita sayangi, baik orang tua, suami, istri, saudara, atau anak-anak, dijaga oleh-Nya. Doa ini dibaca setiap kali seusai shalat lima waktu dengan membacakan surat Al Fatihah. Sebelumnya, dibaca dulu doa kita tujukan pada siapa, contohnya Ilaa ruhi jasadii, wa ruhii zawji, wa ruhi waladii, dan seterusnya. Jika perlu sebutkan nama-namanya juga. Karena ketika mata ini tak bisa memandang, dan tangan tak sanggup memeluk, hanya rapalan doa yang mampu menjangkau pemilik hati nun jauh di sana.” Tuturku panjang lebar.

“Terimakasih Za, nanti aku amalkan doa tersebut. Terimakasih juga untuk waktunya yaa.. Aku tahu pasti jadwal kegiatanmu padat sekali, tetapi masih menyempatkan diri untuk bertemu dan mendengarkan curhatan dari seorang teman, itu merupakan sesuatu yang sangat berarti buat aku. Sekali lagi terimakasih, salam untuk suami dan anak-anakmu.” Pamit May, sambil berdiri dan beranjak dari tempat duduk.

Begitu ia sudah berlalu pergi, aku hampiri meja kasir, ternyata semua makanan dan minuman sudah dibayar lunas oleh May. Aku bergumam dalam hati. Terimakasih May, lain kali, gantian aku yang bakal traktir kamu.

**

Selepas pertemuan dengan May di kafe itu, lama kami tak saling kontak. Baru berapa hari kemudian, sebuah pesan singkat masuk ke gawaiku. “Za, makasih yaaa.. Sepenggal doa yang sudah kamu berikan tempo hari di kafe itu, sudah aku amalkan, dan Danar membatalkan pernikahannya dengan sang mantan. Katanya, ketika duduk di ruang tamu sang mantan, yang terbayang adalah wajahku, dan wajah Kirana yang sedang menangis mencari Ayahnya. Hingga akhirnya ia batalkan lamaran, dan langsung pulang ke rumah, menemuiku dan menyampaikan permohonan maaf.”

Spontan aku mengucap “Alhamdulillah”. Satu keluarga telah terselamatkan dari gelombang kehidupan. Godaan, cobaan, dan tantangan setiap keluarga memang berbeda takaran, ukuran, dan levelnya. Tetapi saya selalu menyampaikan pada teman-teman, yang kebetulan punya persoalan sama, ketika merasa sendiri dan tak ada sesiapa yang menemani, ingatlah selalu ada Gusti Allah.

Sebab dalam Islam sendiri, senantiasa mendorong pemeluknya untuk berusaha, berikhtiar dengan segala ketetapan hati, lalu berserah diri dan menyerahkan urusannya kepada Allah. “Fa idza ‘azamta fa tawakkal alallah. Innallah yuhibbul mutawakkilin” (QS Ali Imran’/3:159) (Jika engkau telah berketetapan hati atas sesuatu, bertawakkallah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal). []

Tags: cerita pendekDoakeluarga
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

1 Juni 2025
Menjadi Perempuan

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

25 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Tidak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

11 Mei 2025
Tak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

4 Mei 2025
Kartini Tanpa Kebaya

Kartini Tanpa Kebaya

27 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID