• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Buya Husein: Pekerja Rumah Tangga Bukanlah Pekerjaan Rendah

Bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) tidaklah lebih rendah daripada pekerjaan atau profesi lain selama dilakukan dengan cara dan untuk tujuan yang baik

Siti Fatimah Siti Fatimah
22/03/2022
in Pernak-pernik
0
Istri tidak Masak untuk Suami

Pekerja Rumah Tangga

101
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dewasa ini banyak orang yang sibuk dengan aktivitasnya di luar rumah untuk mencari nafkah atau mengembangkan karir mereka. Karena saking sibuknya, mereka tidak punya waktu untuk mengurus pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci piring dan sebagainya. Sehingga, kebanyakan dari mereka memutuskan mempekerjakan orang lain untuk mengambil alih pekerjaan rumah.

Pekerja Rumah Tangga (PRT) mempunyai jasa besar bagi orang-orang seperti ini. Bayangkan saja jika tidak ada jasa mereka untuk mengurus pekerjaan rumah, mungkin mereka akan kebingungan karena tidak ada yang mengurus dan membereskan pekerjaan rumah.

Di tempat tinggal saya, jasa Pekerja Rumah Tangga tidak hanya digunakan untuk orang-orang yang sibuk bekerja di luar saja, tapi PRT juga sangat dibutuhkan untuk membantu meringankan pekerjaan ibu-ibu rumah tangga yang sudah tidak kuat lagi untuk mengurus penuh urusan rumah. Jasanya menjadi cara alternatif untuk meringankan pekerjaan ibu rumah tangga saat suami dan anak-anaknya sibuk bekerja di luar.

Besarnya jasa dan peran seorang Pekerja Rumah Tangga terkadang tidak sebanding dengan feedback yang mereka terima dari majikannya. Banyak dari mereka (PRT) justru mengalami kekerasan baik fisik, psikis, seksual maupun ekonomi, banyak juga dari mereka yang sering dipandang rendah dan remeh hanya karena pekerjaannya mengurusi urusan rumah dengan gaji kecil, tidak seperti pekerja kantoran pada umumnya.

Dalam kurun waktu tahun 2015-2019, Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga melaporkan terdapat 2.148 kasus kekerasan yang dialami oleh PRT. Kekerasan yang alami tidak hanya kekerasan fisik, tapi juga kekerasan psikis dan ekonomi, bahkan tak jarang mereka mengalami kekerasan berlapis hingga menyebabkan kematian.

Baca Juga:

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Merespon hal ini, sebagai ulama yang aktif menyuarakan Islam rahmatan lil ‘alamin  yang berprinsip pada kemanusiaan dan keadilan, Buya Husein Muhammad menuliskan dalam bukunya yang berjudul Islam Agama Ramah Perempuan bahwa Pekerja Rumah Tangga bukanlah pekerjaan rendah. Buya menuliskan:

“Bekerja sebagai PRT) tidaklah lebih rendah daripada pekerjaan atau profesi lain selama dilakukan dengan cara dan untuk tujuan yang baik.”

Buya Husein juga menuturkan bahwa pekerja rumah tangga (PRT) wajib diperlakukan layaknya manusia sepenuhnya. Tidak boleh dipandang rendah dan diperlakukan kasar, apalagi melakukan penyiksaan kepada mereka. Hal ini sejalan dengan sebuah hadis:

“Para pekerja rumah tangga adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka di bawah kekuasaanmu. Maka, berilah mereka makan dari apa yang kamu makan, berilah mereka pakaian seperti apa yang kamu pakai, dan janganlah membebani pekerjaan yang tidak mampu mereka kerjakan” (HR. Muslim)

Kata “saudara” dalam hadis tersebut jelas mengandung makna dilarangnya merendahkan mereka dengan melakukan diskriminasi maupun kekerasan. Memandang rendah pekerja rumah tangga dapat melanggar visi Islam yang sangat memanusiakan manusia, karena bisa menjadi awal dari munculnya kekerasan-kekerasan yang lain.

Rasulullah sendiri semasa hidupnya dikisahkan mempunyai banyak pelayan yang biasanya membantu pekerjaan beliau. Namun, Rasulullah tidak pernah memandang rendah mereka, bahkan Rasulullah tidak mau diperlakukan seperti raja, beliau menjalani hidup seperti manusia biasa dan suka berbaur dengan mereka. Rasulullah sangat perhatian dan menyayangi mereka.

Kasih sayang Rasulullah kepada pelayannya tercantum dalam sebuah hadis riwayat Bukhari yang menceritakan tentang seorang pelayan Rasulullah yang beragama Yahudi bernama Abdul Quddus. Rasulullah sangat menyayangi Abdul Quddus sehingga ketika Abdul Quddus jatuh sakit, Rasulullah pergi menjenguknya dan duduk di dekat kepalanya. Rasulullah menawarkan Abdul Quddus untuk masuk Islam, dan tawaran Rasulullah pun diterima olehnya. Setelah itu, Rasulullah mendoakan Abdul Quddus agar terbebas dari neraka.

Tidak hanya itu, dikisahkan pula dalam kitab Sunan Ibnu Majah bahwa Rasulullah tidak pernah memukul pembantunya sama sekali.

“Rasulullah tidak pernah memukul pembantunya, dan tidak pernah pada perempuan dan tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya”

Buya Husein juga menjelaskan Rasulullah adalah orang yang paling banyak meminta maaf kepadanya pembantunya, meski beliau tidak pernah melukai pembantunya sedikit pun. Terhitung Rasulullah meminta maaf kepada pembantunya sebanyak lebih dari 70 kali dalam sehari.

Dari sini semoga bisa mengubah cara pandang kita dalam memandang pekerjaan Pekerja Rumah Tangga. PRT adalah manusia merdeka yang harus dilindungi dari diskriminasi dan kedzaliman lainnya. Memandang rendah pekerjaan PRT adalah tindakan yang tidak elok untuk dilakukan, karena bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga merupakan salah satu cara mereka untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. []

Tags: Hak Perempuan BekerjakeluargaPekerja Rumah TanggaPRTSahkan UU PPRT
Siti Fatimah

Siti Fatimah

Alumni prodi Ilmu Hadis yang suka menulis dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan gender, relasi dan parenting. Bisa disapa melalui Ig: @ftmhadnan

Terkait Posts

Fondasi Mental Anak

Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh

19 Juli 2025
Karakter Anak yang

Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ

19 Juli 2025
Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?
  • Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh
  • Tantangan Menghadapi Diskriminasi Terhadap Penganut Penghayat Kepercayaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
  • Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ
  • Yuk Dukung Anak Miliki Cita-cita Tinggi!

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID