Mubadalah.id – Tulisan ini bersumber atas kajian literatur penulis yang bersumber pada jurnal ilmiah. Salah satunya ialah tulisan Dr. Robert Green dalam tulisannya yang berjudul Child Well Being: A Feasible Consept.(Seaberg, 1990) Meskipun bersumber dari artikel lama, menurut hemat penulis konsep kesejahteraan anak sesuatu yang masih sering banyak yang menyalahartikan, dan layak untuk meluruskannya, dan itu tidak menjadi masalah jika sumber yang kita kutip merupakan artikel lama.
Secara historis status anak sangatlah beragam. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan budaya, zaman, etnis, hingga agama. James R Seabreg mengungkapkan konsep kesejahteraan anak adalah konsep yang lahir dari pengalaman akademisi dan praktisi hak-hak anak. Hanya saja literatur yang ada belum cukup gamblang dalam menjelaskan definisi kesejahteraan. Sehingga efeknya dapat mempengaruhi nilai-nilai kesejahteraan anak dan berpotensi pada penyalahgunaan konsep.
Berkaca pada pengalaman masa lalu orangtua dapat berimbas pada proses perkembangan kesejahteraan anak atau singkatnya masa lalu orangtua yang belum terselesaikan dapat memengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Konsep atau praktik pengasuhan sejatinya tidak mudah, banyak hal yang berpotensi menggoyahkan praktik pengasuhan dan keseimbangan kesejahteraan keluarga.
Bagaimana Menilai Kesejahteraan Anak dalam Keluarga?
Di Amerika Serikat ada beberapa pengamatan tentang konsep ini antara lain:
- Orangtua harus bertanggungjawab atas kesejahteraan anak
- Kesejahteraan anak tidak perlu seragam secara universal sebab kesejahteraan anak dapat terukur berdasarkan sekala lingkungan, daerah, agama, budaya, serta etnis
- Harapannya standar kesejahteraan anak mampu berubah
- Bahkan bila perlu standar kesejahteraan anak dapat meningkat dengan adanya pengakuan hak anak atas eksistensinya sebagai manusia.
Indikator kesejahteraan keluarga dapat terukur berdasarkan fungsi keluarga, keluarga yang sehat dan normal, kualitas hidup, layanan perlindungan anak, hingga timbangan kesejahteraan anak. Cara lain untuk melihat keluarga juga dapat terlihat dari kualitas interaksi interpersonal keluarga.
Fungsi keluarga sendiri memiliki keberagaman makna antara lain sebagai pembentuk anggota yang bersumber pada hubungan perkawinan, adanya dukungan dan kesejahteraan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesehatan mental, perlindungan, tangggung jawab sosial yang bersumber pada norma, nilai dan perilaku, kasih sayang dan perhatian, identitas, sosialisasi budaya, agama dan tempat rekreasi.
Indikator Kesehatan Keluarga
Ada empat indikator kesehatan keluarga yang perlu masyarakat duplikasi. Pertama, fungsional keluarga tanpa gejala, maksudnya tidak adanya disfungsi keluarga yang mengakibatkan patologi sosial. Kedua, fungsi keluarga yang optimal, hal ini dapat terlihat dari optimalisasi penyeleasaian tugas keluarga. Ketiga, fungsional rata-rata dan terakhir fungsional transaksional. Maksudnya ialah adanya interaksi keluarga yang terbangun secara interpersonal atau hangatnya hubungan komunikasi keluarga.
Pentingnya komunikasi dalam tubuh keluarga menjadi modal interaksi antarpersonal. Apalagi konsep ini bersumber atas transaksional keluarga atau interaksi antar keluarga. Sangat jelas bahwa komunikasi menjadi modal utama terbentuk dan terbangunnya kesejahteraan keluarga, sebab secara kasat mata komunikasi yang harmonis menjadi penanda kerekatan keluarga.
Sebuah kalimat mengibaratkan bahwa pengoperasian keluarga atau roda kehidupan keluarga bagaikan kapal yang sedang berlayar. Perjalanannya seringkali tergambar dari tradisi, norma, nilai-nilai, budaya, hingga agama. Interaksi yang berlangsung secara dinamis berpotensi pada ketahanan kesejahteraan keluarga. Bahkan bila perlu fleksibilitas untuk beradaptasi dengan hubungan eksternal dan internal keluarga.
Pada misi kesejahteraan anak dapat dilihat dan diukur berdasarkan kebutuhan, keinginan hingga kesempurnaan. Ketiganya sama-sama penting hanya saja perlu ditinjau lebih luas. Berdasarkan pengakuan negara menjelaskan kehadiran sosok anak membutuhkan pengakuan atas aktualisasi dirinya sebagai manusia dan pengakuan atas hak-hak anak.
Hal ini juga mendukung terlaksananya praktik perlindungan anak yang kemudian melahirkan prinsip-prinsip kesejahteraan lainnya. Mendefinisikan konsep ini tampaknya sangat subjektif, konsepnya berbasis nilai bahkan bila perlu dalam konsep kesejahteraan perlu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang buruk yang apabila terjadi abuse.
Oleh sebab dalam membangun kesejahteraan anak hal yang perlu dibangun ialah menganggap keberadaan anak, mengutamakan kebutuhan anak, berprinsip pada perlindungan anak, tidak mencampuradukkan pengalaman orangtua di masa lalu, membangun komunikasi yang harmonis antar personal, dan hal-hal positif lainnya.
Di akhir kalimat penulis berharap agar tulisan ini menjadi bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi keluarga kecil pemula yang ingin menerapkan praktik pengasuhan baru, tentunya dengan menetralisir masa lalu dan mengedepankan masa depan anak. Terimakasih. []