Mubadalah.id – Salah satu dewan penasehat ulama perempuan (KUPI), KH. Husein Muhammad menjelaskan bahwa jadi istri yang shalihah itu tidak harus bekerja di ruang domestik, tetapi juga di wilayah publik, dalam rangka dakwah, amar ma’ruf nahi munkar.
Dan ini, kata Buya Husein, tentu bisa melakukannya dalam segala ruang publik. Al-Qur’an menyatakan bahwa laki-laki (suami shalih) dan perempuan (istri shalihah) dituntut untuk bekerjasama dan saling menolong dalam usaha-usaha perbaikan sosial : (Baca juga: Penjelasan Istri Shalihah Menurut Buya Husein (4))
وَالمُؤْمِنُونَ وَالمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيآءُ بَعْضٍ يَأمُرُونَ بِالمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَه. أولئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ. إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya : “Orang-rang yang beriman, laki-laki dan perempuan, saling menjadi penolong. Mereka menyuruh mengerjakan yang maruf (baik) dan mencegah dari yang munkar (buruk), mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi maha Bijaksana. (QS. at-Taubah, 9:71).
Menurut Buya Husein, tampak jelas dari ayat di atas bahwa peran perempuan beriman (istri shalihah) sama dengan peran laki-laki beriman (suami shalih). (Baca juga: Penjelasan Istri Shalihah Menurut Buya Husein (3))
Istri Shalihah dan Suami Shalih
Istri shalihah dan suami shalih, lanjut Buya Husein, memerintahkan untuk saling bekerjasama, saling membantu dan saling bahu-membahu dalam menciptakan kehidupan sosial yang baik.
Inti dari semua, kata Buya Husein, adalah kebaikan atau kesalehan seseorang dalam kedudukan dan peran apapun dalam Islam sesungguhnya hanyalah ketaatannya kepada Allah. Dalam bahasa lain pada ketakwaannya kepada Allah.
Dengan begitu, seorang istri harus taat kepada suaminya, sepanjang dalam kerangka mengabdi kepada Allah dan tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, melanggar kesepakatan yang untuk bersama dan tidak berlaku zalim. (Baca juga: Penjelasan Istri Shalihah Menurut Buya Husein (2))
Begitu juga berlaku bagi suami yang saleh. Suami harus taat kepada istri sepanjang istri menjadi pemimpin dan taat kepada Allah
Nabi saw bersabda :
لَا طَاعَةَ لِمخْلُوقٍ فِى مَعْصِيَةِ الخَالِقِ
Artinya : “Tidak ada ketaatan kepada makhluk, ketika dia melakukan kedurhakaan kepada-Nya”. Dalam banyak ayat al-Qur’an maupun hadits Nabi menegaskan tentang haramnya menzalimi orang.”
Antar lain :
لَا تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ
Artinya : “janganlah kalian menzalimi dan jangan pula mau dizalimi’. (Rul)