Mubadalah.id – Sejarah Islam dan dunia keperawatan telah memaktubkan salah satu nama shahabiyah, beliau adalah Rufaidah binti Sa’ad Bani Aslam al-Khazraj. Atau terkenal dengan nama Rufaidah Al-Aslamiyyah. Kata “al-Aslamiyyah” adalah nisbat kepada marga di mana ia lahir yaitu, Aslam, salah satu klan dari suku Khazraj di Madinah.
Rufaida hidup pada zaman Nabi Muhammad pada abad pertama Hijriyah atau sekitar abad ke-8 Masehi. Kemampuannya dalam ilmu keperawatan menurun dari ayahnya yang seorang dokter, bernama Sa’ad al-Asalamy. Sering ayahnya meminta Rufaidah menjadi asisten untuk merawat pasien. Dari ayahnya inilah, ia banyak mempelajari ilmu keperawatan.
Beliau lahir di Yathrib, Madinah 570 M dimana termasuk orang pertama yang masuk Islam di Madinah dan golongan wanita ansor yang ikut menyambut kedatangan Nabi Muhammad saw. Ketika Islam datang pada abad ketujuh sekitar 622 M atau 1 Hijriah, Rufaidah telah mengetahui informasi ada seorang utusan yang membawa risalah baru. Ia pun akhirnya berbaiat kepada Rasulullah Saw. dan masuk Islam.
Rufaidah Masuk Islam
Setelah masuk Islam, Rufaidah mengubah teknik pengobatan yang biasa ia lakukan saat masih berada di masa jahiliyah. Salah satunya seperti membersihkan tempat pengobatan agar pasien merasa nyaman dan terlihat bersih, karena dulunya tempat pengobatannya kotor.
Ada cerita bahwa beliau menyelesaikan masalah sosial tentang kesehatan masyarakat dan menaruh perhatian kepada masyarakat untuk kesehatan yang lebih baik. Ia mendedikasikan hidupnya untuk memberikan sentuhan kemanusiaan dan perawatan bagi mereka yang membutuhkan.
Jasanya juga ia libatkan dalam peperangan untuk merawat tentara Muslim yang terluka. Di antaranya perang Badar, Uhud dll. Ketika terjud di medan perang, Rufaida yang memimpin para relawan. Menyediakan tenda, obat-obatan, dan juga pelayanan lain.
Rufaidah mampu memanage dengan baik dari mulai merencanakan, menyiapkan pasukan perawat terpelajar di bawah pendidikannya, sampai mendelegasikan tugas kepada mereka. Sehingga Ia mendapat julukan fidaiyah sebab masuk dalam medan perang untuk membawa orang-orang yang terluka. Atas perintah Rufaidah dibuatlah Rumah Sakit lapangan di depan masjid yang terkenal dengan “Khaimah Rufaidah” (tenda rufaidah).
Menurut Kasule HU (1998), dalam karyanya yang berjudul Rufaidah bint Sa’aad Historical Roots of the Nursing Profession in Islam, mengatakan yang bekerja bersama Rufaida di antaranya adalah Ummu Aiman, Ammara, Aminah dan Hindun.
Pendiri Sekolah Perawat dan Klinik Pertama
Tidak hanya itu, Rufaida juga terkenal sebagai sosok yang penuh empati juga baik hati. Kepiawaiannya dalam dunia keperawatan telah menjadikannya sebagai sosok pendiri sekolah perawat dan klinik pertama.
Dengan Ijin Nabi, Rufaida berkesempatan untuk mendidik para perempuan muslim di dunia keperawatan. Beliau perumus kode etik pertama sebelum Florence Neightigale. (Miller S, 2003). Rufaida juga menjadi pelopor adanya pembagian waktu kerja atau shift yang berlaku di rumah sakit atau puskesmas saat ini. Rufaidah membagi jadwal para perawat yang ditunjuk untuk membantunya menjadi dua shift, yaitu shift malam dan shift siang.
Seorang Ahmad Muharram pernah menulis sebuah syair untuk Rufaidah sebagaimana yang tertera dalam buku 25 Perempuan Teladan karya Umma Farida yang terkutip dari Aba Firdaus yang berbunyi sebagai berikut:
Wahai Rufaidah
Ajarkanlah kasih sayang kepada manusia
Tambahkan ketinggian harkat kaummu
Ambillah orang yang terluka dan sayangilah
Berkelilinglah di sekitarnya dari waktu ke waktu
Bila orang-orang tidur mendengkur
Maka janganlah engkau tidur
Demi mendengar rintihan orang yang sakit
Betapa beliau menjadi role model dalam sejarah Islam, dan dunia keperawatan, meski telah tiada, tetapi nilai mulia perangainya dapat kita teladani. Mengakui bahwa Rufaida lebih dari seorang perawat profesional, beliau perawat pendidik, beliau pemimpin perawat, dan pendiri sekolah keperawatan. []