Mubadalah.id – Salah satu dewan penasehat ulama perempuan (KUPI), Buya Husein Muhammad menjelaskan bahwa dalam terminologi Islam, makna jihad dapat diartikan sebagai perjuangan dengan mengerahkan seluruh potensi dan kemampuan manusia untuk sebuah tujuan-tujuan kemanusiaan.
Pada umumnya tujuan jihad, menurut Buya Husein, adalah untuk kebenaran, kebaikan, kemuliaan dan kedamaian.
Pada sejumlah ayat, kata Buya Husein, jihad mengandung makna yang sangat luas, meliputi perjuangan dalam seluruh aspek kehidupan. Jihad adalah pergulatan hidup itu sendiri.
Bahkan terdapat sejumlah ayat jihad yang mengarah kepada orang-orang kafir, tetapi tidak bermakna memeranginya dengan senjata.
Al-Qur’an mengatakan :
“Wa la Tuthi’ al Kafirin wa Jahidhum bihi Jihadan Kabira” (Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya (al-Qur’an) dengan jihad yang besar). (QS. Al-Furqan, 52).
Kata ganti pada “bihi” (dengannya) dalam ayat ini, menurut Ibnu Abbas merujuk pada al Qur’an. Ini berarti: ”berjihadlah dengan al-Qur’an”.
Dengan begitu, Buya Husein memaparkan, perintah berjihad terhadap orang-orang kafir tidak melakukannya dengan menghunus pedang, melainkan mengajak mereka dengan sungguh-sungguh agar memahami pesan-pesan yang terungkap atau terkandung dalam al-Qur’an.
Buya Husein mengutip pendapat Jamal al Din al Qasimi yang menjelaskan ketika menafsirkan ayat ini, dia mengatakan :
“Hadapi mereka dengan argumen-argumen rasional, bukti-bukti dan ajak mereka memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah serta kepada kebenaran dengan sungguh-sungguh”.
Hal tersebut sama halnya dengan al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125, tentang dakwah (ajakan kepada Islam), maka, memerintahkan jihad itu dengan cara-cara ”hikmah (ilmu pengetahuan, pemikiran filosofis), tuturkata/nasehat/orasi yang baik dan santun serta melalui diskusi/debat.
Sepanjang sejarah kehidupan Nabi Saw di Makkah, Buya Husien mengungkapkan, beliau tidak pernah melakukan perang terhadap orang-orang kafir dan kaum musyrik, meski ayat ini secara eksplisit menyebutkannya.
Terhadap tekanan-tekanan mereka terhadap Nabi saw dan kaum muslimin, beliau justru mengatakan:
إصبروا فإنى لم أومر بالقتال
Artinya : “Bersabarlah kalian, karena aku tidak memerintah untuk berperang”. (Rul)