Kamis, 16 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

    Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Belajar dari Gus Dur dan Daisaku Ikeda, Persahabatan adalah Awal Perdamaian

    Jurnalis Santri

    Sambut Hari Santri Nasional 2025, Majlis Ta’lim Alhidayah Gelar Pelatihan Jurnalistik Dasar untuk Para Santri

    Thufan al-Aqsha

    Dua Tahun Thufan al-Aqsha: Gema Perlawanan dari Jantung Luka Kemanusiaan

    Daisaku Ikeda

    Dialog Kemanusiaan Gus Dur & Daisaku Ikeda, Inaya Wahid Tekankan Relasi Lintas Batas

    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Berdoa

    Berdoa dalam Perbedaan: Ketika Iman Menjadi Jembatan, Bukan Tembok

    Lirboyo

    Lirboyo dan Luka Kolektif atas Hilangnya Kesantunan Publik

    Difabel Muslim

    Pedoman Qur’an Isyarat; Pemenuhan Hak Belajar Difabel Muslim

    Hak Milik dalam Relasi Marital

    Hak Milik dalam Relasi Marital, Bagaimana?

    Media Alternatif

    Media Alternatif sebagai Brave Space dalam Mainstreaming Isu Disabilitas

    Disabilitas intelektual

    Melatih Empati pada Teman Disabilitas Intelektual

    Alam

    Menjaga Alam, Menyelamatkan Ekosistem

    Diplomasi Iklim

    Ekofeminisme dalam Diplomasi Iklim

    Korban Kekerasan Seksual

    Membela Korban Kekerasan Seksual Bukan Berarti Membenci Pelaku

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Fitrah Anak

    Memahami Fitrah Anak

    Pengasuhan Anak

    5 Pilar Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak adalah Amanah Bersama, Bukan Tanggung Jawab Ibu Semata

    mu’asyarah bil ma’ruf

    Mu’asyarah bil Ma’ruf: Fondasi dalam Rumah Tangga

    Kemaslahatan dalam

    3 Prinsip Dasar Kemaslahatan dalam Perspektif Mubadalah

    Kemaslahatan Publik

    Kemaslahatan Publik yang Mewujudkan Nilai-nilai Mubadalah

    Politik

    Politik itu Membawa Kemaslahatan, Bukan Kerusakan

    Kepemimpinan

    Kepemimpinan Itu yang Mempermudah, Bukan yang Memersulit

    Kepemimpinan

    Kepemimpinan dalam Perspektif Mubadalah

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

    Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Belajar dari Gus Dur dan Daisaku Ikeda, Persahabatan adalah Awal Perdamaian

    Jurnalis Santri

    Sambut Hari Santri Nasional 2025, Majlis Ta’lim Alhidayah Gelar Pelatihan Jurnalistik Dasar untuk Para Santri

    Thufan al-Aqsha

    Dua Tahun Thufan al-Aqsha: Gema Perlawanan dari Jantung Luka Kemanusiaan

    Daisaku Ikeda

    Dialog Kemanusiaan Gus Dur & Daisaku Ikeda, Inaya Wahid Tekankan Relasi Lintas Batas

    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Berdoa

    Berdoa dalam Perbedaan: Ketika Iman Menjadi Jembatan, Bukan Tembok

    Lirboyo

    Lirboyo dan Luka Kolektif atas Hilangnya Kesantunan Publik

    Difabel Muslim

    Pedoman Qur’an Isyarat; Pemenuhan Hak Belajar Difabel Muslim

    Hak Milik dalam Relasi Marital

    Hak Milik dalam Relasi Marital, Bagaimana?

    Media Alternatif

    Media Alternatif sebagai Brave Space dalam Mainstreaming Isu Disabilitas

    Disabilitas intelektual

    Melatih Empati pada Teman Disabilitas Intelektual

    Alam

    Menjaga Alam, Menyelamatkan Ekosistem

    Diplomasi Iklim

    Ekofeminisme dalam Diplomasi Iklim

    Korban Kekerasan Seksual

    Membela Korban Kekerasan Seksual Bukan Berarti Membenci Pelaku

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Fitrah Anak

    Memahami Fitrah Anak

    Pengasuhan Anak

    5 Pilar Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak adalah Amanah Bersama, Bukan Tanggung Jawab Ibu Semata

    mu’asyarah bil ma’ruf

    Mu’asyarah bil Ma’ruf: Fondasi dalam Rumah Tangga

    Kemaslahatan dalam

    3 Prinsip Dasar Kemaslahatan dalam Perspektif Mubadalah

    Kemaslahatan Publik

    Kemaslahatan Publik yang Mewujudkan Nilai-nilai Mubadalah

    Politik

    Politik itu Membawa Kemaslahatan, Bukan Kerusakan

    Kepemimpinan

    Kepemimpinan Itu yang Mempermudah, Bukan yang Memersulit

    Kepemimpinan

    Kepemimpinan dalam Perspektif Mubadalah

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menjadi Perempuan Berdaya: Belajar dari Kisah Hidup Inggit Garnasih

Seperti 20 tahun perjalanan hidup Bung Karno dan Bu Inggit yang atas dasar cinta, sehingga menciptakan sebuah kehidupan yang jatuh bangun bersama tanpa kalah karena susah

Indi Ardila Indi Ardila
23 Oktober 2022
in Personal
0
Perempuan Berdaya

Perempuan Berdaya

578
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan berhadapan dengan banyak sekali stigma dan label negatif. Padahal sejatinya dari dulu sampai sekarang hakikat perempuan berdaya tetaplah sama, yaitu cantik bermartabat dan hebat. Tetapi dari masa ke masa kata cantik dan bermartabat banyak distandardisasikan. Sehingga perlahan-lahan kata cantik seolah-olah tidak lagi terdapat dalam diri perempuan dan lebur akar kealamiannya.

Begitu juga untuk martabat perempuan berdaya, telah ternomor duakan dan banyak terdefinisikan. Seolah-olah kecantkan dan martabat perempuan berdaya mampu diindrai.

Standarisasi Kecantikan

Di era modernisasi, dan banyaknya definisi cantik untuk perempuan, telah membuat banyak perempuan berdaya yang merasa kepuasannya hanya terpaku kepaa kemampuan mengejar perputaran jaman. Seperti memenuhi gaya hidup sesuai trend, atau memenuhi standarisasi yang orang lain berikan. Sehingga tak jarang perempuan yang mengubah diri dari segi fisik maupun penampilan hanya karena ingin memenuhi standar yang orang lain berikan.

Tentu akar utamanya adalah orang-orang yang memberikan standar tersebut. Mereka yang telah termakan oleh kemajuan jaman dan melupakan hakikat nyata perempuan. Hingga sekarang semua kalangan masyarakat mulai terbius sama standar tersebut. Salah satunya yakni maraknya pasar kecantkan. Di mana setiap marketing pemasaran menampilkan wajah atau fisik perempuan sebegitu sempurna mungkin.

Ini terkadang membuat diri terprovokasi pada satu bentuk kepatenan definisi cantik itu. Di mana hal ini bisa merusak tatanan berpikir, bahwa kecantkan bagi kita berhenti pada satu bentuk standar. Yaitu “menurut paras dan fisik” dan juga faktor penyebab timbulnya perasaan insecure jikalau kita tidak mampu mengikuti trend atau memenuhi standar tersebut.

Tetapi kenyataan bahwa standar cantik juga tak melulu orang terapkan dan pedulikan. Sehingga menjadi diri sendiri sesuai yang kita inginkan dan hidup sesuai kebutuhan tidak akan menjadi masalah besar bagi siapapun. Tidak akan mengurangi nilai diri kita, justru hal ini akan membuat diri kita masih berada dalam hakikat yang nyata.

Tentu pilihan mereka juga tidak salah apalagi pilihannya membahagiakan. Tetapi mereka perlahan meleburkan hakikat diri yang sebenarnya. Terperangkap dalam sudut pandang yang meleburkan kesakralan. Menurut perspektif pribadi, kecantkan paras dan fisik tidak melulu menjadi landasan utama sebuah keberhasilan. Tetapi kekuatan dari dalam diri kitalah yang mampu menciptakannya. Seperti sosok tangguh perempuan berdaya, pendorong bangsa, Ibu Inggit Garnasih.

Emansipasi Perempuan

Kemajuan suatu usaha, daerah, bahkan negara tidak lepas dari keterlibatan peran perempuan di dalamnya. Baik perempuan yang berperan sebagai pendidik, dokter, pakar ekonomi dll

Untuknya, penyediaan ruang pendidikan dan pekerjaan terhadap perempuan memberikan sebuah peluang keberhasilan, juga sebagai bentuk emansipasi perempuan. Karena perempuan berdaya mampu berperan dan memberikan kontribusi yang setara dengan laki-laki.

Seperti peran perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, di balik layar kemerdekaan ada banyak perempuan-perempuan pemberani dan tangguh yang terlibat dan ikut andil berjuang. Hal ini membuktikan, bahwa peranan perempuan sejak awal sudah terbukti adanya, baik di garis depan maupun garis belakang, baik yang ikut perang maupun yang hanya mendo’akan.

Inggit Garnasih

Dan salah satu sosok perempuan yang bisa kita teladani dari kesederhanaan dan keberaniannya dalam menyongsong kemerdekaan Indonesia itu, Ibu Inggit Garnasih. Di ambil dari kisahnya semasa ia menjadi istri dari Bung Karno. Ibu Inggit seorang perempuan yang sangat setia kepada Bung Karno ia berasal dari bumi Pasundan, lahir pada 17 Februari 1888 di Kabupaten Bandung.

Ketika Ibu Inggit terlahir, ia di beri nama Garnasih, merupakan singkatan dari kesatuan Hegar dan Asih, yang mana Hegar berarti segar menghidupkan dan Asih berarti kasih sayang. Kata Inggit yang kemudian menyertai di depan namanya berasal dari kisahnya di masa kecil.

Ibu Inggit dan Bung Karno menikah pada 24 Maret 1923 dan bercerai pada tahun 1942. Dari kisah Ibu Inggit dan Bung Karno kita bisa memetik banyak pelajaran hidup, salah satunya menjadi perempuan berdaya, pendukung setia cita-cita mulia.

Seperti apa itu perempuan pendukung cita-cita? Dan apa saja yang merupakan cita-cita mulia itu? Menurut perspektif pribadi, cita-cita mulia adalah setiap harapan manusia atau sebuah tujuan yang mampu membawa pengaruh, atau perubahan yang lebih baik, dalam setiap aspek kehidupan dalam tanah keluarga, bertetangga, maupun bernegara.

Menjadi perempuan pendukung artinya, selalu mendukung atas cita-cita tersebut. Tidak menjadi hambatan, justru menjadi salah satu penyukses cita-cita tersebut. Baik mendukung dengan pikiran dan pemikiran, do’a, ataupun secara langsung mendukung dengan kiprahnya. Yang mana hal ini mampu menciptakan kehidupan yang penuh kesalingan.

Kembali kepada kisah Ibu Inggit. Menurut sejarah, mungkin Ibu Inggit seorang yang tidak terdidik. Namun keberhargaan dirinya tidak lah hilang, karena ada yang jauh lebih berharga dalam diri di balik sebutan perempuan terdidik. Yaitu jiwa yang penuh kemanusiaan serta kesetiaan dan cinta kasih yang tak terdefinisikan. Sehingga semua itu menjadikannya sosok perempuan yang tangguh pemberani dan berjiwa keibuan yang hangat dan penuh kasih.

Kekuatan Cinta

Di balik kesuksesan Bung Karno menjabat sebagai Presiden RI pertama, dan dalam masa perjuangannya menyongsong kemerdekaan Indonesia, ada tangan penuh kasih yang selalu menepuk pundaknya dengan kehangatan dan kekuatan. Ada tangan yang terampil menyajikannya minuman dan makanan yang menenangkan dan mengenyangkan. Ada diri yang penuh keberanian yang tidak bisa terbayangkan, dan ada jiwa penuh kecintaan dan kesetiaan yang begitu dalam.

Ya, sosok itu ialah Ibu Inggit, ia selalu menguatkan suaminya di kala ia merasa kelelahan, selalu menyajikannya minuman dan makanan di kala suaminya habis berpikir dan bekerja. Dan ketika Bung Karno dalam masa kesusahan yakni di penjara, Ibu Inggit dengan berani berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer hanya demi menjenguk sang suami, dan mengantarkannya makanan.

Serta kesetiaannya sangat teruji ketika mereka dihadapkan dalam kesusahan yang amat memprihatinkan. Banyak sekali dukungan yang Ibu Inggit berikan kepada Bung Karno, lewat pemikirannya, doa, bahkan perjuangan yang mengorbankan jiwa raga.

Diantaranya, Ibu Inggit rela membiayai kuliah Bung Karno dari hasil berjualan, dan menjadi penerjemahnya. Saat Bung Karno di penjara Ibu Inggit rela berpuasa berhari-hari demi menyelundupkan buku-buku ke penjara, dan ia juga rela menemani Bung Karno ke pengasingan. Maka, dari perjuangan dan keterlibatan Ibu Inggit ini sangatlah berpengaruh terhadap kemerdekaan Indonesia, tak hanya menjadi sosok inspiratif tetapi Ibu Inggit adalah sosok perempuan berdaya yang merdeka dan sederhana.

Dari dia kita bisa belajar, bahwa kesadaran diri dan kecintaan diri adalah hal yang sangat penting. Kesetaraan tidak akan kita dapatkan tanpa keberanian dan kesadaran. Kita juga bisa melihat bahwa pengaruh cinta ternyata sangatlah luar biasa, karena bagi mereka cinta adalah kekuatan. Terutama kecintaan mereka terhadap rakyat yang menjadikan landasan perjuangan mereka tak tersurutkan.

Kesusahan dan keterpurukan tidak menjadi alasan untuk berpisah, tetapi menjadikan sebuah jembatan untuk mencapai kebersihan dan keteguhan hati.

Juga kesederhanaan tidak menjadi acuan untuk tidak bisa bersinergi, karena keberanian dan kemerdekaan tidak terbatas dan tidak sebatas karena kemewahan. Karena itu, untuk setiap perempuan di manapun kalian berada, dari manapun kalian berasal, apapun jenjang pendidikan yang kalian dapatkan. Bagaimanapun latar belakang kalian. Jangan pernah malu, jangan pernah ragu untuk memulai perubahan. Jangan pernah merasa rendah ataupun lemah karena setiap perempuan mempunyai skill dan kemampuan.

Perempuan Manifestasi Kasih Sayang Tuhan

Pada dasarnya laki-laki yang menyadari dan mengetahui struktur kosmos perempuan, mereka memetik kebahagiaan dari perempuan bukan hanya dari putih kulit, bibir merona, atau standar cantik yang tidak masuk akal lainnya. Tapi perempuan yang menjadikan jiwa laki-laki tersebut semakin dekat dan mengenal Tuhan, menjadi sumber kekuatan dan dari terurainya wajah, dan diri perempuan yang sesungguhnya, apa adanya.

Dan sesungguhnya laki-laki akan sulit mengetahui wajah asli perempuan, jika ia masih terpenjara dengan penilaian terhadap fisik perempuan. Hanya perempuan yang dapat menyulutkan api cinta pada jiwa laki-laki.

Seperti 20 tahun perjalanan hidup Bung Karno dan Bu Inggit yang atas dasar cinta, sehingga menciptakan sebuah kehidupan yang jatuh bangun bersama tanpa kalah karena susah. Tanpa pergi meninggalkan karena di pisahkan tapi selalu terpaut atas cinta kasih dan doa yang di panjatkan. Cinta kasih mereka mampu menumbuhkan buah keberhasilan.

Menjadi perempuan yang mendukung cita-cita mulia sangatlah tidak mudah memang, ada hal yang harus dikorbankan. Seperti halnya tenaga, dan perasaan. Tetapi Ibu Inggit mengajarkan kita bahwa satu hal yang membuatnya ikhlas atas apa yang ia berikan kepada Bung Karno, yaitu kekuatan cinta. Kesabaran, kesetiaan dan pengorbanan Ibu Inggit yang lainnya tidak pernah meminta balasan dari Bung Karno.

Sampai di titik tersakiti hatinya pun Ibu Inggit tidak pernah merasakan sakitnya itu, karena tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Cinta Ibu Inggit kepada Bung Karno sangatlah besar, begitupun cinta Bung Karno. Ibu Inggit tak hanya menjadi istri tetapi partner perjuangan yang begitu banyak memberikan kontribusi terhadap negara.

Seperti hakikatnya perempuan sebagai lokus manifestasi kasih sayang Tuhan, dalam jiwa perempuan kasih sayang dan cinta tidak pernah mengering. Sebagaimana kasih sayang Tuhan. Semoga dari kisah ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian pada kita, apapun latar belakang kita. Dan kesederhanaan bukan sebuah halangan untuk mencapai kemerdekaan jiwa. []

Tags: BerdayaCintaInggit GarnasihperempuanSoekarno
Indi Ardila

Indi Ardila

Bukan apa dan siapa tidak sekedar apalagi sebagai. Satu yang nyata, aku cuma seseorang yang suka melahap.

Terkait Posts

Berbuat Baik Kepada Perempuan
Hikmah

Islam Memerintahkan Laki-Laki untuk Berbuat Baik kepada Perempuan

11 Oktober 2025
Tidak Menikah
Personal

Tidak Menikah, Gak Apa-apa, Kan?

10 Oktober 2025
Perempuan di Bawah Laki-laki
Hikmah

Islam Tidak Pernah Menempatkan Perempuan di Bawah Laki-Laki

10 Oktober 2025
Laki-laki Perempuan dalam Kemanusiaan
Hikmah

Laki-Laki dan Perempuan: Mitra Setara dalam Kemanusiaan

10 Oktober 2025
Laki-laki dan Perempuan
Hikmah

Kenikmatan Surga untuk Laki-Laki dan Perempuan

9 Oktober 2025
Kenikmatan Surga
Hikmah

Bidadari dan Bidadara: Tafsir Mubadalah atas Kenikmatan Surga bagi Laki-laki dan Perempuan

9 Oktober 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Lirboyo

    Lirboyo dan Luka Kolektif atas Hilangnya Kesantunan Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pedoman Qur’an Isyarat; Pemenuhan Hak Belajar Difabel Muslim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’asyarah bil Ma’ruf: Fondasi dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rima Hassan: Potret Partisipasi Perempuan Aktivis Kamanusiaan Palestina dari Parlemen Eropa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengasuhan Anak adalah Amanah Bersama, Bukan Tanggung Jawab Ibu Semata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memahami Fitrah Anak
  • Berdoa dalam Perbedaan: Ketika Iman Menjadi Jembatan, Bukan Tembok
  • 5 Pilar Pengasuhan Anak
  • Rima Hassan: Potret Partisipasi Perempuan Aktivis Kamanusiaan Palestina dari Parlemen Eropa
  • Pengasuhan Anak adalah Amanah Bersama, Bukan Tanggung Jawab Ibu Semata

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID