Mubadalah.id – “Bangsa yang besar adalah bagsa yang menghargai jasa para pahlawannya.” Begitulah kalimat yang founding fathers Bangsa Indonesia, Ir.Soekarno sampaikan. Di mana kalimat tersebut menjadi refleksi di peringatan Hari Pahlawan. Tentu kita semua sepakat dengan kalimat di atas. Karena memang berkat jasa-jasa pahlawan terdahulu lah yang menyebabkan kita bisa merasakan nikmatnya hidup merdeka seperti saat ini.
Oleh sebab itu, untuk membantu mengenang jasa pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raga mereka, kita peringati hari pahlawan yang jatuh tiap tanggal 10 November. Namun, sudahkah salingers mendengar bahwa peristiwa 10 November 1945 kala itu ada kaitannya dengan resolusi jihad KH. Hasyim Asyari yang akhirnya menjadi cikal bakal hari santri?
Ketika berbicara hari pahlawan, tentunya kita teringat pada peristiwa sejarah 10 November 1945, 77 tahun yang lalu. Di mana terjadi pertempuran besar di Surabaya melawan pasukan Inggris yang diboncengi NICA (Netherlands-Indies Civil Administration). Perjuangan bangsa ini memang belum berakhir bahkan setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bergema di seluruh nusantara.
Banyak pihak penjajah yang belum terima atas kemerdekaan Indonesia dan berupaya merebut kembali kemerdekaan yang ada. Yakni melalui berbagai pertempuran pasca kemerdekaan. Ir.Soekarno yang saat itu menjadi presiden pertama RI merasa bahwa rakyat perlu ia sadarkan mengenai pentingnya mempertahankan kemerdekaan. Meskipun sudah merdeka namun rakyat tak boleh lengah dan harus tetap semangat berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Ketika Soekarno Meminta Fatwa
Oleh sebab itu, pada tanggal 17 September 1945, Presiden Soekarno meminta sebuah fatwa hukum kepada KH. Hasyim Asyari, pemimpin NU (Nahdlatul Ulama) sebagai organisasi Islam yang terbesar kala itu. Ternyata hal tersebut juga Mayor Jenderal TKR Mustopo lakukan. Di mana sebagai komandan sektor perlawanan Surabaya, bersama dengan Sungkono, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh Jawa Timur lainnya. Mereka turut menghadap KH.Hasyim Asyari untuk meminta fatwa serupa.
Menanggapi permohonan para tokoh bangsa tersebut, akhirnya pada 22 Oktober 1945, KH.Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa mengenai resolusi jihad yang berisi lima butir. KH. Hasyim meminta pemerintah untuk segera meneriakkan perang suci melawan penjajah yang ingin berkuasa kembali. Lalu rakyat menyambut kabar tersebut dengan semangat yang membara.
Dalam buku berjudul Fajar Kebangunan Ulama, Biografi Kiyai Hasyim Asyari yang Lathiful Khuluq tulis, menyebut lima butir resolusi jihad tersebut, antara lain:
- Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan.
- Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong.
- Musuh Republik Indonesia yaitu Belanda, yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris, pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia.
- Umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali.
- Kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter. Sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap mereka yang berjuang.
Peran Ulama dalam Perjuangan Kemerdekaan
Perjuangan bangsa ini begitu berwarna, salah satunya adalah tak terlepas dari peran para ulama. Dari peristiwa 10 November tersebut menyadarkan kita bahwa sejak dahulu, pendapat tokoh agama sangatlah berpengaruh terhadap perilaku yang masyarakat ambil. Bahkan tokoh hebat sekelas presiden Soekarno pun meminta bantuan tokoh ulama agar mengeluarkan fatwa mengenai mempertahankan kemerdekaan tanah air.
Peristiwa 10 November 1945 tentunya juga tak terlepas dari kisah heroik Bung Tomo, bahwa orasi dan pekik takbirnya yang disiarkan di radio mampu membakar semangat para pejuang kala itu. Pada intinya, agama Islam dan semangat nasionalisme tidak bisa kita pisahkan.
Nasionalisme yang dimaksud di sini meliputi rasa cinta tanah air, semangat persatuan, dan semangat bela negara untuk membebaskan dari kolonialisme. Maka, menjadi suatu hal yang perlu kita pertanyakan jika saat ini ada sekelompok ajaran agama yang justru menjauhkan umat dari semangat nasionalisme.
Resolusi Jihad sebagai Cikal Bakal Hari Pahlawan
Kemenangan bangsa Indonesia pada pertempuran hebat di 10 November 1945, tentunya berkat jasa para pejuang dari berbagai golongan, agama, suku, dan beragam perbedaan lainnya. Di mana mereka bersatu demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Namun, resolusi jihad yang KH.Hasyim Asyari keluarkan sebelumnya pada 22 Oktober 1945, menjadi salah satu yang melatar belakangi semangat umat muslim kala itu.
Untuk mengenang hal tersebut, pada 15 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri Nasional secara simbolis melalui penandatanganan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.
Peristiwa hari pahlawan ternyata berkorelasi erat dengan resolusi jihad yang menjadi cikal bakal hari santri. Oleh sebab itu sebagai warga negara terlebih sebagai umat muslim sudah semestinya kita melanjutkan perjuangan-perjuangan para pahlawan pendahulu. Yakni untuk membawa bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negara yang lebih maju dan sejahtera. []