• Login
  • Register
Jumat, 9 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perempuan dan Patriarki

Anisa Rizkina Anisa Rizkina
30/12/2019
in Publik
0
perempuan, patriarki
25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Jika kau pikir perempuan tidak boleh keluar malam, tidak boleh berteman dengan banyak teman laki laki, harus lembut bicaranya, harus bisa masak, tidak boleh pakai rok mini, kalau pakai rok mini nanti memancing perkosaan, harus begini, harus begitu, maka saya ucapkan selamat. Selamat, telah terperangkap dengan budaya patriarki.

Di era sekarang tentu sudah bukan waktunya untuk mendebatkan apakah perempuan harus memiliki pendidikan tinggi atau tidak. Semua orang dan orang dengan nalar yang minim sekalipun tentu sudah menyadari bahwa pendidikan bagi perempuan sangatlah penting meskipun masih banyak juga masyarakat kita, khususnya di pedesaan yang masih belum paham tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan.

Pendidikan sendiri hanya salah satu persoalaan saja. Untuk hal kesetaraan tentu kita harus berterima kasih pada R.A. Kartini. Andai saja R.A. Kartini saat muda mempunyai pemikiran seperti perempuan kebanyakan pada masanya, tidak berani melawan budaya setempat dan tidak berhubungan dengan teman-teman dari barat pada saat itu, tentu kita tidak tahu entah sampai kapan perempuan masih dalam kegelapan.

Dalam surat kartini kepada Ny Abendanon, Kartini menulis: Saya bukanlah orang yang pro gerakan feminis ataupun orang yang mengutuk gerakan feminis. Bagi saya, seorang perempuan sudah sepatutnya dihormati dan dihargai. Tidak boleh hanya karena urusan gender, seseorang harus kehilangan hak-haknya atau tidak mendapatkan kesempatan yang sama.

Setiap perempuan berhak untuk diperlakukan secara baik. Bukankah masing-masing dari kita lahir ke dunia ini dari rahim seorang perempuan? Relakah jika orang yang sangat kita cintai, yaitu ibu kita, mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang lain? Jika Anda ingin berbuat kasar atau berbuat tidak baik terhadap seorang perempuan.

Baca Juga:

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

Perhatikan begitu hebatnya R.A. Kartini. Di zaman itu R.A Kartini sudah berpikir jauh ke depan. Di saat perempuan kebanyakan yang dibesarkan dalam budaya Jawa yang lekat dengan budaya patriarkat yang hanya mengenal bagaimana cara menjadi istri yang baik, perempuan yang baik tugasnya begini begitu, R.A. Kartini sudah berpikir tentang kesetaraan gender.

Budaya patriarki tidak hanya mengambil hak-hak perempuan, tapi juga memengaruhi pemikiran banyak orang yang dibesarkan dan tumbuh pada budaya patriarki. Parahnya lagi, ketika seseorang sudah terpengaruh, orang itu akan sulit untuk melepaskanya.

Hal yang paling kentara ketika kita sudah terpengaruh budaya patriarki adalah ketika seseorang sudah menganggap bahwa perempuan memang ditakdirkan berada di bawah laki laki.

Bukan hanya itu saja, persoalan lain yang biasa dan masih kita anggap wajar adalah ketika kita menganggap bahwa untuk menyatakan kasih sayang itu peran laki-laki dan perempuan yang berperan untuk memilih menerima atau menolak, sedangkan jika perempuan yang lebih dahulu mengungkapkan perasaannya kita anggap perempuan murahan dan tidak punya harga diri. Sebenarnya pemikiran kita sudah masuk dalam perangkap budaya patriarkat.

Perempuan seharusnya sedari awal sadar jika mereka mempunyai hak untuk merdeka, berhak untuk memilih yang paling pas dan sesuai dengan mereka, bukan malah menyerahkan pemikiran mereka untuk dibentuk oleh lingkungan dan budaya setempat.

Tidak bisa dipungkiri, sekalipun kita sudah jauh maju kedepan dari zaman R.A. Kartini masih hidup, masih banyak perempuan juga yang memandang negatif dan menjatuhkan sesama perempuan karena tidak sepemikiran dengan perempuan yang dibesarkan dan tumbuh dari budaya patriarkat.

Kodrat yang dipandang oleh budaya patriarkat bukan arti sebenarnya kodrat. Kodrat dalam budaya patriarkat hanyalah ilusi yang dibentuk oleh orang orang yang sebenarnya hanya bertujuan untuk merendahkan perempuan.

Untuk hal ini seharusnya kita sadar dari sekarang bahwa perempuan memang seharusnya mempunyai hak dalam hal apa pun yang sama dengan laki-laki karena Tuhan pasti menciptakan kita bukan bertujuan untuk mengungguli satu sama lain tapi berjalan berdampingan untuk membangun peradaban manusia menjadi  baik dan adil.[]

Anisa Rizkina

Anisa Rizkina

Terkait Posts

Vasektomi untuk Bansos

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

9 Mei 2025
Vasektomi

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

8 Mei 2025
Barak Militer

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

7 Mei 2025
Jukir Difabel

Jukir Difabel Di-bully, Edukasi Inklusi Sekadar Ilusi?

6 Mei 2025
Budaya Seksisme

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

6 Mei 2025
Energi Terbarukan

Manusia Bukan Tuan Atas Bumi: Refleksi Penggunaan Energi Terbarukan dalam Perspektif Iman Katolik

6 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?
  • Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa
  • Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri
  • Kopi Kamu: Ruang Kerja Inklusif yang Mempekerjakan Teman Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version