• Login
  • Register
Kamis, 17 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

Peningkatan drastis penderita kanker, terutama kaum perempuan, menyebabkan banyak pihak untuk menjadikan tanggal keempat pada bulan kedua ini sebagai tonggak aktivisme pencegahan dan sosialisasi bahaya kanker

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
04/02/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Hari Kanker Sedunia

Hari Kanker Sedunia

548
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejak tahun 2000, tanggal 4 Februari ditetapkan sebagai hari kanker sedunia. Peringatan tersebut bukan tanpa sebab. Peningkatan drastis penderita kanker, terutama kaum perempuan, menyebabkan banyak pihak untuk menjadikan tanggal keempat pada bulan kedua ini sebagai tonggak aktivisme pencegahan dan sosialisasi bahaya kanker. 

Sejarah Hari Kanker

Peneguhan awal peringatan hari kanker sedunia sendiri, saat berlangsungnya World Summit Against Cancer pertama, yang diadakan di Paris. Pada pertemuan ini, para pemimpin lembaga pemerintah dan organisasi kanker dari seluruh dunia menandatangani Piagam Paris Melawan Kanker. Yakni sebuah dokumen yang berisi 10 artikel yang menguraikan komitmen global untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penderita kanker dan investasi berkelanjutan terkait penelitian kanker, pencegahan, dan pengobatannya. Secara spesifik, pasal X piagam tersebut secara resmi mendeklarasikan 4 Februari sebagai Hari Kanker Sedunia.

Merujuk laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang dapat menyerang bagian tubuh manapun. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu ciri kanker adalah pembentukan sel abnormal yang tumbuh dengan cepat, melampaui batas biasa.

Selanjutnya kanker ini dapat menyerang bagian tubuh yang berdekatan dan menyebar ke organ lain. Jika tidak kita obati secara intens, proses terakhir yang akan terjadi disebut sebagai metastasis. Metastasis disebut sebagai penyebab utama kematian akibat kanker.

Mirisnya, dari tahun ke tahun kasus kanker terus meningkat drastis. Jumlah kematian akibat kanker di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 16,3 juta di tahun 2040. 

Baca Juga:

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

Meski begitu, menurut WHO, sebanyak 40 persen kematian akibat kanker dapat kita cegah sejak dini. Intinya, meningkatkan kesadaran akan pencegahan kanker bisa membantu dampak negatif agar dapat kita tekan seawal mungkin. 

Masalah Kanker di Indonesia

Sayangnya deteksi dini akan kanker jarang orang yang melakukannya di Indonesia ini. Karena masih banyak stigma buruk yang melekat pada kanker. Stigma yang umum berkembang di masyarakat meyakini bahwa penyakit kanker merupakan penyakit mengerikan dan tidak dapat kita sembuhkan. Bahkan ada pula yang menyebutnya sebagai penyakit kutukan karena perbuatan buruk di masa lampau yang selanjutnya membuat pencegahan dan penanganan yang diambil tidak tepat.

Di samping itu, kanker masih dianggap sebagai penyakit menular. Sehingga, alih-alih mendampingi penderita, kerap kali penderita kanker justru kita jauhi karena dianggap akan membuat orang terdekatnya menderita penyakit sama. 

Tentunya kondisi seperti ini akan membuat kondisi mental penderita kanker menjadi buruk dan bahkan bisa membuatnya frustasi. Kondisi kejiwaan seperti inilah yang banyak membuat penderita kanker akhirnya merasa putus asa dan tak berdaya. Sehingga para penderita pun enggan untuk mencari tahu tentang pengobatan kanker dan pasrah dengan kondisinya.

Padahal jika merujuk data Kementerian Kesehatan tahun 2020 lalu, kasus penderita kanker di Indonesia mengalami penambahan sebanyak 396.914 kasus baru dengan lima jenis kanker terbanyak, yaitu kanker payudara (16.6%), kanker serviks (9.2%), kanker paru (8.8%), kanker kolorektal (8.6%), dan kanker hati (5.4%), yang berarti meningkat 13,8% dibandingkan penambahan kasus baru di tahun 2018.

Dari data tadi, semakin terlihat bahwa menambatkan stigma sosial pada penyakit kanker akan kian memperburuk kondisi penderitanya. Bahkan semakin banyak individu yang urung melakukan deteksi dini karena kekhawatiran bahwa ia ke depannya akan terkucilkan atau mendapatkan cibiran dari lingkungan sosial. 

Kanker Payudara dan Kaum Perempuan

Terlebih ketika yang diderita adalah kanker payudara. Banyak perempuan di Indonesia mendapati bahwa ia menderita kanker ketika kondisinya sudah semakin kritis. Padahal kanker payudara sendiri menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.

Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. 

Selain angka kematian yang cukup tinggi, penanganan pasien kanker yang terlambat menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak. Pada periode 2019-2020, pengobatan kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS kurang lebih 7,6 triliun rupiah.

Terlambatnya penanganan kanker payudara juga berkelindan dengan budaya perendahan status perempuan penderita kanker. Dalam banyak kasus di Indonesia, ketika terdeteksi menderita kanker, perempuan kita cap sebagai perempuan yang tak lagi normal dan cacat.  Hal tersebut bagi masyarakat kita yang sebagian besar masih memandang perempuan sebagai makhluk fisik dan domestik akan semakin menyudutkan posisi perempuan, terutama ketika ia sudah menikah. Ia terlihat sebagai perempuan yang tak lagi sempurna. 

Oleh karenanya, penting bagi seluruh pihak untuk tidak lagi memandang sebelah mata penyakit ini. Salah satunya dengan rutin memeriksakan diri dan ketika sudah ada tanda bahwa penyakit itu ada, jangan jauhi penderitanya. Dampingi mereka untuk sembuh karena semakin mereka kita kucilkan, semakin mereka merasa tak ada lagi harapan untuk melanjutkan hidup. (Bebarengan)

 

Tags: Deteksi DiniHari Kanker SeduniaKankerkesehatanperempuan
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Sirkus

Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

17 Juli 2025
Disabilitas dan Kemiskinan

Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

17 Juli 2025
Wonosantri Abadi

Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

17 Juli 2025
Zakat Profesi

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

16 Juli 2025
Representasi Difabel

Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

16 Juli 2025
Sound Horeg

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

16 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Wonosantri Abadi

    Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 
  • Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID