Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw telah banyak memberikan banyak teladan kepada kita semua umat Islam, termasuk sikap dan perilaku Nabi Saw yang membebaskan dan memaafkan. Sikap dan perilaku tersebut beliau praktikkan saat bertemu para pemimpin kafir Quraisy.
Kisah Nabi Muhammad saat beliau membebaskan dan memaafkan orang kafir terjadi pada waktu itu sekitar akhir bulan Januari 630 M, atau tahun 8 Hijriah, seperti dikutip dari buku Lisanul Hal, Kisah-kisah Teladan dan Kearifan, karya KH. Husein Muhammad, Nabi Saw dan rombongan memasuki Makkah setelah menempuh perjalanan panjang, mengarungi padang pasir di bawah sengatan terik matahari dan mendaki gunung-gunung tanpa pepohonan. Ini sebuah perjalanan berhari-hari yang melelahkan.
Sampai di dekat Bait al-Haram, Buya Husein menceritakan, Nabi Saw bertemu para pemimpin kafir Quraisy dan para pengikut mereka. Kedua kelompok yang bermusuhan itu kini saling berhadapan langsung. Kelompok yang Nabi Saw pimpin kini tampak jauh lebih besar, lebih kuat dan bersatu. Sementara kelompok kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan, lemah, rapuh dan terpecah-pecah.
Para pembesar kafir Quraisy terhenyak dan terbelalak dengan dada berdegup kencang. Mereka melihat dengan mata kepala, Muhammad yang tengah duduk di atas untanya tampak begitu gagah, diiringi 10.000 pasukan yang siap menunggu perintahnya. Perlawanan terhadap Muhammad secara logika tak mungkin melakukannya.
Orang-orang Quraisy itu, kata Buya Husein, sekarang dalam genggaman tangan Nabi Muhammad dan berada di bawah telapak kakinya. Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu. Nyawa mereka semua kini tergantung di ujung bibirnya dan pada wewenangnya atas ribuan pengikutnya yang akan dapat mengikis habis Makkah dengan seluruh penduduknya dalam sekejap mata.
Nabi Saw yang Berwibawa
Nabi Saw tampak begitu berwibawa. Kepada mereka, musuh lamanya itu, beliau dengan suaranya yang tenang dan sikap yang anggun penuh pesona, mengatakan:
“Menurut kalian, apakah kira-kira yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Mereka (kafir Quraisy), saling menatap. Sebagian yang lain menundukkan kepala dalam diam. Mereka tak berkutik.
Untuk beberapa saat suasana pertemuan dua musuh bebuyutan itu begitu sepi dan tegang. Tak ada kata-kata yang terlontar. Pikiran mereka melayang-layang, kembali ke masa lalu, ketika Nabi masih bersama mereka. Terbayang di mata mereka, kata-kata kasar, sumpah serapah, caci maki, fitnah, provokasi, dan stigmatisasi berhamburan dari mulut mereka sendiri.
Terbayang pula rencana aksi jahat, isolasi, dan upaya pembunuhan terhadap orang yang kini di hadapan mereka. Sesekali mata mereka melihat atau melirik ke arah Nabi, sang musuh.
Akan tetapi, Buya Husein menyampaikan, wajah Nabi Saw masih bening, bercahaya dan tampan, senyumnya masih tetap selalu mengembang manis seperti dulu. Ia begitu anggun, penuh kharisma.
Dalam keadaan ketakutan yang mendalam, mereka serentak menjawab :
“Engkau orang yang mulia, saudara kami yang mulia, putra saudara kami yang mulia”.
Nabi Saw lalu mengatakan sebagaimana Nabi Yusuf katakan (kepada saudara-saudaranya): “Hari ini tak ada balas dendam atas kalian. Kalian bebas! Siapa saja yang ingin masuk ke rumah Abu Sufyan, aku jamin aman. Siapa saja yang ingin pulang ke rumah, aku jamin aman, dan siapa saja yang ingin ke masjid, aku jamin aman.
Nabi Saw Membebaskan dan Memaafkan
Melanjutkan kisah Nabi Muhammad saat beliau membebaskan dan memaafkan orang kafir, Buya Husein mengungkapkan, betapa mengagumkan. Betapa indah sikap utusan Tuhan itu. Ketika dalam keadaan kuat di hadapan musuh politik dan kemanusiaan yang rapuh dan tak berdaya, beliau justru memaafkan mereka.
Nabi Saw telah mengumumkan amnesti umum dan menyeluruh. Beliaulah manusia yang tak pernah menyimpan dendam kepada siapa pun, bahkan tidak kepada musuh-musuhnya sekalipun.
Cukup sudah penderitaan dan kesakitan hanya Nabi Saw alami dan tak perlu bagi orang lain. Meskipun begitu, beliau tak pernah lupa. Hebatnya lagi, beliau tak hendak memaksa mereka mengikuti agamanya.
Demikian kisah Nabi Muhammad saat beliau membebaskan dan memaafkan orang kafir. Semoga bermanfaat. []