• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Mengembalikan Khittah Cinta

Islam tidak anti cinta. Malah, justru Islamlah yang mengajarkan pemeluknya untuk merawat perasaan mulia itu demi kebaikan dunia dan akhirat

Thoah Jafar Thoah Jafar
13/02/2023
in Featured, Hikmah
0
Khittah Cinta

Khittah Cinta

862
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Cinta menjadi kata kunci yang merangkak naik di setiap jelang pertengahan Februari. Lafal cinta menyeruak di bulan kedua kalender Masehi ini karena sebagian remaja dunia. Bahkan Indonesia menganggap penting hari Valentine, yang konon patut kita rayakan sebagai hari kasih sayang. Sayangnya, tidak sedikit pula para remaja menyalah-artikan cinta. Kata cinta, bahkan mengalami peyorasi dari yang semula bermakna luhur, menjadi sebatas urusan perasaan hati antarlawan jenis.

Dampaknya pun cukup mengkhawatirkan. Akibat cinta-cintaan yang keliru jalur itu, banyak dari kelompok remaja yang berani mengorbankan diri dan masa depannya demi apa yang mereka sebut dengan cinta. Padahal, di tahap selanjutnya, mereka pun tidak berhasil menemukan esensi khittah cinta yang mestinya menenangkan, bukan menyengsarakan.

Kita semakin miris ketika melihat data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menyebutkan tidak kurang dari 50 ribu remaja di Indonesia ambil keputusan menikah dini dan meninggalkan atau mengajukan dispensasi sekolah mereka selama 2022. Berdasarkan data Komnas Perempuan, dispensasi perkawinan anak meningkat tujuh kali lipat sejak 2016. Total permohonan dispensasi pada 2021 lalu pun sudah mencapai 59.709 kasus.

Prihatinnya lagi, penyebab ketersendatan pendidikan itu dominan karena problem hamil di luar nikah. Menurut riset lebih mendalam, kesimpulan yang muncul dari fenomena itu adalah akibat lemahnya pendidikan seks di kalangan remaja. Termasuk dalam memaknai konsep cinta secara rendah dan tidak semestinya.

Islam agama cinta

Islam tidak anti cinta. Malah, justru Islamlah yang mengajarkan pemeluknya untuk merawat perasaan mulia itu demi kebaikan dunia dan akhirat.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

Allah Swt berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Keimanan dan penghambaan dalam Islam diamanatkan agar dibarengi dengan rasa cinta. Tanpa itu, segala perintah dan larangan agama hanya menjadi beban berat dan kita salah artikan sebagai bentuk pengekangan.

Di sisi lain, kecintaan kepada Allah Swt dan Rasulullah Muhammad Saw niscaya akan melahirkan kehadiran manfaat cinta yang lebih hakiki. Dalam QS. Maryam: 96, Allah Swt berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta (dalam hati) mereka.”

Hingga akhirnya, Islam mewujud sebagai agama cinta itu sendiri. Selain dituntut mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya, seorang muslim juga diwanti-wanti selalu menjaga kedamaian melalui perawatan rasa cinta terhadap sesama manusia. Allah Swt berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Karakter cinta sejati

Hujjatul Islam, Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebut bab khusus mengenai cinta lewat bab mahabbah. Imam Ghazali menyebut, kecintaaan makhluk terhadap Tuhannya akan menjadikan dia mendapatkan derajat yang mulia.

تُدْعَى الْأُمَمُ يَوْمَ القِيَامَةِ بِأَنْبِيَائِهَا عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ. فَيُقاَلُ: يَا أُمَّةَ مُوسَى وَيَا أُمَّةَ عِيسَى وَيَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ غَيرِ المُحِبِّيْنَ لِلهِ تَعَالَى. فَإِنَّهُم يُنَادُوْنَ: يَا أَوْليَاءَ اللهِ هَلُمُّوا إِلىَ الله سُبْحَانَهُ فَتَكَادُ قُلُوبُهُم تَنْخَلِعُ فَرْحًا

“Kelak di hari kiamat, semua umat akan dipanggil menghadap Allah sesuai dengan nama nabinya. Maka dikatakan: ‘Wahai umat Musa, wahai umat Isa, wahai umat Muhammad’, kecuali para pecinta Allah, maka mereka akan dipanggil: ‘Wahai kekasih Allah, kemarilah menghadap Allah Swt. Maka seketika hati mereka hampir tercerai-berai karena bahagia (sebab panggilan itu).”

Tokoh sufi dunia, Jalaluddin Rumi menandai kehakikatan cinta ke dalam tiga ciri. Pertama, cinta semata-mata merupakan anugerah Tuhan. Dalam Diwan Syams, Rumi berpuisi:

Tuhan, Engkalulah yang menyalakan api cinta di dunia

Hingga semestaku menjadi manis dan penuh suka cita

Kedua, cinta harus kita rawat. Sebagaimana halnya iman yang cenderung naik dan turun, cinta pun berpotensi mengalami kondisi datang dan pergi. Soal ini, Rumi menuliskannya dalam puisi yang termaktub dalam Matsnawi:

Belajarlah cinta dan kebijaksanaan

Seperti lukisan dalam batu, ia akan membekas

Ketiga, cinta tak mengharapkan balasan. Cinta sejati mesti benar-benar murni. Dia harus terbebas dari segala tuntutan, termasuk tanpa harap.

Rumi bersyair:

Tak ada sesuatu di dunia ini yang bergerak tanpa motif

Hanya jasad dan ruh para pecinta yang berjalan tanpa pamrih. (Matsnawi)

Demikianlah semestinya cinta. Dia mempunyai khittah yang suci, murni, dan menenangkan. Pengertian khittah cinta harus segera kita kembalikan kepada kodratnya. Yakni, sebagai karunia agar manusia mampu memandang manusia sebagai manusia, berkeadilan, dan bermubadalah. []

Tags: Cinta SejatiislamJalaluddin RumiKhittah CintaPuisi RumiValentine Day
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version