• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Mendamba Negeri Utopia

Impian dunia yang sempurna. Dunia yang bebas dari konflik, bebas dari kelaparan dan ketidakbahagiaan itu mungkin ada, jika kita melakukannya bersama-sama

Zahra Amin Zahra Amin
04/03/2023
in Pernak-pernik
0
Negeri Utopia

Negeri Utopia

612
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sepekan kemarin, hujan deras tak henti mengguyur tanah yang kita pijak ini. Jalanan basah, air menggenang di mana-mana. Hawa dingin menusuk-nusuk, menembus hingga ke balik jaket. Ketika aku melintas mengendarai motor di sepanjang jalanan desa di sudut Indramayu, perutku serasa mulas mengingat tragedi abortus spontan saat terjatuh dari motor, karena genangan air tinggi tak terlihat ada lubang besar dan dalam yang menganga. Seketika aku mendamba negeri utopia.

Andai jalanan hingga ke desa-desa mulus tak berlubang, dengan kualitas aspal hitam legam yang tebal, dan sistem drainase yang tertata rapih. Sehingga air hujan segera terserap masuk ke tanah. Tak ada genangan air sisa hujan yang menggerus aspal hingga habis tanpa sisa. Dan, Andai proyek pembangunan jalan itu tidak mangkrak. Andai anggaran perbaikan jalan itu tidak dikorupsi.

Andaikan setiap hari jalan yang kita lewati tak berlubang, mungkin dulu aku tak terjatuh dari motor. Tak perlu juga kesakitan karena abortus spontan hingga meninggalkan rasa sesal dan trauma sampai hari ini. Dengan fasilitas jalanan umum yang baik itu, berapa banyak nyawa yang terselamatkan akibat kecelakaan, dan begal yang kerap menghantui setiap malam tiba. Seketika aku mendamba negeri utopia.

Meski entah, apakah ada negeri yang bernama utopia itu, namun mengingat kondisi daerah di mana aku lahir dan dibesarkan ini, terkadang merasa apatis dan skeptis dengan perubahan yang terjadi. Semakin tahun, bukannya malah membaik. Tetapi semakin jauh dari angan. Hanya diam dan tak melakukan apa-apa juga bukan langkah yang tepat.

Tanggung Jawab Moral

Tanggung jawab moral terhadap generasi yang akan datang itu seolah memanggil-manggil. Seakan kondisi yang demikian ini merupakan dosa sosial kita, yang abai terhadap realitas sosial dan politik negeri ini. Mengharapkan kesejahteraan, perbaikan ekonomi atau fasilitas umum yang ramah perempuan dan kelompok rentan, tapi tak pernah peduli setiap kali momen pesta demokrasi tiba.

Mungkin iya, keinginanku ini agak berlebihan jika menaruh harapan di suatu masa depan yang ideal. Di suatu negeri yang penuh susu dan madu. Di mana saat tidak ada lagi penderitaan, tidak ada lagi geretak gigi dan tangisan pilu. Tempat di mana sesama manusia saling menghormati, tidak ada kebenciaan dan kecurigaan. Tidak ada wajah menderita, yang ada hanyalah kebahagiaan. Hingga pada akhirnya harapan ini hanyalah sebuah utopia.

Melansir dari buku “Kredensial: 130 kisah tentang manusia dan peradaban” yang ditulis jurnalis Kompas Trias Kuncahyono, bahwa istilah utopia ini diperkenalkan oleh Sir Thomas More. Di mana pada 1516 menulis buku berjudul Utopia. Lengkapnya De Optima rei Publicae Statu Deque Nova Insula Utopia. Yakni tentang keadaan negara terbaik dan tentang pulau baru Utopia. Kata utopia gabungan dari dua kata Yunani ou berarti tidak, dan topos berarti tempat. Jadi utopia artinya “tempat yang tidak di mana-mana.”

Baca Juga:

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Mimpi Utopia dan Harapan

Thomas More menulis buku itu berlandaskan pada kondisi sosial dan ekonomi Inggris saat itu yang buruk. Segala sesuatu yang salah, yang tidak benar di Inggris pada masa itu, ditemukan sempurna di Utopia. Thomas More berusaha menunjukkan bagaimana orang dapat hidup bersama dalam kedamaian dan kebahagiaan, jika mereka hanya melakukan yang mereka pikirkan adalah benar.

Akan tetapi, nama negeri yang ia imajinasikan, Utopia itu tidak pernah benar-benar dapat diwujudkan, dan direalisasikan. Karena utopia di masa itu berarti “suatu tempat yang sungguh-sungguh ideal.” Impian dunia yang sempurna. Dunia yang bebas dari konflik, bebas dari kelaparan dan ketidakbahagiaan itu mungkin ada, jika kita melakukannya bersama-sama. Kedua, bebas dari prasangka, dan ketiga membangun rasa saling percaya.

Jika pemimpin yang kita percaya hari ini mampu, kita harus memberinya dukungan. Sebaliknya kalau tak mampu, maka harus legowo juga sang pemimpin itu menerima masukan serta kritikan dari yang lain.

Bicara mimpi, satu tahun mendatang adalah momentum pemilu, dan pergantian kekuasaan di negeri ini. Aku tidak ingin membincang Indonesia, karena kapasitasku bukan di situ, dan terlampau besar untuk aku tuliskan. Secara lebih kecil, aku ingin melihat bagaimana Indramayu di momentum tahun politik itu, apakah ketidakpuasan terhadap fasilitas publik, dan model kepemimpinan hari ini akan mampu membawa perubahan? Sebagaimana negeri utopia yang kita dambakan. Harapanku, Semoga saja! []

 

Tags: Negeri UtopiapemimpinPerubahanpolitikThomas More
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version