• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku Ijtihad Kyai Husein: Pentingnya Mengingat Perjuangan Siti Hajar dalam Momen Idul Adha

Siti Hajar dalam menjalani hidup mengantarkannya menjadi seorang perempuan yang luar biasa dan mulia. Ia menjadi sebagai sosok perempuan tangguh dan berani untuk terus berjuang demi menyelamatkan kehidupan manusia. Ini membuktikan bahwa ia sangat mencintai kemanusiaan

Rinrin Rianti Rinrin Rianti
22/06/2023
in Buku
0
momen Idul Adha

momen Idul Adha

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul : Ijtihad Kyai Husein
Penulis : KH. Husein Muhammad
Penerbit : Rahima
Tahun : 2010
Tebal : 440
ISBN : 978-602-98059-2-5

Mubadalah.id – Sebentar lagi umat muslim di seluruh dunia akan menyambut momen perayaan Idul Adha. Idul Adha ialah hari raya yang berlangsung bersamaan dengan puncak ritual ibadah haji.

KH. Husein Muhammad atau biasa disapa Buya Husein dalam buku “Ijtihad Kyai Husein” menyebutkan bahwa kata adha berarti hewan kurban. Hal ini dikarenakan pada hari ini hewan-hewan ternak disembelih. Kemudian daging tersebut dibagikan pada para fakir, miskin dan kelompok rentan lainnya.

Kurban secara terminologi Islam dimaknai sebagai ritual (ibadah) dalam bentuk penyembelihan hewan kurban. Ritual ini ditetapkan agama sebagai Upaya menghidupkan kembali sejarah Nabi Ibrahim, saat mendapat perintah untuk menyembelih Nabi Ismail (putranya) yang kemudian Allah ganti dengan domba.

Berangkat dari pemaknaan ini, maka tidak heran jika dalam setiap khutbah Idul Adha kita sering mendengar bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Islmail ialah orang yang sangat mulia dalam Isma. Sehingga sebagai umat muslim kita harus selalu mengingat kedua sosok ini di setiap momen Idul Adha.

Namun, Buya Husein dalam buku “Ijtihad Kyai Husein” mengingatkan kita bahwa selain betapa pentingnya mengingat dua sosok tersebut, kita juga jangan pernah lupa pada perjuangan seorang perempuan mulia dalam momen kurban, yaitu Siti Hajar.

Baca Juga:

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Ki Hajar Dewantara: Antara Pendidikan dan Perjuangan Kelas Pekerja

Falsafah Hidup Penyandang Disabilitas dalam “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

Siti Hajar adalah ibu dari Nabi Ismail. Dalam beberapa catatan sejarah bahkan ayat al-Qur’an menyebutkan bahwa beliau telah berjuang habis-habisan untuk membesarkan Nabi Islmail seorang diri, ketika Nabi Ibrahim meninggalkannya berdua dengan sang putra di gurun pasir yang sangat tandus dan gersang.

Ketika Nabi Ismail menangis karena kehausan, Siti Hajar langsung meninggalkan Ismail dan berlari-lari kecil menuju bukit Shafa dan terus berlari ke bukit Marwah untuk mencari setitik air yang bisa ia berikan pada putranya.

Pandangan Ibnu Katsir

Ibnu Katsir seorang penafsir besar melukiskan peristiwa tersebut sebagai “Adalah Hajar, seorang perempuan yang pulang pergi antara bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air bagi anaknya. Allah kemudian memberinya pertolongan dengan memancarkan air dari bawah tanah yang disebut tha’am-tha’am (makanan orang yang kelaparan) da syifa’ saqam (obat bagi penyakit)”.

Air yang memancar tersebut kemudian kita sebut dengan air Zamzam. Sebuah sumber mata air yang bersih dan tidak pernah kering sepanjang masa.

Jika melihat perjuangan Siti Hajar tersebut sungguh betapa pentingnya sosok pejuang tersebut untuk kita ingat selalu. Bahkan al-Qur’an pun ikut mengabadikan dan mengapresiasinya. Hal ini tergambar dalam QS. al-Baqarah ayat 158 yang berbunyi:

۞ اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi‘ar (agama) Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa‘i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui”. (QS. al-Baqarah:158)

Menurut Buya Husein dalam buku yang sama, meskipun Allah tidak menyebut nama “sang pejalan kaki” itu secara eksplisit. Tetapi para ahli tafsir sepakat bahwa sosok tersebut ialah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim.

Sejarah Sa’i

Di sisi lain, dalam sejarah sa’i juga memperlihatkan dengan jelas pada kita bahwa ada sosok perempuan yang tabah, tidak kenal lelah, penuh ketulusan dan rasa cinta. Sehingga air di dalam peristiwa Siti Hajar ini menjadi simbol sumber kehidupan manusia dan alam. Perjuangan beliau mencari air merefleksikan tentang mempertahankan kehidupan manusia. Melalui Peristiwa sa’i Islam Menegaskan bahwa Perempuan adalah Manusia Utuh

Masih dalam buku yang sama Buya Husein menguraikan bahwa hal penting lainnya dalam rangkaian perayaan Idul Adha ialah pemilihan tokoh perempuan dalam kisah sa’i. Dalam catatan sejarah menyebutkan bahwa Siti Hajar merupakan sosok perempuan dengan beban ganda karena ia membesarkan anak seorang diri tanpa kehadiran suami.

Bahkan Siti Hajar juga menjadi sebagai sosok yang berstatus rendah. Karena ia adalah seorang budak berkulit hitam dari Ethiopia. Namun berkat katabahan dan ketulusan Siti Hajar dalam menjalani hidup mengantarkannya menjadi seorang perempuan yang luar biasa dan mulia. Ia menjadi sebagai sosok perempuan tangguh dan berani untuk terus berjuang demi menyelamatkan kehidupan manusia. Ini membuktikan bahwa ia sangat mencintai kemanusiaan.

Oleh karena itu, jangan pernah lupakan perjuangan Siti Hajar dalam momen Idul Adha. Karena pengorbanan beliau adalah salah satu hal yang mengantarkan pristiwa besar seperti sa’i, kurban dan munculnya air Zamzam terjadi dan menjadi peradaban Islam yang bisa kita jalani saat ini. []

Tags: bukuidul adhaIjtihadKyai HuseinMengingatMomenpentingnyaperjuangansiti hajar
Rinrin Rianti

Rinrin Rianti

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Novel Entrok

Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

24 Mei 2025
Umat Bertanya Ulama Menjawab

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

23 Mei 2025
Ummu Haram binti Milhan

Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

23 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Herland

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

16 Mei 2025
Neng Dara Affiah

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

10 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Umat Bertanya Ulama Menjawab

    Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari
  • Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan
  • Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook
  • KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version