• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pendidikan dan Marginalisasi Perempuan

Salingers yang juga seorang pendidik, mari turut menggemakan teladan pemimpin laki-laki dan perempuan secara seimbang

Erfin Walida Erfin Walida
09/01/2024
in Publik
0
Marginalisasi Perempuan

Marginalisasi Perempuan

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pendidikan yang seharusnya mendukung keadilan yang sama bagi laki-laki dan perempuan, nyatanya masih mendiskriminasi perempuan. Buku-buku pendidikan, sistem pengelolaan pendidikan, hingga oknum penggerak roda pendidikan masih kerap memarginalisasi perempuan. Entah sengaja atau tidak.

Saya seorang guru agama di  sebuah lembaga pendidikan. Suatu hari, saya mendapat keluhan dari ketua panitia kegiatan keagamaan. Ia mengaku kesulitan mencari nama sahabat perempuan untuk nama kelompok. “Sudah kubuka buku-buku sejarah bahkan situs online, tapi masih kurang banyak!” cecar teman saya. 

Pengalaman ini membuat saya sadar akan kurangnya sejarah perempuan di tengah masyarakat. Khususnya di lembaga pendidikan. Ambillah contoh buku Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas III SD terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2020.

Materi yang bertajuk Masa Kanak-Kanak Nabi Muhammad Saw menceritakan pertumbuhan Rasulullah sepeninggalan ibunya. Kita pun tahu bahwa selanjutnya Rasulullah diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthallib, kemudian pamannya, Abu Thalib. Tidak satu pun menyoal perempuan. Apakah ini indikasi marginalisasi perempuan di ranah pendidikan?

Perempuan dalam Sejarah Islam

Pernahkah muncul di benak kita sebuah pertanyaan tentang siapa istri  Abdul Muthallib dan Abu Thalib? Padahal, sosok kakek yang membesarkan cucu tak akan lepas dari asuhan nenek. Begitu pula seorang paman tak akan mungkin merawat ponakannya tanpa bantuan si bibi. Saya jadi penasaran, di mana narasi sejarah perempuan ini terkubur?

Baca Juga:

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Ahmad Al-Hilali dalam kitabnya Mu’jam A’lamun Nisa’ Fil Qur’an (Ensiklopedia Perempuan dalam Al-Qur’an) mengisahkan tentang Fatimah binti Asad. Istri Abu Thalib ini adalah salah satu perempuan muhajirin pada awal perintah hijrah.

Ia sosok ibu bagi Rasulullah sebagai pengganti Aminah. Fatimah binti Asad lah yang memenuhi bejana kasih sayang Rasulullah pada masa kanak-kanak hingga masa mudanya. Ibu Ali bin Abi Thalib ini pun menjadi wanita pertama yang dibaiat setelah turunnya Surat Al-Mumtahanah ayat 12.

Betapa penting perannya dalam kehidupan Rasulullah. Namun sayang, narasi sejarah seolah memarjinalkan perempuan, khususnya sirah sahabat perempuan ini. Termasuk dalam pelajaran sejarah di sekolah.

Buku SKI kelas VI SD juga menyoal kehidupan Khulafaur Rasyidin.  Kepemimpinan empat khalifah ini menjadi teladan yang tak lekang oleh zaman. Sehingga tak jarang empat nama ini kerap muncul dalam pembelajaran atau pengajian yang membahas perihal pemimpin ideal.

Namun, bagaimana dengan sosok pemimpin perempuan pada masa Rasulullah? Apakah ini menjadi alasan yang pantas untuk tidak menyisipkan kisah perempuan dalam buku sejarah?

Aisyah Memprotes Sahabat yang Memarginalkan Perempuan

KH Husein Muhammad dalam bukunya yang berjudul Perempuan Ulama di Panggung Sejarah menyampaikan bahwa banyak perempuan yang memiliki peran penting dalam sejarah Rasulullah. Aisyah contohnya. Selain banyak meriwayatkan hadits, istri Rasulullah Saw ini adalah sosok perempuan pendidik. Lebih dari 160 ulama laki-laki terkemuka yang berguru kepadanya. Ia pernah mengkritik beberapa sahabat. Salah satunya Abu Hurairah yang mengutip perkataan Rasulullah yang dianggap memarginalkan perempuan. 

Pemimpin perempuan ini pun pernah menjadi pangima Perang Jamal demi menuntut keadilan untuk kematian Khalifah Utsman. Ia berkhutbah di hadapan banyak orang. Dengan kesedihan mendalam, beliau mengobarkan semangat umat muslim untuk menuntut hukuman bagi pelaku pembunuhan tersebut. Beliau juga menganjurkan mereka bersatu dan berdamai.

Sosok dua tokoh perempuan di atas merupakan secuil dari banyaknya perempuan berpengaruh yang patut dijadikan teladan. Namun sayangnya, narasi sejarah perempuan tidak dipopulerkan sebanyak laki-laki. 

Marginalisasi Perempuan di Lembaga Pendidikan

Budaya memosisikan laki-laki sebagai ordinat dan perempuan sebagai subordinat memang masih menggejala di mana-mana. Tak terkecuali di dunia pendidikan, lebih khusus lagi di lingkungan sekolah. Misalnya, berapa perbandingan antara guru perempuan dan guru laki-laki yang menduduki posisi strategis seperti kepala sekolah?

Perempuan memang mendominasi jumlah guru di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, pada semester ganjil Tahun Ajaran 2022/2023 terdapat 3,3 juta guru di seluruh Indonesia. Dari total populasi guru nasional, sebanyak 2,36 juta atau 70,84% adalah perempuan. 

Fakta itu turut diperkuat data Innovation for Indonesia’s School Childen (INOVASI) bahwa perempuan mendominasi jumlah guru sekolah dasar di Indonesia. Dari total sekitar 1,4 juta guru SD dengan persentase 70% di antaranya adalah perempuan. Namun, hanya 30% dari jumlah Sekolah Dasar dan kurang dari 20% dari madrasah yang memiliki kepala sekolah perempuan.

Porsi guru laki-laki dalam jajaran pimpinan di sekolah pun lebih banyak daripada guru perempuan. Contoh paling dekatnya adalah sekolah tempat saya mengajar. Dari 18 orang pimpinan, hanya 5 perempuan yang masuk dalam jajaran pimpinan.

Itupun diletakkan di posisi yang kurang strategis seperti bendahara sekolah dan sekretaris dari kepala-kepala urusan. Guru laki-laki kerap menjadi kunci dalam pemutusan kebijakan. Sedangkan guru perempuan sibuk dengan administrasi dan urusan domestik. Akibatnya saat guru perempuan udzur, guru laki-laki pun kelabakan, juga sebaliknya.

Keluar dari Pendidikan yang Memarginalkan

Inilah pentingnya kesalingan dalam pembagian peran. Tak harus selamanya perempuan mengurusi domestik saja. Sebaliknya laki-laki pun perlu belajar menangani hal ini agar sama-sama bisa bekerjasama dalam relasi yang adil dan saling menguatkan. Narasi sejarah yang memberi ruang keadilan antara perempuan dan laki-laki seharusnya bisa kita upayakan bersama.

Salah satu cara untuk keluar dari marginalisasi perempuan dalam dunia pendidikan adalah dengan cara menghidupkan dan menyebarkan tentang sejarah perempuan. Sejarah peremuan belum mendapat ruang dalam mata pelajaran sejarah peradaban datau sejarah kebudayaan Islam. Sehingga perlu peran pendidik, penulis buku pendidikan, sistem pendidikan, serta stakeholder untuk bekerjasama menggaungkan sejarah perempuan.

Tujuannya adalah untuk menggerus marginalisasi terhadap perempuan di ranah pendidikan. Karena sejarah tentang pahlawan atau tokoh laki-laki masih kerap mendominasi.

Salingers yang juga seorang pendidik, mari turut menggemakan teladan pemimpin laki-laki dan perempuan secara seimbang. Juga mengimplementasikan pengarusutamaan kedilan dalam ruh pendidikan. Agar terwujud pendidikan yang berkeadilan tanpa deskriminasi terhadap siapapun. []

 

Tags: MarginalisasipendidikanPendidikan SejarahperempuanSejarah Perempuan
Erfin Walida

Erfin Walida

Pendidik dan aktivis Nasyiah. Tertarik dengan isu pendidikan, agama, dan gender.

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID