Mubadalah.id – Dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti dalam QS. al-Ahzab (33): 28-29 dan QS. al-Tahrim (66) 1-5 Allah Swt. menggambarkan kehidupan rumah tangga Rasulullah yang tidak luput dari perdebatan dan perselisihan.
Lebih khusus hubungan antara Aisyah r.a. dan Hafsah r.a. sebagai sesama istri, dan hubungan antara Nabi Saw. sebagai suami dengan istri-istrinya.
Alih-alih melakukan tindakan yang menyakiti istri-istrinya itu, Nabi Saw. atas saran wahyu Allah Swt. (QS. al-Ahzab (33): 28-29), malah memberi kebebasan kepada mereka untuk memilih hidup dengan Nabi Saw. atau hidup bebas tanpa ikatan dengan Nabi Saw.
Kisah konflik dalam keluarga Nabi Saw. tersebut juga terekam dalam beberapa Hadis, terutama dengan kisah Aisyah r.a. dan Hafsah r.a. sampai orangtua mereka turun tangan (Shahih al-Bukhari, no. 4962).
Nabi Saw. tak sedikit menghadapi berbagai perilaku para istri yang tidak sesuai dengan keinginan beliau. Akan tetapi, beliau selalu mengatasinya dengan bijaksana.
Salah satunya, misalnya, dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpikir dan menentukan sikap didasarkan atas pilihan mereka sendiri (QS. al-Ahzab (33): 28-29).
Nabi Saw. mungkin marah, tetapi tidak mengeluarkan katakata kasar, apalagi melakukan kekerasan.
Nabi Saw. terlalu mulia untuk melakukan itu semua. Paling jauh, Nabi Saw. memilih keluar dari rumah meninggalkan istri-istrinya dan memilih tinggal di masjid hingga satu bulan lamanya.
Model Pendidikan
Ini adalah model pendidikan yang diterapkan Nabi Saw. kepada para istrinya: sebuah cara pergaulan yang memanusiakan perempuan.
Ibn Abbas r.a. bercerita: Suatu pagi kami mendapati istri-istri Nabi Saw. menangis. Setiap istri didampingi keluarganya masing-masing.
“Aku kemudian pergi ke masjid. Aku lihat banyak orang berkumpul di situ. Lalu Umar r.a. datang menemui Nabi Saw. di kamar beliau. Umar r.a. memberi salam, tetapi tidak ada jawaban.”
Kemudian memberi salam lagi, tidak juga ada jawaban. Memberi salam lagi, juga tidak ada jawaban. Kemudian ia dipanggil masuk menemui Nabi Saw. dan bertanya:
“Apakah Anda menceraikan istri-istri Anda?” Nabi Saw. menjawab: “Tidak, tetapi berpisah dari mereka selama satu bulan.” Lalu, Nabi Saw. benar-benar berpisah selama 29 hari, kemudian kembali berkumpul bersama istri-istrinya.” (Shahih al-Bukhari, no. 5258). []