• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

The Silent Child: Pentingnya Peran Orang Tua dan Masyarakat Bagi Penyandang Disabilitas

Perlunya praktik mubadalah antara masyarakat dan orang tua mampu menjembatani para penyandang difabel mendapatkan hak-hak dalam hidupnya

Sayyida Naila Nabila Sayyida Naila Nabila
16/10/2023
in Film
0
the silent child

the silent child

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – The Silent Child, film yang bercerita tentang kehidupan sunyi seorang gadis tunarungu ini berhasil memenangkan Academy Award tahun 2018. Menariknya, film ini berangkat dari kisah nyata. Penulisnya Rachel Shenton merupakan pemeran pekerja sosial atau masyarakat biasa bernama Joanne.

Libby, seorang gadis tuli berusia 6 tahun yang kesehariannya sangat sunyi, murung, dan menyediri. Kedua orang tuanya, Paul dan Suzzanne terkesan lebih memperhatikan kedua saudara yang lain. mereka juga sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bahkan seluruh anggota keluarganya hampir tidak pernah memperhatikan dan berkomunikasi dengan Libby. mereka juga tidak paham mengenai bahasa isyarat.

Sampai pada akhirnya Joanne datang mengembalikan senyum Libby. Hingga hari demi hari ia menjadi lebih periang, sering membuka komunikasi, bermain, dan aktif mengutarakan sesuatu melalui gerakan isyaratnya.

Runyamnya, kedua orang tua Libby tidak mau jika anaknya hanya terbiasa berkembang bersama Joanne saja.  Dengan dalih seorang ibu yang paham apa yang terbaik untuk anaknya, Libby tetap bersekolah dan bergabung bersama anak normal lainnya. Ia kembali murung karena tidak ada yang mencoba memahami kesulitannya.

Disabilitas Dalam Perspektif Mubadalah

Film the silent child ini menyuarakan bahwa para penyandang disabilitas membutuhkan penerimaan oleh orang terdekat dan sekitarnya perihal ketidaksempurnaannya. Peran orang tua sebagai upaya penyejahteraan hidup penyandang disabilitas perlu mendapat dukungan dari lingkungan tempat mereka berproses dan bertumbuh.

Baca Juga:

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Semua pihak perlu untuk memberikan dukungan dan fasilitas hidup yang layak, bukan malah memberi stigma negatif bahkan memarjinalkan. Seperti yang disebutkan K.H. Faqihuddin Abdul Qodir dalam bukunya Qiraah Mubadalah bahwa kesalingan berarti reciprocity atau adanya timbal-balik dalam relasi dua pihak.

Dalam hal ini, mubadalah antara orang tua dan masyarakat merupakan jembatan untuk tercapainya hak keberlangsungan dan kesejahteraan hidup bagi penyandang disabilitas. Allah swt  lebih spesifik lagi berfirman perihal kesetaraan hak bagi penyandang disabilitas dalam surat An-Nur ayat 61:

لَّيْسَ عَلَى ٱلْأَعْمَىٰ حَرَجٌ وَلَا عَلَى ٱلْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى ٱلْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَن تَأْكُلُوا۟ مِنۢ بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ ءَابَآئِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوَٰنِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَعْمَٰمِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَٰلِكُمْ أَوْ بُيُوتِ خَٰلَٰتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُم مَّفَاتِحَهُۥٓ أَوْ صَدِيقِكُمْ ۚ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا۟ جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا ۚ فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتًا فَسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ مُبَٰرَكَةً طَيِّبَةً ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ.

Artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya”.

Sinergi Kesalingan Antar Keluarga

WHO (World Health Organization) juga menekankan bahwa keterbatasan fisik saat ini sebagai masalah hak asasi manusia. Dan pada 3 Desember 1992, Majelis Umum PBB mendeklarasikannya sebagai Hari Penyandang Disabilitas Internasional. Mereka juga mendiskusikan penyelesaian terhadap segala problematika untuk menyejahterakan para penyandang disabilitas.

Di Indonesia sendiri, telah membentuk komitmen konstitusional dengan penerbitan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011. Yakni Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Selain itu juga Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011. Yaitu tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus.

Dari the silent child tersebut, belum kita temukan sinergi dan kesalingan antar keluarga Libby dengan Joanne si pekerja sosial. Begitu pula kerjasama dengan lingkungan sekolahnya. Bahkan, orang tua Libby sendiri belum memberikan dukungan moral dan moril yang sesuai baginya. Seperti halnya pendidikan yang selaras dengan kebutuhannya serta pola asuh yang hangat baginya.

Pentingnya Penerapan Konsep Mubadalah

Kurangnya penerimaan dan perhatian kedua orang tua terhadap kondisi Libby sebagai tunarungu yang sangat menghambat perkembangan Libby. Penulis naskah film sudah menegaskan bahwa “ketulian adalah disabilitas yang tidak terlihat dan tidak mengancam nyawa sehingga luput dari perhatian”.

Perlunya penerapan konsep mubadalah (kesalingan) antara masyarakat dan orang tua mampu menjembatani para penyandang difabel mendapatkan hak-hak dalam keberlangsungan hidupnya dengan keterbatasan yang ada.

Seperti halnya hasil analisis Unicef terkait enam pilar kebijakan bagi para difabel yaitu jaminan pada sektor pendidikan, kesehatan, gisi, air, sanitasi dan kebersihan, serta perlindungan anak dan perlindungan sosial.  Selain itu, perlunya penerimaan yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri para penyandang disabilitas dan menjadi berdaya dalam hidupnya, juga lingkungan sekitarnya. []

Tags: DisabilitasKesalinganMubadalahReview Filmthe silent child
Sayyida Naila Nabila

Sayyida Naila Nabila

Sarjana Studi Islam (Dirasat Islamiyah) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018

Terkait Posts

Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perjanjian Pernikahan
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID