• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pandangan Ulama Perempuan Masa Kini

Rifa'ah Rafi' ath-Thahthawi mengampanyekan kesetaraan dan keadilan gender serta menyerukan dibukanya akses pendidikan yang sama bagi kaum perempuan.

Redaksi Redaksi
14/10/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Pandangan Perempuan

Pandangan Perempuan

560
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejak awal abad ke-20 sampai hari ini, kita menyaksikan upaya-upaya baru yang menggugat sistem sosial dan pandangan keagamaan yang mendiskriminasi dan meminggirkan perempuan.

Rifa’ah Rafi’ ath-Thahthawi (1801-1873 M) dipandang sebagai orang pertama atau pelopor yang membawa pembaruan pemikiran Islam sekaligus tokoh yang berani mengkritik pandangan-pandangan konservatif yang merendahkan dan memarginalkan kaum perempuan.

Ia mengampanyekan kesetaraan dan keadilan gender serta menyerukan dibukanya akses pendidikan yang sama bagi kaum perempuan.

Ath-Thahthawi menuliskan gagasan-gagasan dan kritik-kritiknya dalam buku-bukunya yang terkenal: Takhlish al-Ibriz fi Talkish Paris dan Al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin.

Ath-Thahthawi kemudian berhasil memengaruhi pikiran para cendekiawan muslim progresif sesudahnya. Seperti Muhammad Abduh, seorang tokoh yang kemudian dikenal sebagai pembaru abad ke-20.

Baca Juga:

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

Abduh lahir di Delta Nil Mesir, pada 1849. Keluarganya terkenal fanatik dalam ilmu dan agama.

Abduh berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan ialah dua jenis makhluk Tuhan yang memiliki hak, kebebasan beraktivitas, perasaan, dan akal yang sama.

Menurutnya, jika perempuan mempunyai kualitas pemimpin dan kualitas dalam membuat keputusan, maka keunggulan pria tidaklah berlaku lagi.

Namun, tokoh paling menonjol dan kontroversial dalam isu-isu perempuan ialah Qasim Amin. Pada 1899, ia menulis bukunya yang terkenal, Tahrir al-Marah (Pembebasan Perempuan).

Qasim Amin merupakan tokoh pembaru Islam dari Mesir yang lain. Ia dilahirkan di Thurah, wilayah pinggiran kota Kairo pada 1277 H/1863 M. Ia bertemu Muhammad Abduh di Prancis.

Gagasan Qasim Amin tentang kesetaraan gender banyak mendapat kritik tajam. Bahkan kecaman dari kalangan ulama Islam tradisional Mesir, dan beberapa tokoh nasional Mesir.

Namun, ia juga mereka sambut dengan apresiasi tinggi dari kaum perempuan dan para intelektual. Qasim merespons kritik-kritik ulama melalui bukunya yang juga populer, Al-Mar’ah al-Jadiddah (Perempuan Baru). []

Tags: Kinimasapandanganperempuanulamaulama perempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Ibnu Rusyd tentang

Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

17 Juli 2025
Merendahkan Perempuan

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

16 Juli 2025
Fitnah

Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

16 Juli 2025
trafficking

Trafficking adalah Wajah Baru dari Perbudakan

16 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • eldest daughter syndrome

    Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 
  • Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID